Chapter 55

740 90 155
                                    

Hari ini adalah pertemuan Death Eaters kedua kalinya bagi Snape, enam hari setelah pertemuan pertama. Anvayz kembali gelisah, takut jika terjadi apa-apa dengan kekasihnya. Walaupun Snape sudah beribu kali memastikan bahwa dia akan baik-baik saja.

Pertemuannya berlangsung di malam hari, baru saja pria itu selesai makan malam, tanda kegelapan kembali membakar tangannya. Sungguh pria botak itu sangat meresahkan.

Sudah pukul 12:00 malam tetapi Snape belum memunculkan batang hidungnya, Anvayz pun semakin gelisah. Mau tidak mau, Heus dan Zeus kembali harus menjaga adik mereka. Karena jika Snape tidak ada, mereka-lah yang menggantikan pria itu untuk menjaganya.

Sampai akhirnya setengah jam kemudian Snape pulang, gadis itu bisa melihat jika kekasihnya lebih pucat dari pertemuan pertama. Maka dari itu dia tidak kembali melompat, padahal pria itu sudah merentangkan tangan dan berusaha memperkokoh tubuhnya.

Untuk menghibur Snape, Anvayz hanya menghampiri dan mengalungkan tangannya di leher pria itu, membawanya dalam satu ciuman murni. Snape membalas pelukannya dan ciumannya, Heus dan Zeus langsung mengalihkan pandangan dan pura-pura berdehem untuk membersihkan tenggorokan.

"Pergilah, aku sudah tidak perlu dijaga." kata Anvayz tanpa berbalik menghadap si kembar, Heus dan Zeus langsung menaiki tangga pualam menuju lantai dua.

Anvayz dan Snape kembali melanjutkan ciuman, saling menukar saliva dan bergulat dengan lidah. Tak ada nafsu, hanya ada rasa kasih sayang yang kuat satu sama lain. Ciuman mereka tetap manis seperti biasa, tapi ada sedikit yang berbeda membuat Anvayz melepas pangutan dan mengerutkan kening.

"Kau panas, Sev." Katanya seraya menempelkan salah satu punggung tangan ke dahi pria itu, "Astaga kau demam! Ayo obati dirimu sebelum bertambah parah!" tanpa persetujuan lebih lanjut atau tanpa mendengar respons Snape, gadis itu langsung menarik tangan kekasihnya menuju ke kamar pria itu berada.

Anvayz merebahkan tubuh Snape, sedangkan dia duduk di sisi lain kasur. Gadis itu memanggil Odan, memintanya untuk membawa ramuan pereda demam dari lemari penyimpanan pribadi Axlvy. Setelah Odan datang membawa ramuan tersebut, Anvayz langsung meminumkannya kepada Snape. Pria itu meneguknya habis, tak lama beban di kepalanya sedikit berkurang.

"Jadi, kali ini apa yang menyebabkan mu demam?" tanya Anvayz sedikit menuntut.

"Seperti biasa, kutukan Cruciatus. Ditambah, tubuhku sedang kurang bertenaga. Selama beberapa hari ini aku berlatih sihir Axlvy sesuai instruksimu, namun itu sangat menguras tenaga." jawab Snape lesu.

"Sudah ku bilang tak usah dipaksakan! Perlahan kau akan menguasainya, tak perlu khawatir. Memang menguasai sihir tersebut membutuhkan waktu yang lama!" kata gadis itu, malah mengomeli pria yang berada di hadapannya.

Snape berdecak dan langsung duduk, Anvayz terkejut karena pergerakan Snape yang mendadak. Tapi lebih terkejut karena dengan sekali tindakan, pria itu mematikan lampu tidur, lalu menarik gadis itu ke dalam pelukan dan merebahkan tubuh mereka bersama.

"Aku sedang tidak ingin mendengar amarahmu, aku hanya ingin kau berada di sisi ku agar aku bisa memelukmu." bisik Snape merendahkan suaranya di telinga Anvayz, membuatnya merinding.

Gadis itu menghembuskan napas pasrah menghadapi sikap manja Snape, dia membenarkan tubuhnya agar berhadapan dengan pria itu, ternyata Snape sudah memejamkan mata walaupun Anvayz yakin jika dia belum tertidur. "Maaf." gumamnya, mengangkat tangannya yang bebas agar bisa mengelus surai hitam pria besarnya.

"Tak perlu membahas itu, aku tahu niatmu baik." kata Snape tanpa membuka mata.

Anvayz menarik napas panjang, melepas tangan yang berada di Surai hitam pria itu. Kemudian tangannya beralih untuk menutup matanya seperti yang Snape lakukan beberapa hari yang lalu, "Good night, sweet dream." bisiknya, lalu mengecup bibir Snape lembut dan kembali menurunkan tangannya kembali ke sisi. Hal itu membuat Snape tersenyum dalam tidurnya.

Love but PrestigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang