Pada hari ini, aku, Ginny, dan Hermione sarapan di meja Gryffindor di Aula Besar. Aku melihat Harry yang datang dengan wajah gusar nya.
"Aku ingin berbicara dengan mu." Ujar Harry seperti sangat gusar dan ingin cepat bergegas, "Habiskan saja dulu bubur mu, aku akan menunggu mu." Lanjut nya lagi.
Aku menelan suapan terakhir bubur ku, dan beranjak dari meja Gryffindor. Kemudian Harry menarik tubuh ku untuk keluar dari Aula ini dan pergi ke Halaman.
Di sana dia menceritakan kepada ku tentang keempat naga, tentang segalanya yang diucapkan Sirius, yang membuat nya cemas.
Sementara kami terus berjalan mengitari danau, "Aku tahu kau mencemaskan peringatan Sirius tentang Karkaroff, tapi menurut ku bukankah naga-naga itu persoalan yang lebih mendesak?" Tanya ku lalu Harry dengan cepat mengangguk .
"Okay, Harry. Kita berusaha saja agar kau tetap hidup sampai Selasa malam," Ujar ku dengan putus asa, "dan baru sesudah itu kita mencemaskan Karkaroff."
Kami berjalan mengelilingi danau tiga kali, berusaha mencari mantra sederhana yang bisa menjinakkan naga.
Tetapi tak satu pun terpikirkan oleh kami maka kami pun pergi ke perpustakaan. Di sana Harry menurunkan semua buku tentang naga yang bisa ditemukannya, dan kami mulai bekerja, mencari dari tumpukan besar itu.
"Menggunting kuku cakar dengan mantra... mengobati luka sisik. Percuma saja, ini cocoknya buat orang aneh seperti Hagrid yang ingin naga peliharaannya sehat..." Ujar ku menatap setiap lembaran buku ini dengan aneh.
"Naga sangat susah dibantai, mengingat kegaiban kuno mengaruniai mereka kulit yang tebal, yang hanya bisa ditembus oleh mantra-mantra yang paling kuat. Tetapi Sirius mengatakan mantra sederhana bisa manjur..." Ujar Harry dengan yakin.
"Kalau begitu kita tengok buku-buku mantra sederhana," Lanjut Harry, lalu ia melemparkan buku itu.
Kami kembali ke meja membawa setumpuk buku mantra, menaruhnya, dan mulai membalik halamannya satu demi satu. Aku tak hentinya berbisik di sikunya.
"Nah, itu Mantra Pengganti... tapi apa gunanya menggantinya? Kecuali kau mengganti taringnya dengan permen karet atau sesuatu yang lain yang membuatnya kurang berbahaya... Sulitnya, seperti dikatakan buku ini, tak banyak yang bisa menembus kulit naga. Aku akan menyarankan men-Transfigurasi-nya, tetapi binatang sebesar itu, kau tak punya harapan. Bahkan Profesor McGonagall pun aku ragu bisa melakukannya, kecuali kau memantrai dirimu sendiri? Mungkin untuk memberimu kekuatan ekstra?" Aku berkata dengan panjang lebar.
"[Y/N] !" Tegas Harry mengeraskan rahang nya, "Aku tau kau jenius—tapi bisakah, tolong diam sebentar. Aku sedang berusaha berkonsentrasi." Lanjut Harry lalu aku hanya menghela nafas dan diam di samping nya.
"Oh, tidak, dia ke sini lagi, kenapa sih dia tidak membaca buku dikapalnya sendiri?" Gerutu ku menatap jengkel Viktor Krum yang berjalan agak bungkuk masuk, melempar pandang masam ke arah kami, dan mendudukkan diri di sudut yang jauh, dengan setumpuk buku.
"Ayo, Harry, kita kembali ke ruang rekreasi... fan club-nya akan muncul setiap saat, berkicau bising..." Ujar ku menarik tangan Harry, dan kami bisa melihat serombongan anak perempuan berpapasan dengan mereka, salah satunya memakai syal Bulgaria yang diikatkan ke pinggangnya.
***
Esok pagi nya aku bersama Harry si Aula Besar. Karna hari ini ia akan melaksanakan tugas pertama nya. Ia terlihat sangat cemas.
"[Y/N], kita ketemu di Rumah Kaca," kata Harry, yang akhirnya mengambil keputusan sementara aku melihat dia seperti mengawasi Cedric meninggalkan aula. "Pergilah, kususul kau nanti."
"Harry kau akan terlambat, bel sudah mau berbunyi..." Ujar ku memasang wajah khawatir.
"Aku akan menyusulmu, oke?" Ujar Harry tersenyum kepada ku, lalu ia mencium pipi ku dan aku melambaikan tangan nya setelah dia meninggalkan Aula.
"Kau seperti sangat mencemaskan Harry." Ujar Hermione kepada ku, aku mendonggak ke arah nya.
"Aku tahu dia pintar, tapi sangat normal bukan jika aku meragukan nya?" Kata ku memasang wajah cemas.
"Aku juga merasakan hal yang sama. Aku sangat khawatir jika ia tak dapat bertahan." Ujar Hermione lalu aku hanya menghela nafas kasar.
Aku dan Hermione menoleh, melihat Viktor Krum yang seperti nya melihat ke arah meja kami.
"Lihat, dia seperti nya menatap mu, [Y/N].." Ujar Hermione tertawa kecil, pipi ku memerah.
"Tidak—kau keliru, dia melihat mu." Ujar ku membuang muka dari Viktor Krum.
"Aku terkadang kasihan dengan Harry. Ia memiliki pacar yang sangat cantik dan banyak disukai oleh laki-laki lain." Ujar Hermione tersenyum simpul sembari menatap ku, "Apakah ia pernah cemburu?"
"Cemburu? Ehhh, kurasa tidak." Ujar ku singkat karna Harry tidak sebegitu romantis seperti laki-laki lain.
"Kau harus sabar dengan nya, ia memang terlihat sedikit membosankan." Ujar Hermione memegang tangan kanan ku.
"Yah, terkadang. Tapi ia terkadang membuat lelucon garing, atau pun terkadang romantis. Dan ia terkadang sangat serius." Ujar ku membayang kan wajah Harry.
"Ah, [Y/N], apakah kau tahu, aku terkadang sering melihat Cedric yang diam-diam menatap mu.." Ujar Hermione membuat pipi ku semakin memerah.
"Tidak. Aku bahkan sama sekali tidak dekat dengan Cedric." Ujar ku dengan malu-malu.
"Apakah kau ingat, ketika berada di Aula, dia selalu mencuri-curi pandang ke meja Gryffindor.." Bisik Hermione lalu aku mengangkat sebelah alis ku.
"Dan kau mengira dia melihat ke arah ku? Ada banyak gadis dari asrama Gryffindor, bukan hanya aku—dan, kau juga, mungkin saja ia melihat ke arah mu." Ujar ku lalu Hermione menatap ku serius.
"Tidak, [Y/N]. Aku serius, tatapan dia sangat berbeda kepada mu.." Ujar Hermione, lalu kami tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARDEST CHOICE | d. malfoy
FanfictionPernikahan ini dibuat hanya karna harta, kasta keluarga, dan keturunan darah murni penyihir. Tak masalah jika aku tidak mencintai laki-laki itu. = = = = = = = = = = = = Seluruh isi Hogwarts ku jamin tidak akan ada yang mengetahui bahwa aku sudah me...