54. Terrible

2.8K 350 49
                                    

"Kumohon jangan menangis, oke?" Draco berkata dengan suara parau sambil menggendong bayi berumur dua bulan itu yang terus-terus an menangis.

"Astaga, Draco." Aku menghembuskan nafas kasar, dan menatap kedua sorot mata nya dengan tajam, "Wajar lah dia menangis kalau kau membiarkan kepala nya dari jangkauan mu— kau juga tidak mendekatkan tubuh kecil nya ke dada mu. Sebenarnya kau berniat tidak sih untuk menjadi seorang ayah yang baik, kau hampir membunuh Scorpius dengan cara menggendong mu!"

Aku meraih pelan Scorpius dari cengkraman tangan kekar Draco, tanpa menatap wajah murung Draco, aku menyelipkan kepala mungil nya di dada ku, dan aku mengelus-eluskan puncuk kepala Scorpius dengan penuh kasih sayang.

"Aku tidak mengerti cara menggendong bayi." Draco berkata dengan suara rendah, namun aku tidak memperdulikan nya karena masih marah, dan terus membelai nya.

Selama kurun waktu setengah jam menghabiskan waktu ku untuk menggendong bayi mungil ini, dia terus menangis tanpa henti membuat ku gusar, "Dia kenapa ya terus menangis.... apakah dia lapar? Aku merasa dia sudah minum susu, dan sarapan tadi pagi—"

"Apakah kita tidak bisa menggunakan sihir atau mantera untuk membuat nya tertidur pulas?" Draco tampak nya sangat sebal menatap bayi yang sekarang berada di jangkauan tangan ku.

"Tentu, tidak bisa. Apa maksud mu? Aku tidak mau melemparkan mantra kepada nya agar dia bisa tertidur. Draco, dia anakku! Kenapa sih kau selalu saja membuat ku sebal." Aku berkata dengan suara dingin.

Akhir-akhir ini aku dan Draco sering sekali berdebat tentang hal yang sangat kecil dan bahkan tidak perlu didebatkan. Bahkan sering kali aku ataupun dia membesar-besarkan masalah yang sama sekali tidak ada guna nya untuk di bahas.

Draco menghela nafas tenang, dan lagi-lagi tampak nya dia mengakui bahwa dia harus kalah dari perdebatan kecil ini, "Well, yeah. Baiklah. Maafkan aku. Sekarang ku tanya, bagaimana cara menghentikan nya agar dia bisa tertidur dan—"

Suara nya terputus. Aku melihat Lucius dan Narcissa membuka pintu kamar dengan wajah gelisah, dan berulang kali Lucius mendengus seolah-olah mengisyaratkan bahwa dia benar-benar ketakutan.

"Ayo turun. Pangeran Kegelapan dan yang lain sudah dibawah." Narcissa berkata dengan suara rendah, sambil menatap kami dengan yakin.

Aku melihat wajah Draco yang seperti 'tuhkan sudah aku katakan' dan dia seperti nya sudah tidak memiliki pilihan lain, "Jadi kita apakan anak kita agar berhenti menangis? Tentu itu akan menganggu rapat penting dengan Pangeran Kegelapan dibawah jika Scorpius terus menangis."

"Tidak. Maksud ku, kau saja. Aku menjaga Scorpius disini." Aku berkata dengan suara serak sambil meraih botol susu yang masih terasa hangat di atas meja cokelat tua.

"Tidak bisa, [Y/N]. Kita sudah terlanjur menyiapkan kursi kosong untuk mu. Lagi pula Pangeran Kegelapan sangat menginginkan keberadaan mu di rapat nya." Narcissa berkata membuat ku menghela nafas putus asa.

Aku menatap Scorpius yang sudah mulai tertidur pulas dalam cengkraman ku, "Bagaimana dengan Scorpius? Aku tak mungkin meninggalkan nya di kamar ini. Apakah ada orangtua ku disana?"

"Kau memang ibu yang baik, sayang. Tapi mungkin terpaksa kita harus meninggalkan nya tidur pulas sendirian disini tanpa mu." Narcissa tersenyum tenang, "Orangtua mu sudah ada dibawah."

"Tapi bagaimana jika dia menangis, atau dia bisa saja terbangun dan—"

"Sudah lah, baby. Tidak apa-apa. Jika itu memang terjadi, yeah, pasti kan Pangeran Kegelapan memberi mu kesempatan untuk menemui nya di kamar." Draco memegang bahu ku, dan mengelus-eluskan nya.

HARDEST CHOICE | d. malfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang