Dunia seakan telah berakhir, pertempuran masih tidak berhenti. Aku dan Draco berlari ke tepi kastil melewati dinding-dinding yang telah di ledakkan oleh kutukan-kutukan, dan ada banyak lagi laba-laba raksasa yang memanjat sisi bangunan.
"Kita harus kemana sekarang." Draco berkata dengan wajah ketakutan dan terus menggenggam tangan ku sangat kuat sekali, dan melemparkan mantra bius asal-asal an kepada orang yang berusaha meluncurkan mantra di belakang nya tanpa memikirkan siapa orang itu.
"Jangan bodoh Draco. Kau hampir membunuh anak kelas tujuh yang tidak bersalah!" Aku berkata dengan suara parau sambil terus berlari melewati beberapa ledakan.
Aku dapat melihat seekor laba-laba raksasa yang ukuran yang sangat besar dan berusaha memanjat masuk melewati lubang besar di dinding, salah satu nya seperti keturunan Aragog yang telah ikut meramaikan pertempuran.
Laba-laba raksasa itu mendekati kami, dengan cepat aku mengarahkan tongkat ku tepat di laba-laba raksasa itu dan meluncurkan mantra, "Incendio!" Teriak aku dengan suara keras lalu ledakan bom api yang sangar besar keluar dari ujung tongkat ku sehingga menewaskan beberapa laba-laba raksasa yang hangus terbakar dan dinding-dinding kastil Hogwarts beberapa runtuh karena bom ledakan yang aku pancarkan.
Draco menganga takjub seperti orang idiot, dengan cepat aku memukul nya, "Ayo lari Draco!" Aku menarik tangan Draco dengan kasar lalu kami meninggalkan tempat itu yang dipenuhi asap-asap hitam bekas ledakan.
"Kita harus kemana sekarang!" Draco berkata meninggikan suara nya dengan cemas ketika kita sudah berada di tempat yang aman dan tidak ada ledakan bom yang liar disini
"Pegang tangan ku, Draco." Aku berkata dengan tegas tetapi Draco tidak melakukan nya dan terus memikirkan sesuatu.
"Masalah nya kita mau kemana sekarang—"
"Sudah kukatakan pegang tangan ku!" Aku berkata dengan suara keras, lalu tak lama kemudian aku melihat Pelahap Maut bertopeng yang menyadari keberadaan kami dan tersenyum licik seperti nya dia tahu kalau kita gagal untuk menangkap Harry malam ini.
"CEPAT DRACO!" Aku berteriak melotot tajam kepada nya, dengan tangan yang gemetar hebat dia berhasil memegang tangan ku.
Dengan sekejap mata aku dan Draco berhasil berpindah ke Shrieking Shack tempat yang sangat gelap dan sangat sunyi dan tidak ada teriakan-teriakan atau jerit-jerit an orang dalam pertempuran.
"Ini tempat apa?" Draco berkata dengan wajah keanehan dengan cepat aku menarik tangan Draco dan menyuruh nya untuk berjalan mundur hati-hati.
"Di Shrieking Shack kurasa. Entah kenapa aku langsung terpikir untuk kesini." Aku berkata dengan suara kecil, tak lama kemudian aku dan Draco dapat melihat jelas Lucius Malfoy yang berada di belakang Voldemort yang terus memegang tongkat sihir nya dan bertampang dingin.
Dengan cepat kami bersembunyi di lorong-lorong belakang agar tidak ketahuan.
"Yang Mulia.." Terdengar suara parau dan putus asa dari Lucius Malfoy, lalu Voldemort berpaling dengan tatapan tajam nya dan aku juga dapat melihat Lucius dengan bekas-bekas luka hukuman dan tamparan nya dari Voldemort.
"Kau mengajakku kesini untuk membuntuti mendengar percakapan ayah ku—"
"Shhhh..." Aku berkata dengan suara sangat kecil dan menyuruh nya untung tetap diam, "Aku benar-benar tidak tahu, Draco." Bisik aku lalu dia hanya mengangguk ketakutan.
Lucius memejamkan mata nya yang membengkak, "Yang Mulia...tolong...anakku..."
"Kalau anakmu mati, Lucius, itu bukan salah ku." Voldemort berkata dengan santai dan senyuman licik di wajah nya.
"Apa maksud nya itu?" Aku berbisik dengan suara kecil dan menatap dari kejauhan dengan keheranan, "Jadi Pangeran Kegelapan sudah tau semua nya?"Aku menoleh dan melihat Draco yang membeku dengan wajah memucat.
"Draco, kurasa tidak mungkin juga Pangeran Kegelapan membunuh mu." Aku berbisik kepada Draco yang terdiam ketakutan dan dia tak henti nya tangan nya yang basah memegang tangan ku keras-keras.
"Draco dan [Y/N] tidak datang dan bergabung dengan aku. Mereka malah bergabung dengan anak-anak Slytherin lain nya." Voldemort menatap tajam Lucius, "Barangkali mereka berdua memutuskan untuk memihak Harry Potter?" Voldemort berkata dengan pedas sambil terus-terus an memainkan tongkat nya.
"Tidak—tidak, Yang Mulia.." Lucius berkata dengan suara gemetar.
"Hahaha. Semoga saja tidak." Voldemort tiba-tiba tertawa-tawa padahal tidak ada yang lucu di suasana genting seperti ini.
"Tidakkah, kau takut, Y-yang Mulia.. b-bahwa Potter mungkin mati di tangan yang lain dan bukan tangan kau?" Lucius berkata dengan suara terbata-bata, "Tidakkah... m-maafkan saya.... lebih bijaksana menghentikan pertempuran ini, dan Yang Mulia bisa memasuki kastil dan k-kau sendiri yang mencari nya Yang Mulia.."
"Jangan berpura-pura Lucius. Kau ingin pertempuran berhenti supaya kau bisa mencari tahu apa yang terjadi dengan Draco dan istri nya. Aku tak perlu mencari Potter. Sebelum malam berakhir, Potter yang seharusnya mencari ku." Voldemort berkata lalu dia menjauhkan diri nya dari Lucius.
"Pergi dan jemput Snape." Voldemort berkata dengan suara tegas.
"Snape, Yang Mulia?"
"Snape. Sekarang. Aku memerlukan nya. Pergi!" Perintah Voldemort lalu dengan ketakutan Lucius pergi dari ruangan itu.
"Pegang tangan ku cepat!" Aku berkata dengan suara pelan, sejenak dia memandang ku ragu. Namun karena ketakutan Voldemort yang akan berjalan mendekati rak-rak tempat penyembunyian kita dengan cepat cepat dia memegang tangan ku.
Dan sekejap kami pun kembali ke dalam kastil Hogwarts yang sekarang berada di puncak tangga pualam di Aula Besar dan terdengar suara ledakan bom yang semakin menjadi-jadi.
"Nah coba lihat ada apa disana!" Teriak seorang Pelahap Maut yang bertopeng dan berjalan mendekati kita.
Dengan langkah cepat dan gusar aku mengeluarkan Jubah Gaib ku dari tas hitam, "Draco kau bisa kan mengatakan kepada mereka yang sebenarnya. Maksud ku, kita kan tidak berpihak kepada Harry Potter."
"Kau mau kemana!" Draco berkata dengan keras, wajah nya memucat ketakutan, dengan cepat aku menggeleng.
"Aku tidak kemana-mana. Tenang saja." Aku berbisik kepada nya dengan cepat dia mengangguk ketakutan. Aku dapat melihat seluruh tubuh Draco gemetar hebat ketika Pelahap Maut bertopeng itu mendekati nya.
"A-aku Draco Malfoy, aku Draco! Aku ada di pihak kalian, kumohon!" Jerit Draco, mata nya memerah sangkin ketakutan nya dan tepat sekali sekarang dia berada di depan wajah-wajah Pelahap Maut bertopeng yang siap untuk melemparkan kutukan kepada nya.
Dengan cepat aku keluar dari Jubah Gaib ku dan tanpa berpikir dengan cepat aku melemparkan kutukan Cruciatus tepat kepada tiga Pelahap Maut.
Pelahap Maut itu terjatuh dan berteriak-teriak menjerit kesakitan.
Aku sama sekali tidak peduli bahwa aku sudah membunuh tiga Pelahap Maut yang berada di hadapan kami sekarang.
Tetapi untuk apa berpura-pura lagi, karna satu fakta bahwa mereka banyak yang mengira bahwa aku dan Draco berada di pihak Harry Potter hanya karena kami tidak bergabung dengan mereka. Padahal sama sekali tidak.
Draco tersenyum, tetapi tidak untuk aku dengan wajah memerah padam dan sangat kesal kenapa dia begitu lemah dan takut untuk bertindak.
Dengan cepat aku memukul Draco dengan sangat keras menggunakan tas hitam ku, "KENAPA SIH KAU SANGAT LEMAH DRACO!" Aku berteriak dengan suara keras sambil menangis tersedu-sedu.
"Aku sudah berkali-kali melindungi mu, kau tahu itu, hiksssss. Jika saja aku tidak ada bersama mu, mungkin kau sudah mati sekarang!" Tangisan ku semakin menjadi-jadi.
****
ohh ya gais jangan di skip duluu
sebenernya kalian lebi nyaman pake nama atau pake y/n si? atau pake OC?
aku bingung bgt pgn bikin cerita baru nanti kalau yang ini udah selesai, tapi bingung mau pake y/n, nama biasa atau oc :'(
Nanti up lagi kok gais:)
Jangan lupa di vote yaa!💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
HARDEST CHOICE | d. malfoy
FanficPernikahan ini dibuat hanya karna harta, kasta keluarga, dan keturunan darah murni penyihir. Tak masalah jika aku tidak mencintai laki-laki itu. = = = = = = = = = = = = Seluruh isi Hogwarts ku jamin tidak akan ada yang mengetahui bahwa aku sudah me...