Chapter 8

1.2K 162 5
                                    

Seamus, Harry, Ron dan Malfoy —yang ikut-ikutan, membicarakan tentang Black. Tentu Anvayz malas ikut campur, moodnya sedang turun drastis dan ia takut tidak bisa mengontrol emosinya.

Lalu Snape berkata, "Kalian mestinya sudah selesai memasukkan semua
bahan ramuan sekarang. Ramuan ini harus mendidih dulu sebelum bisa diminum. Menyingkirlah dulu sementara ramuan mendidih dan kemudian kita akan mengetes katak
Longbottom..."

Crabbe dan Goyle tertawa terang-terangan, memandang Neville yang berkeringat dan mengaduk ramuannya dengan terburu-buru.

Hermione menggumamkan petunjuk-petunjuk kepadanya dari sudut mulutnya, supaya Snape tidak melihatnya. Anvayz, Harry dan Ron mengemas kembali bahan-bahan mereka yang tidak terpakai, lalu mencuci tangan dan sendok pengaduk mereka di wastafel batu di sudut.

"Apa maksud Malfoy?" gumam Harry kepada Ron, sambil sekali lagi mengulurkan tangannya ke bawah semburan air sedingin es yang memancar dari mulut gargoyle.

"Kenapa aku harus balas dendam kepada Black? Dia tidak melakukan apaapa terhadapku— setidaknya belum."

"Dia cuma mengada-ada," kata Ron sewot, "Dia mencoba membuatmu melakukan sesuatu yang bodoh..."

"Lupakan saja Rry, sebaiknya kau memikirkan hal yang lebih berguna." sahut Anvayz.

*#*#*#

Menjelang akhir pelajaran, Snape mendatangi Neville, yang gemetar ketakutan di sebelah kualinya.

"Semua berkumpul," kata Snape, mata hitamnya berkilat, "Dan saksikan apa yang terjadi pada katak Longbottom. Kalau dia berhasil membuat Cairan Penyusut, kataknya akan menyusut menjadi kecebong. Kalau, seperti yang tak kuragukan lagi, dia salah membuat ramuannya, kataknya akan keracunan."

Anak-anak Gryffindor mengawasi dengan ketakutan. Anak-anak Slytherin tampak bergairah. Snape memungut Trevor dengan tangan kirinya, dan memasukkan sendok kecil ke dalam ramuan Neville, yang sekarang berwarna hijau. Dia meneteskan beberapa tetes ke
kerongkongan Trevor.

Sedangkan Anvayz hanya menyender di pojok ruangan dekat dengan tempat mereka berkumpul, memandang tak minat.

Suasana sunyi senyap. Trevor menelan, kemudian terdengar bunyi plop pelan, dan Trevor si kecebong menggeliat-geliat di atas telapak tangan Snape.

Anak-anak Gryffindor bertepuk riuh. Snape, dengan wajah masam, mengeluarkan botol kecil dari dalam saku jubahnya, menuangkan beberapa tetes ke atas Trevor, dan
dalam sekejap saja Trevor muncul lagi, sudah menjadi katak dewasa.

"Potong lima angka dari Gryffindor," kata Snape, membuat senyum menghilang dari wajah semua anak.

"Omong kosong macam apa itu! Sungguh, aku benar-benar menyesal sudah bela-belain datang kemari menahan rasa sakit dan tidak membolos kali ini. Padahal aku masih punya kesempatan membolos." batin Anvayz yang lagi-lagi didengar Snape.

"Sudah kularang kau membantunya, Miss Granger. Kelas bubar, kecuali kau Miss Axlvy! Karena tidak berkumpul kesini."

Anvayz berdecak kesal, ia benar-benar sudah muak berada disana. Ia menyukai pria itu, tetapi membenci sikap semena-mena yang sangat bertentangan dengan sifat 'Professor'.

*#*#*#

Semua murid sudah meninggalkan kelas, sisa Anvayz dan Snape berdua disana. Snape yang sedang duduk di singgasana kebanggaannya menatap tajam Anvayz seolah berkata 'kemari!'.

Anvayz yang paham dengan maksud Pria tersebut mendekat dengan ogah-ogahan.

"Kenapa memanggilku Sir?" ucap Anvayz tanpa rasa bersalah.

"Potong 50 angka karena berkata kasar, berusaha membolos dari pelajaran, dan bersikap tidak sopan kepada Professornya!" ucap Snape to the poin.

"Saya tidak bersikap apapun yang dapat mengurangi poin asrama saya! Saya hanya diam daritadi jika anda tak tahu, Sir!" kata Anvayz mencoba berkata sabar, walaupun hasilnya tidak sama sekali.

"Ya, kau tidak bersikap apapun. Tapi kau mengucapkan seperti yang aku ucapkan barusan di dalam pikiranmu, Axlvy!" gertak Snape.

Anvayz yang baru sadar jika Snape bisa Legilimency pun geram.

"Itu hak saya, Sir! Anda tidak bisa mengatur apa yang saya ucapkan di pikiran saya! Dan anda tidak berhak membaca isi pikiran orang lain!" sahut Anvayz menggebu-gebu, menaikkan satu oktaf suaranya. Dia sudah tidak peduli dengan perasaannya, mungkin memang ia sudah tidak mencintainya.

"Pikiranmu mudah sekali terbaca jika kau dalam mood yang tidak stabil, bodoh. Dan kukira, keluarga Axlvy mempunyai bakat murni Legilimecy dan Occlumency yang kuat." ucap Snape datar dan masih berusaha menahan emosinya.

"Ya, memang aku bisa. Tetapi aku tidak selancang dirimu yang selalu membaca pikiran orang tanpa izin. Dan aku malas memasang perisai Occlumency ku jika tidak dalam keadaan darurat, itu sebelum aku tahu jika kau bisa Legilimens, Professor. Jadi aku mungkin akan memasang Occlumency saat di kelasmu jika aku tidak lupa." Anvayz benar-benar muak.

Snape bangun dari duduknya, memutar meja dan berdiri di belakang gadis itu yang sekarang berbaik mengikuti pergerakan Snape.

"Detensi, Miss Axlvy." Snape masih mencoba datar, walaupun amarahnya sudah sampai ubun-ubun.

"Bersama Professor Lupin." lanjutnya, ia benar-benar malas berdebat dengan gadis ini.

"Dan jika kau masih menyukaiku—" Snape mengunci pergerakan gadis itu dengan menaruh kedua tangannya di meja.

"Jika kau ingin menyuruhku untuk tidak menyukaimu lagi, kau tak usah risau, Professor. Sepertinya aku sudah membencimu." potong Anvayz cepat.

Anvayz menatapnya tajam, sedangkan Snape —entahlah? Ekspresinya sangat susah ditebak.

"Pergi." Snape kembali berdiri tegap, membiarkan gadis itu lewat. Ia terdiam di tempatnya sampai suara pintu yang ditutup lumayan keras membuyarkan lamunannya.

"apa yang terjadi padaku? Arrgghh!"

.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.

Hai hai, gimana ceritanya? Maaf kalo masih gaasik ya🥺

Vote dan komen jika menarik! <3
X.

- §ΔΦ

Love but PrestigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang