34. Different Personalities

6.6K 551 157
                                    

Selama musim panas, aku hanya dua kali menemui orangtua ku, sisa liburan ku, aku habiskan untuk bersenang-senang dengan Draco.

Setelah kejadian itu, itu adalah pertama kali nya di hidup ku melakukan hal di luar kendali ku. Tetapi tidak berhenti sampai disana, tanpa Amortentia pun, aku dan Draco tetap melakukan nya, terkadang setiap malam.

Tetapi setelah akhir liburan musim panas, satu fakta buruk menimpa pikiran Draco. Lord Voldemort memberi nya tugas untuk membunuh Dumbledore, setelah ayah nya masih menjadi tawanan Azkaban.

Aku memiliki firasat buruk tentang tugas yang harus dia lalui, bukan hanya aku, Draco juga merasa dia tak bisa melakukan nya, namun dia tetap harus melakukan nya sendiri, jika tidak, dia dan keluarga nya akan dibunuh, dan aku tidak mau hal itu terjadi.

Berulang kali aku menyerahkan diri untuk membantu nya untuk membunuh Dumbledore, tetapi dia selalu menolak hal itu karena dia tidak ingin aku celaka.

"Kau bukan pembunuh, Draco, aku tahu itu." Aku berkata dengan wajah khawatir, "Sekarang, biarkan aku untuk membantu mu menjalankan tugas itu."

"Kau tahu, aku sang terpilih, dia memilih ku. Jadi, aku yang harus menjalankan tugas ku." Dia berkata dengan tegas, tetapi aku bisa melihat ujung bola mata nya yang menahan kesedihan itu.

"Menjalankan tugas mu membunuh Dumbledore, dengan sendirian? Yang harus kau bunuh adalah orang hebat, Draco, kau harus tahu itu." Aku berkata dengan serius, sambil memegang erat tangan nya.

"Kau meragukan ku? Aku-"

"Ya memang. Aku meragukan mu karena aku khawatir dengan mu." Aku berkata dengan mata sedikit berkaca-kaca, "Apakah kau tahu? Dia memberi mu tugas seperti itu karena dia ingin kau mati! Karena apa? Karena ayah mu tidak mendapatkan Ramalan itu, Dia dendam kepada keluarga mu, Draco.."

Dia terdiam membisu, tidak berkata apapun. Aku tahu, apa yang aku katakan mungkin dapat menyakiti hati nya, namun itu adalah fakta, aku hanya ingin dia tidak melakukan tugas itu sendirian.

Dia tetap terdiam, dan dia meneteskan air mata untuk pertama kali nya aku melihat dia se-sedih itu, "Draco, kumohon, aku tidak bermaksud untuk menyakiti hati mu." Aku berkata dengan suara se lembut mungkin, "Aku hanya ingin kau tidak merasa sendirian. Jadi, kumohon, biarkan aku untuk membantu mu, okay?"

Samar-samar dia menatap ku, dan dia tersenyum tipis, dengan cepat dia memeluk tubuh ku, "Terimakasih, sayang."

"Well, jadi bagaimana kita memulai rencana ini?" Aku melepaskan pelukan itu, dan menatap nya dengan cermat.

"Ah ya, kurasa kita harus ke Diagon Alley hari ini, bersama ibu ku." Dia berkata dengan yakin, lalu aku mengangguk.

***

Diagon Alley, tempat yang begitu ramai dan padat akan pengunjung. Aku dan Draco memakai baju, jubah serba hitam. Aku menutup setengah wajah ku, dan kami memilih untuk berpisah dari Narcissa, ibu Draco.

Kami memilih untuk berkunjung ke Knockturn Alley, jalan kecil, lebih tepat nya, khusus untuk menjual barang-barang Ilmu Hitam, dan tampak sangat sepi dari keramaian orang.

Sebelum kami menyelinap masuk, aku dan Draco menatap sekeliling dengan gusar, lalu akhirnya kami memutuskan untuk masuk kedalam ruangan itu.

Kami dapat melihat, pemilik toko, Mr Borgin. Seorang laki-laki bungkuk dengan rambut berminyak, yang sekarang berdiri di hadapan aku dan Draco.

"Kau tahu cara membetulkan nya?" Draco berkata kepada laki-laki tua itu.

"Mungkin." Kata Mr Borgin dengan wajah ragu-ragu dan ketakutan, "Tapi aku perlu melihat nya. Kenapa kau tidak membawa nya ke toko saja?"

"Tidak bisa." Ketus aku menatap laki-laki tua itu dengan tajam, "Harus tetap di tempat nya. Kami cuma ingin tahu bagaimana cara nya." Aku berkata dengan nada kasar.

Borgin menatap kami dengan gugup, "Yah, harus kukatakan ini pekerjaan sulit sekali, bahkan aku tidak bisa membetulkan ini."

"Tidak, ya?" Draco menyeringai, "Mungkin ini akan membuat mu untuk berpikir dua kali."

Draco memberi intruksi kepada ku, lalu aku hanya mengangguk, dan mengeluarkan sesuatu dari tas hitam ku, dan mendekati Borgin, dia tampak sangat ketakutan setelah mengetahui apa yang aku tunjukkan kepada nya, "Kalau kau berani cerita kepada siapapun..." Aku menatap Borgin dengan tatapan jahat, aku menoleh menatap Draco, dan mempersilahkan dia untuk berbicara.

"Tentu saja ada balasan nya, dasar bego." Decih Draco dengan senyum sinis, "Kau tahu kan, Fenrir Grey-back? Dia teman keluarga kami. Dia akan datang dari waktu ke waktu untuk memastikan kau harus membenarkan benda ini."

"Tapi-"

"Aku yang memutuskan!" Potong Draco menatap sinis Borgin, "Nah, sebaik nya, aku dan istri ku pergi. Dan jangan lupa kau menyimpan benda yang satu itu...., karna kami akan membutuhkan nya."

"Mungkin kalian mau membawa nya sekarang?" Tutur dia dengan nada ketakutan.

"Tentu tidak, dasar tolol. Mana mungkin kami akan membawa seperti ini sepanjang jalan?" Aku menatap nya dengan tajam.

"Dan yah, kami peringatkan agar kau tidak menjual nya." Timpal Draco merangkul tubuh ku, sebagai pertanda bahwa kami akan meninggalkan tempat ini.

"Baik, tuan... nyonya..." Dia membungkuk hormat kepada kami.

"Jangan bilang kepada siapapun kecuali ibu ku, mengerti?" Draco menatap nya dingin.

"T-tentu, t-tuan.." Dia membungkuk lagi, lalu aku dan Draco berjalan angkuh meninggalkan toko itu dengan sangat puas.

***

Jangan lupa di vote ya-!!💕💕
Nanti malam double update ya gaiss
semenjak y/n deket banget sama draco, attitude nya jadi 0% doang gais🥺🙏🏻

HARDEST CHOICE | d. malfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang