bab 3

6.7K 703 50
                                    

Cahaya kilat menerangi wajah laki-laki itu sehingga tampak jelas. Belum pernah aku melihat wajah seperti itu.

Aku melihat setiap senti kulitnya tampaknya bekas terluka. Mulutnya seperti torehan serong, dan sepotong besar hidungnya hilang. Tetapi matanyalah yang membuatnya mengerikan.

Satu matanya kecil, hitam, seperti manik-manik. Satunya lagi besar, bundar seperti koin dan berwarna biru elektrik terang. Mata biru itu bergerak tak hentinya, tak seperti mata orang normal.

Si orang asing tiba di tempat Dumbledore. Dia mengulurkan tangan yang juga penuh bekas luka, seperti wajahnya, dan Dumbledore menjabatnya, menggumamkan kata-kata yang tak bisa ku dengar.

Orang asing itu duduk, menggoyang rambutnya supaya tidak menutupi wajahnya, menarik sepiring sosis ke dekatnya, mengangkatnya ke sisa hidungnya, dan mengendusnya.

Matanya yang normal memandang sosis, tetapi mata birunya masih bergerak tak kenal lelah di dalam rongganya, memandang seluruh aula dan semua murid.

"Aku memperkenalkan guru baru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam," kata Dumbledore dengan raut wajah yang riang, memecah keheningan. "Profesor Moody."

Biasanya guru baru disambut dengan tepukan, tetapi tak seorang pun dari guru-guru ataupun para murid yang bertepuk, kecuali Dumbledore dan Hagrid.

Mungkin saja karna ia terlihat menyeramkan, jadi tidak ada yang bertepuk tangan.

"Moody?" Harry bergumam kepada aku, aku mengangguk.

"Ada apa dengan wajah nya?" Bisik Hermione ke arah kami.

"Entah," Balas ku sambil berbisik.

"Seperti tadi mau kusampaikan," katanya, tersenyum pada lautan anak-anak di hadapannya, yang semuanya masih terpana memandang Mad-eye, "kita mendapat kehormatan menjadi tuan rumah pertandingan luar biasa di bulan-bulan mendatang, pertandingan yang sudah tidak diselenggarakan lebih dari seratus tahun. Dengan sangat gembira aku mengumumkan bahwa Turnamen Triwizard—Turnamen Trisihir—akan dilangsungkan di Hogwarts tahun ini."

Lalu semua murid tersentak kaget dan bertepuk tangan dengan meriah.

"Turnamen Triwizard pertama kali diselenggarakan kira-kira tujuh ratus tahun lalu sebagai kompetisi persahabatan di antara ketiga sekolah sihir terbesar di Eropa: Hogwarts, Beauxbatons, dan Durmstrang. Seorang juara dipilih untuk mewakili masing-masing sekolah, dan ketiga juara ini bersaing dalam menyelesaikan tiga tugas sihir. Ketiga sekolah ini bergiliran menjadi tuan rumah turnamen ini lima tahun sekali, dan kegiatan ini disepakati sebagai cara paling luar biasa untuk membina tali persahabatan di antara para penyihir muda yang berbeda bangsa—sampai, angka kematiannya menjadi tinggi sekali, sehingga turnamen ini tidak diteruskan." Ujar Dumbledore dengan semangat.

"Aku ikut!" Fred mendesis, wajahnya bercahaya memikirkan keagungan dan kekayaan sebesar itu.

"Meskipun aku tahu kalian semua bersemangat untuk memenangkan Piala Triwizard bagi Hogwarts," Kata Dumbledore sembari menghela nafas panjang, "para kepala sekolah yang muridnya akan ambil bagian, bersama Menteri Sihir, telah sepakat untuk menerapkan pembatasan umur untuk para peserta tahun ini. Hanya pelajar yang telah cukup umur—yaitu tujuh belas tahun atau lebih—diizinkan mengajukan nama mereka untuk dipertimbangkan." Lalu terdengar suara olokan dari banyak murid yang protes dan tidak terima.

"Oleh sebab itu kuminta kalian tidak usah membuang-buang waktu mendaftarkan diri jika usia kalian belum tujuh belas tahun." Ujar Dumbledore,
siapa pun dia, yang terpilih nanti. Nah, sekarang sudah malam, dan aku tahu kalian perlu beristirahat agar besok bisa segar ketika menerima pelajaran. Waktunya tidur!" Seru Dumbledore lalu semua murid keluar dari tempat duduk nya masing-masking dan keluar dari Aula Besar itu.

HARDEST CHOICE | d. malfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang