bab 5

5.2K 669 95
                                    

"Halo.." Sapa ku kepada Harry yang baru keluar dari kamar nya. Ia berjalan dan mendekati ku dan Hermione.

"Dia memberikan ini untuk mu, lho." Ujar Hermione mengulurkan setumpuk roti panggang yang dialasi tisu buatan ku.

"Mau jalan-jalan?" Tanya ku menatap Hermione dan Harry, lalu mereka tersenyum sumringah ke arah ku.

"Ide bagus!" Kata Harry dengan mata yang berbinar dan penuh terimakasih.

"Seperti nya kau saja bersama Harry." Ujar Hermione yakin lalu aku mengangkat sebelah alis ku.

"Kenapa? Ayolah, kita bertiga, apakah masalah?" Tanya ku memasang wajah aneh.

"Aku bisa saja menjadi serangga atau pun nyamuk diantara keromantisan kalian. Aku disini saja." Ujar Hermione lalu aku dan Harry hanya tertawa.

"Baik—lah, jika seperti itu." Ujar ku lalu aku dan Harry keluar dari asrama.

Lalu kami turun menyeberangi Aula Depan, cepat-cepat tanpa menoleh ke arah Aula Besar, dan segera saja sudah berjalan menyeberangi lapangan rumput menuju ke danau, tempat kapal Durmstrang berlabuh, memantulkan bayangan hitam di air.

Perlu ku katakan, pagi ini sangat dingin. Aku dan Harry terus berjalan, mengunyah roti, sementara Harry menceritakan kepada ku apa yang terjadi setelah dia meninggalkan meja Gryffindor semalam.

"Yah, tentu saja aku tidak tolol. Aku tahu bukan kau yang mendaftar," Komentar ku setelah Harry selesai bercerita tentang kejadian di dalam kamar Aula Besar.

"Apakah kau melihat Ron tadi?" Tanya Harry lalu aku menatap nya dengan ragu-ragu.

"Emm—ya, dia ada waktu sarapan." Ujar ku.

"Apa dia masih berpikir aku sendiri yang mendaftar?" Tanya Harry kepada ku memasang wajah khawatir.

"Yah—tidak, kukira tidak, sebenarnya tidak, Harry."Ujar ku salah tingkah.

"Apa maksudnya, 'sebenarnya tidak'?" Tanya Harry curiga kepada ku.

"Oh, Harry! Bukan—kah sudah jelas sekali?" Ujar aku memasang wajah putus asa. "Dia iri!"

"Iri?" Tanya Harry tercengang. "Apa yang dia irikan? Dia mau menjadi orang tolol di depan seluruh sekolah, begitu ya?"

"Begini," Ujar ku sabar, lalu menghela nafas panjang, "kau tahu, selama ini kau-lah yang selalu menjadi pusat perhatian, kau tahu itu. Aku tahu itu bukan salahmu," Aku melihat raut wajah Harry yang menganga tidak percaya.

"Hebat," kata Harry yang berpura-pura takjub. "Bilang padanya aku mau tukar dengannya kapan saja. Bilang padanya silakan kalau dia mau. Orang-orang ternganga memandang dahiku ke mana saja aku pergi..."

"Aku tak akan mengatakan kepada nya," Aku memasang wajah kesal sekali,  "Kau sendiri yang harus bilang. Itu satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah."

"Aku tak mau mengejar-ngejarnya, berusaha membuatnya bersikap lebih dewasa!" Ujar Harry rahang nya mengeras, dan dengan suara begitu keras. Sehingga beberapa burung hantu di pohon dekat mereka kabur ketakutan.

"Lihat, burung hantu saja sampai ketakutan dengan mu, Harry.." Ujar ku lalu ia hanya tertawa.

Lalu suasana menjadi hening, Harry memeluk tubuh kecil ku agar tetap hangat. Lalu dia mengacak-acakkan rambut ku dan mengecup puncuk rambut ku.

Lalu secara reflek aku mencium bibir tipis nya. Kami berciuman cukup lama, lalu aku melepas ciuman itu.

"Kau harus tulis surat kepada Sirius. Kau harus memberi tahu dia apa yang terjadi," Ujar ku memasang wajah khawatir, "Aku membawa perkamen dan pena bulu..."

"Shhh—," kata Harry menyuruh ku untuk mencilkan suara ku.

Ia memandang sekeliling untuk memastikan tak ada yang mendengar."Dia kembali ke sini hanya karena bekas lukaku berdenyut sakit. Dia mungkin akan menerobos masuk kastil kalau aku memberitahunya ada orang yang mendaftarkanku ke Turnamen Triwizard..." Ujar Harry lalu aku menatap nya dalam.

"Dia toh akan tahu juga nantinya..." Ujar aku dengan tegas.

"Bagaimana caranya?" Tanya dia kepada mu.

"Harry, berita ini tidak akan bisa ditutupi," kata aku memasang wajah sangat serius, "Turnamen ini terkenal, dan kau terkenal. Aku akan heran sekali kalau di Daily Prophet tidak ada berita tentang kau ikut bertanding. Kau sudah ada dalam separo buku-buku tentang Kau Tahu- Siapa... dan Sirius akan lebih senang mendengarnya langsung darimu, aku yakin."

"Oke, oke, aku akan menulis padanya," kata Harry melemparkan potongan terakhir roti panggang itu ke danau.

Kami memandang potongan roti itu mengapung sekejap, sebelum sungut besar muncul dari dalam air dan menyambarnya ke bawah permukaan air. Kemudian kami berdua kembali ke kastil.

"Burung hantu siapa yang kugunakan?" tanya Harry sembari kami menaiki tangga. "Dia sudah berpesan agar aku tidak menggunakan Hedwig lagi."

"Tanya Ron kalau kau boleh meminjam..." Ujar ku yakin lalu Harry menatap ku tidak suka.

"Aku tidak akan tanya apa-apa pada Ron," kata Harry tegas.

"Yah, kalau begitu pinjam salah satu burung hantu sekolah, semua anak bisa menggunakan mereka," Ujar ku lalu ia mengangguk setuju.

Kami pergi ke Kandang Burung Hantu. Aku memberikan sehelai perkamen kepada Harry, pena bulu, dan sebotol tinta, kemudian berjalan berkeliling deretan tempat hinggap burung, melihat-lihat burung-burung yang beragam, sementara aku melihat Harry duduk bersandar dinding dan menulis suratnya.

"Selesai," kata Harry kepada ku setelah dia selesai menulis suratnya kepada Sirius yang merupakan ayah-baptis nya, lalu aku mengangguk oke.

Kamu berdua berdiri bangkit lagi sambil memandang berkeliling burung-burung hantu sekolah.

***

"Aku ingin sekali bertemu Hagrid." Ujar Harry kepada ku seraya berjalan ke arah pondok nya

"Apakah kau yakin? Aku hanya mengatakan, berarti kita akan bertemu anak-anak Slytherin juga." Ujar ku tidak yakin, seperti nya Harry tidak memperdulikan ku, ia tetap membawa ku kedalam pondok itu.

Sesuai dugaan ku, aku melihat Draco Malfoy tiba di pondok Hagrid dengan cemoohnya yang biasa.

"Ah, lihat, teman-teman, sang juara dengan pacar nya." Kata Draco kepada Crabbe dan Goyle begitu berada dalam jarak pendengaran ku.

"Bawa buku tanda tangan? Lebih baik minta tanda tangannya sekarang, karena aku sangsi dia bisa lama bersama kita. Separuh juara Triwizard sudah mati, berapa lama menurutmu kau bisa bertahan, Potter? Sepuluh menit setelah tugas pertama, taruhanku." Mereka terbahak melecehkan.

Aku mengacungkan tongkat sihir ku sebagai tanda ancaman serius kepada nya dengan wajah galak. Dia bersikap impresif dan pura-pura kaget. "Ah ya! Berani sekali kau berbuat tidak sopan kepada ku."

"So?" Tanya ku memasang wajah seolah-olah sudah siap untuk melakukan perlawanan kepada Draco.

"Calm down. Pacar mu tak akan bertahan lama saat Turnamen Triwizard karna ia pecundang dan lemah." Ujar Draco tertawa puas kepada teman-teman nya.

Plakkkk

Aku menampar pipi kanan Draco dengan keras, Draco sama sekali tidak menjerit, ia seperti menatap ku dengan tatapan tidak percaya, dan mengusap-usapkan pipi nya yang memerah karna ku.

Aku menghela nafas kasar dan menatap Draco dengan tajam, Harry menarik tangan ku dan meninggalkan kerumunan.

HARDEST CHOICE | d. malfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang