77. Run Into Draco

3.4K 333 83
                                    

Setelah menghabiskan banyak waktu bersama Harry, hari-hari ku menjadi semakin indah, yeah meskipun aku tak akan melupakan diri ku yang masih tetap menangis sepanjang malam memikirkan Draco. Namun dengan adanya Harry, kesehatan mental ku semakin membaik.

"[Y/N] sayang? Lihat—mungkin ini akan membuat mu bahagia." Kata-kata Narcissa membuyarkan lamunan ku di pagi hari, dia datang dengan senyum sumringah nya sambil membawa piring sarapan, untuk ku dan aku melihat Scorpius yang juga berada sambil tersenyum ceria, duduk di kursi roda bayi.

Tanpa sadar aku menetes kan air mata ku dengan sangat amat bahagia ketika melihat Scorpius. Narcissa meraih tubuh mungil Scorpius yang sudah menginjak dua tahun dan memberi nya kepada pelukan ku.

Aku terus memeluk tubuh Scorpius erat sekali sambil mencium ujung rambut pirang putih nya yang mengikuti genetik keturunan dari Draco, "Aku sangat rindu dengan mu, sayang." Aku bergumam dengan suara serak dengan Scorpius yang memasang tampang ceria nya selalu dan cengengesan—yang akhirnya sudah aku lihat kembali setelah hampir satu bulan tidak menatap wajah nya.

"Nanti kau sudah bisa pulang dari sini. Dokter muggle mengatakan kondisi mental mu sudah membaik, dan kondisi fisik mu juga sudah sehat total." Narcissa berkata menyodorkan piring dan gelas kepada ku.

"Syukurlah kalau seperti itu." Aku tersenyum tenang, tangan kiri ku masih mencengkram dan menggendong Scorpius, alih-alih tangan kanan ku meraih gelas yang berisi air putih, "Apakah setelah ini kita akan memeriksa langsung ke dokter kandungan muggle tentang kehamilan ku yang sudah menginjak dua minggu?" Aku membuka suara ku setelah meneguk air putih, dan jari-jari tangan ku meraih sendok dan garpu untuk segera memakan sarapan ini.

"Biar aku saja yang menggendong Scorpius—kau sarapan dulu." Narcissa berkata dengan serius, meraih tubuh Scorpius dari dekapan ku, "Jika kau mau—besok saja kita akan memeriksa kehamilan mu, karena nanti kau harus istirahat total di rumah."Narcissa berkata dengan suara parau.

Aku hanya mengangguk mengerti sambil memakan kacang merah yang dimasak bersama saus dan bawang. Rasa kacang merah dan daging sapi yang sedap dan gurih tidak pernah berubah sejak awal aku makan-makanan Rumah Sakit.

"Bagaimana kabar hubungan mu dengan Draco, sayang? Apakah kalian sudah baikan?"

Aku tersedak tomat panggang ku dan aku terbatuk-batuk, perasaan kaget menjolak dari dalam diri ku—kenapa bisa Narcissa menanyakan hal ini kepada ku, tetapi disisi lain aku menahan malu bahwa satu kenyataan aku tersedak saat makan dengan tidak sopan di hadapan nya.

Dengan cepat Narcissa menyodorkan gelas kepada ku, aku meneguk air dan akhirnya menembus ke tenggorokan ku. "Astaga, sayang, kalau makan hati-hati."

"Maaf." Aku tersipu malu setelah menghabiskan air minum dalam gelas. "Draco belum—em, maksud ku aku dan Draco belum baikan." Aku berkata dengan wajah ragu seketika suasana mendadak canggung.

"Yeah kurasa juga kalian belum baikan." Narcissa membuka suara nya lagi, setelah dia menatap ku dengan tajam, "Aku tahu itu. Aku hanya berbasa-basi aja. Aku hanya menyampaikan pesan bahwa Draco sudah menunggu mu nanti siang di kafe muggle dekat Rumah Sakit. Bagaimana, apakah kau mau?"

Seketika tubuh ku membeku. Pipi ku memanas merah, aku tidak tahu harus menjawab apa atas pernyataan Narcissa. Aku benar-benar dilanda kebingungan bercampur sedih dan pernasaran di benak ku akan Draco.

"Jika kau belum siap, tidak apa-apa. Tidak masalah, kok." Narcissa tersenyum hangat kepada ku, "Aku mengerti jika kau masih marah dengan Draco, mungkin kau perlu beberapa hari lagi untuk mempertimbangkan hal itu—"

HARDEST CHOICE | d. malfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang