Aku membuka perlahan mata ku, orang yang pertama kali aku lihat adalah Draco dengan bekas luka yang masih ada di wajah nya dan rambut putih pirang nya yang sangat berantakan karena bertempur.
"Aku dimana, Draco?" Samar-samar aku dapat melihat dengan jelas seisi ruangan yang tampak bergembira dan berbincang-bincang satu sama lain dan meminum teh hangat.
"Aula. Masih di kastil Hogwarts. Masa kamu lupa?" Draco berkata dengan nada keheranan sambil membantu tubuh ku untuk duduk dan mengambil secangkir teh.
"Bukan kah terakhir kali, kita di Hutan Terlarang? Orangtua ku mati... Harry juga..." Aku berkata dengan suara sangat pelan dan hampir tidak terdengar.
"Kau pura-pura lupa?" Draco berkata dengan serius kepada ku, kedua mata nya nyaris tak lepas dari pandangan ku, "Kau baru saja membunuh Bellatrix Lestrange. Bukan kah dia bibi mu sendiri?"
"APA?" Mata ku secara reflek melotot tidak percaya seakan ini semua mimpi, "Tidak mungkin kan, Draco. Maksud ku, aku sama sekali tidak membunuh nya!"
"Kau membunuh nya menggunakan kutukan Avada Kedavra. Kau mengambil alih Molly Weasley." Draco berkata dengan santai.
"Hehhh, Madam Pomfrey tua! Cepat sini, lama amat sih dasar nenek tua!" Draco berseru kencang kepada Madam Pomfrey yang sedang sibuk berlalu lalang menyembuhkan luka-luka orang yang sehabis bertempur.
Aku mengacak-acakkan rambut ku frustasi, "Aku tidak pernah membunuh nya!"
"Kau bercanda, sayang? Kau yang melakukan masa kamu yang lupa." Draco berkata sambil tertawa padahal tidak ada yang lucu.
"Aku tidak mengingat apapun. Aku tidak pernah membunuh nya, Draco. Aku berani bersumpah demi Kancut-Merlin!" Aku berkata dengan suara tinggi.
"Kalau begitu.." Draco bergumam lalu menghembuskan nafas pasrah, "Terpaksa aku harus memanggil si nenek tua jelek Darah-Pengkhianat itu!"
"Berani-berani nya kau menghina ibu ku, Malfoy!" Ron datang tiba-tiba dengan wajah kesal. Lalu Ron mengalihkan perhatian nya kepada ku dan tersenyum, "Terimakasih telah menyelamatkan nyawa Ginny dan ibu ku, [Y/N]." Ron tersenyum tulus diikuti oleh Hermione di belakang nya.
"Apa maksud nya ini? Aku tidak mengerti." Aku berkata dengan nafas terengah-engah seperti berada di dunia lain.
"Kau membunuh Bellatrix Lestrange. Kau sangat aneh tadi. Kau terus bergumam tidak jelas, tapi yang aku ingat jelas, kau mengatakan Ini adalah pembalasan dari orangtua ku yang mati." Hermione berkata menatap ku gusar, "[Y/N] apapun itu... kau benar-benar hebat. Maksud ku, Bellatrix adalah penyihir hitam terhebat. Dan kau hanya tujuh belas tahun, bisa menghabisi bibi mu sendiri."
"Bagaimana dengan Harry?" Aku berkata cepat-cepat dengan pernasaran. Aku dapat melihat wajah Draco yang sangat kesal dan menjauhkan diri nya dari ku karena cemburu aku mengatakan soal Harry.
"Dia sudah berhasil membunuh Voldemort. Dan sekarang Tongkat Elder sudah berada di tangan nya. Aku tidak tahu mau dia apakan tongkat itu." Hermione berkata lagi dengan tampang datar, "Nah kalau gitu, aku tidak bisa berlama-lama dengan Ron disini. Aku ingin keluar kastil bentar. Bye, [Y/N]." Hermione melanjutkan lalu mereka melambaikan tangan nya kepada ku.
"Kenapa sih kau selalu bertanya tentang Potter. Kau senang melihat ku terlihat bodoh untuk cemburu?" Draco berkata dingin dan memalingkan pandangan nya dari ku.
"Yeah memang." Aku tertawa pelan, "Kau lucu kalau sedang cemburu, padahal aku hanya Harry hanya sahabatan."
"Ya tapi sahabatan seperti itu sama sekali tidak wajar bagi ku." Draco berkata dengan serius, "Sedangkan kau berteman dengan laki-laki lain saja sudah membuat ku gila. Apalagi kau sahabatan dengan Potter." Draco menambahkan dengan wajah tidak bersahabat nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARDEST CHOICE | d. malfoy
FanfictionPernikahan ini dibuat hanya karna harta, kasta keluarga, dan keturunan darah murni penyihir. Tak masalah jika aku tidak mencintai laki-laki itu. = = = = = = = = = = = = Seluruh isi Hogwarts ku jamin tidak akan ada yang mengetahui bahwa aku sudah me...