Professor Lupin belum ada ketika mereka tiba untuk mengikuti pelajaran pertama Pertahanan terhadap Ilmu Hitam bersamanya. Mereka semua duduk, mengeluarkan buku, pena bulu, dan perkamen mereka, dan sedang mengobrol ketika akhirnya Professor Lupin masuk.
Lupin tersenyum samar dan menaruh tasnya di atas meja guru. "Selamat sore," katanya. "Silakan masukkan kembali semua buku kalian ke dalam tas. Hari ini kita praktek. Kalian hanya akan perlu tongkat."
Anak-anak menyimpan kembali buku-buku mereka sambil bertukar pandang ingin tahu. Mereka belum pernah praktek dalam pelajaran Pertahanan terhadap Ilmu Hitam,
kecuali kalau pengalaman tak terlupakan tahun lalu bisa dianggap praktek. Waktu itu guru mereka yang lama membawa sangkar berisi pixie-pixie ke dalam kelas dan melepaskannya."Baiklah" kata Professor Lupin, ketika semua sudah siap, "Ayo, ikut aku."
Bingung, tapi tertarik, anak-anak berdiri dan mengikuti Professor Lupin meninggalkan kelas. Ternyata mereka menuju ke ruang guru.Ruang guru, ruangan panjang berpanel penuh kursi-kursi tua yang berlainan, nyaris kosong. Hanya ada satu guru. Professor Snape sedang duduk di kursi rendah berlengan, dan dia menoleh ketika anak-anak masuk.
Snape menatap Anvayz tajam, yang ditatap hanya pura-pura menganggap dirinya tidak ada. Anvayz segera ke pojok ruangan dan bersandar disana seperti biasa.
Matanya berkilat-kilat dan ada senyum sinis di bibirnya. Ketika Professor Lupin masuk dan akan menutup pintu, Snape berkata, "Biarkan saja, Lupin. Aku lebih suka tidak menyaksikan ini." Dia berdiri dan berjalan melewati anak-anak, jubah hitamnya melambai di belakangnya.
Di depan pintu dia berputar dan berkata, "Mungkin sudah ada yang memperingatkanmu, Lupin, tetapi di kelas ini ada Neville Longbottom. Kusarankan kau jangan memberinya tugas yang sulit. Kecuali kalau Miss
Granger mendesiskan petunjuk di telinganya."Muka Neville merah padam. Anvayz mengerling Snape. Melecehkan Neville di depan teman-temannya saja sudah jahat, apalagi di depan guru lain.
"Dan jangan lupakan Anvayz Axlvy yang sering membuat masalah dan selalu mencoba membolos kelas. Ngomong-ngomong, aku memberinya detensi bersamamu, tolong urus itu."
Professor Lupin menaikkan alisnya.
"Aku malah berharap Neville membantuku pada langkah awal praktek ini," katanya, "Dan kuyakin Anvayz anak yang baik, aku akan mengurusnya seperti yang kau minta."Muka Neville yang sudah merah menjadi semakin merah. Anvayz lagi-lagi berbicara dalam hati, lupa jika Snape ada di sana "aduh, udah tampan, soft pula. Berbanding terbalik dengan ular bawah tanah itu." Snape mendengar itu, ia paham maksud dari 'ular bawah tanah', ia mencibir, dan pergi dengan membanting pintu.
"Nah," kata Profesor Lupin, memberi isyarat agar anak-anak ke ujung ruangan. Di situ tak ada apa-apa, kecuali lemari tua tempat para guru menyimpan jubah ganti mereka. Ketika Profesor Lupin berdiri di sebelahnya, lemari pakaian itu mendadak berguncang, membentur
dinding."Jangan khawatir," kata Professor Lupin tenang, ketika beberapa anak melompat mundur ketakutan. "Ada Boggart di dalamnya."
Sebagian besar anak menganggap ini sesuatu yang layak dicemaskan. Neville memandang Professor Lupin penuh kengerian, dan Seamus Finnigan mengawasi pegangan pintu lemari, yang sekarang bergetar, dengan gelisah.
"Boggart menyukai tempat-tempat tertutup yang gelap," kata Professor Lupin. "Lemari pakaian, kolong tempat tidur, lemari perabot di bawah tempat cuci piring—aku pernah bertemu Boggart yang tinggal di jam besar yang berdiri. Yang ini pindah ke sini kemarin sore, dan aku minta persetujuan Kepala Sekolah agar para guru meninggalkan ruang guru ini, supaya aku bisa mengajar murid-murid kelas tigaku praktek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love but Prestige
RomanceAnvayz Zavren Axlvy. Gadis asrama Gryffindor dan sahabat baik golden trio, ia sering membuat masalah hampir setiap harinya. Tetapi juga hampir selalu lolos dari pengurangan poin oleh para Professor, kecuali Professor Snape tentu saja. Prestasinya d...