Chapter 75 🍋

1.8K 75 108
                                    

Saat para murid sudah mulai berjalan ke asrama mereka masing-masing, Blaise menghampiri Anvayz. "Ayo!"

Anvayz mengangguk, dia dan Blaise berjalan berdampingan ke Headmaster Office. Sesampainya di sana, Anvayz dan Blaise saling pandang karena tidak tahu kata sandi kantor itu.

Bagaikan punya pikiran, patung Gargoyle mulai memutar menampilkan anak tangga.

"Sepertinya Professor Snape tahu jika kita tidak mengetahui kata sandinya." kata Blaise, Anvayz tertawa kecil dan mengangguk.

Saat di depan pintu kantor, Anvayz dan Blaise kembali saling memandang, bingung siapa yang akan mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Aku saja." kata Blaise, Anvayz hanya mengangguk.

"Masuk!"

Blaise membukakan pintu dan membiarkan Anvayz masuk terlebih dahulu, Anvayz tersenyum kepada Blaise sebagai ucapan terima kasih. Blaise balas tersenyum dan mengangguk sebelum menutup pintunya. Snape mengawasi semua itu dengan mata membara.

"Anda ingin berbicara dengan kami, Sir?" tanya Blaise sopan.

Snape mengangguk kaku, "Ya, aku hanya ingin menegaskan peraturan yang akan kalian lakukan di sini sebagai Ketua Murid."

Snape menunjuk ke dua kursi yang berada di depannya, Anvayz dan Blaise duduk di sana. "Setiap jam malam kalian harus berpatroli untuk memastikan tidak ada murid yang berkeliaran di kastil. Jika ada apa-apa, kalian bisa melapor kepadaku. Kalian jug harus menuruti apa yang The Carrows perintahkan, tidak ada pertanyaan."

"Yes, Sir." kompak Anvayz dan Blaise.

Snape mengangguk, "Bagus, kalian bisa kembali."

Anvayz dan Blaise bangkit dari kursi dan pergi ke luar, namun saat menuju pintu, Snape kembali membuka suara.

"Mr. Zabini, kau bisa pergi duluan, aku lupa jika ada yang harus kusampaikan kepada Miss. Axlvy, para Gryffindor harus diawasi lebih ketat."

Blaise menatap Anvayz terakhir kali sebelum keluar dari kantor, Anvayz menutup pintunya. Dia belum berbalik, namun tangan Snape sudah melingkari pinggang Anvayz dan menarik gadis itu ke dadanya, membuntuti ciuman di sepanjang tengkuk gadisnya.

Anvayz menahan erangan, Snape bergumam di kulit Anvayz, "Tidak usah kau tahan, kantor ini sudah ku pasang mantra pembungkam setiap harinya agar tidak ada yang menguping."

"Bagaimana kau bisa tiba-tiba di belakangku, aku bahkan belum berbalik badan."

Anvayz bisa merasakan Snape menyeringai di kulitnya, "Pergerakanku selalu cepat, sayang."

Anvayz membalikkan badan dan mengalungkan tangannya di leher pria itu, "Oh ya?"

Snape mengangguk, "Ya."

🍋⚠️🔞⚠️🍋

Pria itu membenturkan bibirnya ke bibir gadis itu, mendorongnya sampai punggung Anvayz bertabrakan dengan pintu. Snape menciumnya dalam-dalam, menjilat bibir bawah gadis itu untuk meminta izin masuk. Anvayz dengan senang hati mengizinkannya.

Mereka berduel lidah, merebut dominasi. Namun lagi-lagi Anvayz kalah, Snape menyeringai dan menjelajah mulut Anvayz, mengabsen deretan giginya.

Anvayz mengerang, Snape mendengus. Ciuman Snape turun ke rahang dan sampai ke leher, dia mengambil satu tangan Anvayz dan membawanya ke selangkangannya.

Anvayz tersentak, namun mulai mengelusnya. Snape mengerang kecil karena perasaan itu. Anvayz bisa merasakan jika Snape mengeras setiap detiknya karena belaiannya, maka gadis itu mulai memijatnya.

Love but PrestigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang