Chapter 19

985 133 21
                                    

Kamis malam pukul delapan, Anvayz dan Harry meninggalkan Menara Gryffindor menuju ke kelas Sejarah Sihir. Ruangan itu gelap dan kosong waktu dia tiba, tetapi dia menyalakan lampu dengan tongkatnya dan hanya menunggu sepuluh menit sebelum Professor Lupin muncul, menenteng kotak besar, yang dengan susah payah dinaikkannya ke atas meja Professor Binns.

"Apa itu?" tanya Harry.

"Boggart yang lain," kata Lupin, seraya membuka mantelnya.

Anvayz mundur seketika, sebelum boggart itu berubah wujud pun dia sudah takut dengan yang namanya Boggart, apa Boggartnya adalah Boggart?

"Aku mencari di seluruh kastil sejak Selasa, dan untung sekali, aku menemukan Boggart yang satu ini sembunyi di dalam lemari arsip Mr Filch. Boggart-lah yang bisa menjadi paling mirip dengan Dementor asli. Si Boggart akan berubah menjadi Dementor begitu melihatmu, jadi kita bisa berlatih dengannya. Aku bisa menyimpannya di dalam kantorku kalau sedang tidak kita pakai. Ada lemari di bawah mejaku yang pasti disukainya."

"Baiklah," kata Harry, berusaha berbicara seakan dia tidak takut dan malah senang Lupin berhasil menemukan pengganti Dementor asli yang begitu bagus.

"Oh bagus, aku tak akan ke kantormu lagi" jawab Anvayz sinis.

"Kenapa?"

"Aku takut Boggart"

"Tenang saja, dia aman di dalam sini"

"Huh, baiklah"

"Jadi..." Profesor Lupin sudah mengeluarkan tongkatnya dan memberi isyarat agar Harry juga melakukan yang sama. "Mantra yang akan kucoba ajarkan padamu adalah sihir tingkat sangat tinggi, Harry jauh di atas Level Sihir Umum. Namanya Mantra Patronus."

"Bagaimana cara kerjanya?" tanya Harry gugup.

"Yah, kalau berhasil, dia menghasilkan Patronus," kata Lupin.

"Patronus itu sejenis Anti-Dementor— pelindung yang bertindak sebagai tameng di antara kau dan Dementor."

"Baiklah— siap mencobanya pada Dementor?"

"Ya," jawab Harry, menggenggam tongkatnya erat-erat, dan melangkah ke tengah ruang kelas yang kosong.

Lupin meraih tutup kotak dan membukanya. Harry berlatih sangat keras dan beberapa kali pingsan, saat ia sudah bisa mengeluarkan Patronus non-Corporeal, Lupin menyudahi.

"Luar biasa!" kata Lupin, melangkah ke tempat Harry duduk. "Luar biasa, Harry! Permulaan yang bagus sekali!"

"Bagaimana kalau kita coba lagi? Sekali lagi saja?"

"Tidak sekarang," kata Lupin tegas. "Sudah cukup bagimu untuk semalam. Ini..." Dia mengulurkan sebatang besar cokelat Honeydukes yang paling enak.

"Habiskan, kalau tidak Madam Pomfrey akan memarahiku habis-habisan. Waktu yang sama minggu depan?"

"Baiklah," kata Harry. Dia menggigit cokelatnya dan mengawasi Lupin memadamkan lampu-lampu yang telah menyala lagi dengan lenyapnya si Dementor.

"Untukmu Honey," kata Lupin lancar memberi coklat yang sama seperti Harry dan membuat muka Anvayz memerah, lantas dia memukul bahu Lupin keras.

"Bisakah kau lihat-lihat tempat?! Ada Harry disini"

Lupin terkekeh pelan, "Sorry"

Anvayz memakan coklatnya, dan saat cokelatnya habis, mereka pamit kembali ke asrama.

*#*#*#

Menjelang bulan Juni, langit bersih tak berawan dan hawa menjadi panas serta pengap. Yang ingin dilakukan
anak-anak hanyalah berjalanjalan di hala-man dan duduk-duduk di atas rumput sambil membawa beberapa liter jus labu kuning, mungkin bermain Gobstone dengan santai atau menonton cumi-cumi raksasa mengambang mencari hawa di tengah danau.

Love but PrestigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang