Chapter 70

1.2K 76 119
                                    

Haloo... Bosen ya? Kok sepi :')

.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.

Cahaya pagi menerangi jendela sihiran yang berada di kamar Snape, Anvayz merasakan usapan lembut di rambutnya dan sinar matahari menembus matanya membuat dia terpaksa membuka mata.

"Pagi, sayang..." bisik Snape dengan suara berat dan serak.

"Pagi..." sahut Anvayz, kembali memejamkan mata.

"Bagaimana keadaanmu?"

"Sakit..." gumam Anvayz dengan mata tertutup.

Snape mengecup kening Anvayz, "Maaf, sayang."

"Tidak, bukan sepenuhnya salahmu." tegas Anvayz, namun matanya masih terpejam. "Jam berapa ini? Sepertinya masih pagi."

"Pukul enam pagi."

Gadis itu mengerang, "Masih sangat pagi."

Anvayz bisa merasakan ranjang yang bergerak, dia membuka mata dan mendapati Snape yang sudah terduduk di pinggir kasur, "Akan ku buatkan sarapan, kau jangan ke mana-mana."

"Seolah-olah aku bisa bangkit dan kabur dari sini." cibir Anvayz, meraih pergelangan tangan Snape. "Tetap di sini, aku tidak lapar."

Snape menarik napas panjang sebelum mengangguk dan duduk bersandar di headboard di sebelah Anvayz, "Kau ingin bermain lagi? Dia merindukanmu." godanya, melirik kepunyaannya.

Wajah Anvayz memerah, dia memukul Snape menggunakan bantal. "Astaga, Snape! Dia sudah melakukan aktivitas produktif tadi malam!" geramnya, membenamkan wajah ke bantal terdekat.

"Bercanda, sayang. Kau bilang punyamu masih sakit." kata Snape, mengambil bantal yang berada di wajah gadisnya.

"Hm."

Mata hitam Snape terfokus pada gelang yang Anvayz kenakan, dia menyentuhnya dan tersenyum. "Aku senang kau memakainya."

Kepala Anvayz langsung terangkat, "Apa maksudmu?"

"Aku yang memberi ini kepadamu."

"T-tapi tidak ada nama pengirim, dan kotaknya berwarna putih."

Snape kembali tersenyum, "Sengaja, aku tahu jika aku memberikan hadiah itu kepadamu menggunakan kotak berwarna hitam, kau langsung mengenalinya walaupun tidak ada nama pengirimnya. Jadi aku mengirim hadiah dengan warna kotak yang sering kau kirimkan kepadaku, warna putih."

"Astaga, kau tidak perlu mengeluarkan uang sebanyak itu, Severus."

"Aku tidak mengeluarkan uang sedikitpun," katanya, menelusuri gelang di tangan Anvayz. "Saat aku masih kecil, ibuku menunjukkan gelang ini kepadaku. Dia berkata bahwa gelang ini adalah gelang keluarga, seorang Prince akan memberikan gelang ini kepada gadis yang dia akan bawa ke altar suatu hari nanti, dan keluarga Prince lainnya akan mengetahui bahwa si gadis adalah pilihan putra mereka. Dalam artian, gelang ini adalah bentuk pengenalan diri dalam keluargaku."

"Wow, itu cerita yang serius." celetuk Anvayz.

"Gelang ini akan diberikan kepada penerus pria keluarga Prince, tetapi kakek dan nenekku hanya memiliki perempuan sebagai keturunannya, alias ibuku. Jadi ibuku menyimpannya sampai aku cukup umur sebelum memberikannya kepadaku. Namun ibuku..." Snape tidak bisa melanjutkan ucapannya.

Anvayz langsung terduduk dan memeluk erat Snape, tahu dengan kisah orang tuanya. Saat dirasa mulai tenang, Snape kembali bercerita. "Sejak saat itu aku tidak menemukan gelang ini, sepertinya ibuku menyembunyikannya dari ayahku karena dia membenci apapun yang berkaitan dengan sihir dan keluarga ibuku. Aku baru menemukannya musim panas kemarin di Spinner's End, terselip di suatu kotak kuno."

Love but PrestigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang