bab 27

3.7K 560 73
                                    

"Aku sudah melihat selama seminggu, dan melihat Laskar Dumbledore, bukti atas apa yang kukatakan kepada mu dari awal, Cornelius." Aku mendengar suara Umbridge.

Aku dan Cho ditarik paksa oleh Percy Weasley untuk masuk kedalam ruang Dumbledore, "Semua ketakutan mu atas Kau-Tahu-Siapa tak pernah bisa membodohi kami. Kami sudah melihat segala kebohongan mu. Siasat untuk merebut kendali dari Kementrian." Umbridge berkata dengan angkuh.

"Sssh!" Aku menepis dan memukul tangan Percy dengan kasar.

"Tidak sopan!" Seru Percy dengan mata melotot.

"Kau tidak harus menarik jubah ku!" Aku meninggikan suara ku menatap Percy dengan penuh marah, lalu Umbridge, Fudge, dan Dumbledore menatap ke arah ku, "Sori." Aku mengecilkan suara ku malu.

"Tentu saja." Dumbledore menatap Umbridge kembali, "Dikertas itu jelas tertulis Laskar Dumbledore, bukan Laskar Potter. Aku menyuruh Harry Potter untuk membuat organisasi ini. Dan hanya aku yang bertanggung jawab atas aktivitas ini."

"Kirimkan berita ini ke Daily Prophet. Jika sempat berita ini bisa di terbitkan di edisi pagi. Dawlish, Shacklebolt, kalian yang akan mengawal Dumbledore ke Azkaban untuk menunggu persidangan atas konspirasi dan pemberontakan." Kata Fudge dengan penuh kemenangan.

"Aku pikir kita punya sedikit masalah. Kalian seperti nya berpikir bahwa aku akan pergi tanpa perlawanan." Kata Dumbledore dengan tenang, "Aku tak berniat untuk pergi ke Azkaban."

"Cukup sudah. Bawa dia!" Teriak Umbridge dengan penuh marah.

Lalu dengan cepat Fawkes burung milik Dumbledore datang dan bayangan Dumbledore menghilang sekejap.

"Kau mungkin tak menyukai dia, Menteri." Kata Kingsley Shacklebolt kepada nya, lalu ia menghela nafas panjang, "tapi kau tak bisa menyangkal, Dumbledore punya gaya nya sendiri."

"Sudah kan?" Aku menoleh menatap Percy dengan tajam, "Kau Weasley paling buruk yang pernah kutemukan!" Teriak aku lalu aku meninggalkan ruangan Dumbledore dengan perasaan marah.

***

"Maafkan ku [Y/N], aku kemarin benar-benar tidak tahu bahwa kau memanggil nama ku untuk menolong mu." Harry menatap ku dengan perasaan bersalah.

"Ya, tidak apa-apa Harry." Aku tersenyum simpul.

"Jadi, kemarin Malfoy berhasil menangkap mu, dan ia dapat tambahan poin untuk asrama Slytherin karna berhasil menangkap mu?" Hermione menatap ku serius, lalu aku mengangguk.

"Yup. Sangat menyebalkan, kau tahu, jubah ku robek karna nya." Aku mendadak murung.

"Menurut ku, Malfoy menangkap mu karena ingin dekat dengan mu!" Ron berkata sangat yakin.

"Aku setuju dengan Ronald, bukan kah dia bisa mengangkap Harry juga? Padahal disana hanya ada kau dan Harry." Timpal Hermione.

"Entah lah, aku sangat membenci nya." Aku sama sekali tidak berbohong dengan ucapan ku, memang benar aku kadang membenci nya karena ia hanya mendatangkan masalah di hidup ku.

"Aku saran kan kau harus hati-hati dengan Malfoy." Ron berkata seakan-akan ia menakuti-nakuti ku.

"Maaf, aku tidak mengerti."

"Dia bisa saja berpura-pura menyukai mu karena ia mau memanfaatkan mu! Kau tahu—Malfoy kan licik." Ron berkata sambil tersenyum kaku.

Aku tertegun berpikir apa yang dikatakan Ron, namun sepersekian detik kemudian aku merasa sangat bodoh untuk berpikir seperti ini karna aku sudah tau bahwa Malfoy adalah suami ku, "Aku tidak yakin. Buat apa dia memanfaatkan ku?"

"Bisa saja, dia kan Slytherin." Ron mengecilkan suara nya dengan nada pasrah.

"Bagaimana hubungan mu dengan Cho, Harry?" Aku bertanya berusaha untuk tidak kaku, karena aku bukan lagi pacar nya, melainkan aku sahabat nya.

Wajah Harry mendadak memerah merona, "Aku tidak yakin, dia bilang dia menyukai ku—"

"Tapi dia tampak nya sangat marah dengan ku, dia cemburu karna aku dekat dengan mu." Aku berkata pura-pura khawatir, "Kau harus meyakinkan nya bahwa kita hanya sebatas sahabat biasa."

"Well, dia bukan hanya cemburu karena aku dekat dengan mu, bahkan dia juga tidak menyukai Hermione." Harry menatap aku dan Hermione secara bergantian dengan ragu.

***

ATAS PERINTAH MENTERI SIHIR
Dolores Jane Umbridge (Penyelidik Tinggi) telah menggantikan Albus Dumbledore sebagai Kepala Sekolah Sihir Hogwarts.
Yang di atas sesuai edngan Dekrti Pendidikan Nomor Dua Puluh Delapan. Tertanda: Cornelius Oswald Fudge, Menteri Sihir

"Oh, kuduga dia benar-benar mengkhayalkan dirinya duduk di atas sana di kantor Kepala," Kata aku dengan keji, ketika kami berjalan menaiki undakan-undakan batu ke dalam Aula Depan.

Aku tertawa sinis, "Berkuasa atas semua guru yang lain, si bodoh yang sombong, guru yang gila kekuasaan—"

"Sekarang, apakah kau benar-benar mau menyelesaikan kalimat itu, sayang?" Aku tersentak kaget, melihat Draco telah menyelinap dari balik pintu, diikuti dari dekat oleh Crabbe dan Goyle.

"Kutakut aku harus mengurangi beberapa poin dari Gryffindor," Dia berkata dengan suara dipanjang-panjangkan, membuat ku memutar bola malas.

"Cuma para guru yang bisa mengurangi poin dari asrama, Draco!" Aku berkata dengan suara lantang.

"Kau harus ingat, kami juga prefek!" Bentak Ron menatap tajam Draco.

"Aku tahu prefek tidak bisa mengurangi poin, Raja Musang." Ejek Draco lalu dia dan teman-teman nya terkikik-kikik. "Tapi anggota-anggota Regu Penyelidik—"

"Apa!" Aku meninggikan suara ku.

"Regu Penyelidik, sayang. Jangan memotong pembicaraan ku." Draco tersenyum menggoda ku.

"Sekumpulan murid-murid terpilih yang bersikap mendukung Menteri Sihir, dipilih sendiri oleh Profesor Umbridge. Ngomong-ngomong, anggota-anggota Regu Penyelidik punya kekuasaan untuk mengurangi poin, jadi, [Y/N], aku terpaksa akan ambil lima darimu karena bersikap kasar tentang Kepala Sekolah kita yang baru." Draco tersenyum penuh kemenangan.

"Oh ya! Aku mengambil lima poin lagi karena aku tidak suka, Potter, Weasley, kemejamu tidak dimasukkan. Oh yeah, aku hampir lupa! Kau seorang Darah-Lumpur, Granger, jadi potong sepuluh karena itu." Draco berkata lagi seolah-olah ia sangat berkuasa.

"Lantas, apa hubungan nya jika Hermione Darah-Lumpur? Toh, dia tidak melanggar peraturan?" Gertak aku dengan suara tinggi.

"Tapi aku tidak suka ada Darah-Lumpur." Draco tertawa lagi, lalu dengan cepat aku menampar wajah Draco dengan keras, lebih keras dari tamparan aku yang sebelum nya.

Draco meringis kesakitan, dan aku melihat pipi nya yang sangat merah karna bekas tamparan ku, "Silahkan! Potong poin ku semau mu! Kalau bisa se banyak-banyak nya kau potong poin ku, aku tidak peduli!" Aku meninggalkan tempat itu, dimana semua orang menatap ku tidak percaya, dan masih terdiam.

Bahkan anak-anak Slytherin lain nya yang biasa mengejek ku menjadi terdiam seolah-olah mereka merasakan tampar an aku juga.

HARDEST CHOICE | d. malfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang