Chapter 65

619 81 82
                                    

"Sev—"

"Professor Snape." koreksi Snape.

Anvayz mengerutkan keningnya heran, mengapa dia terus bersikap dingin? Mungkin karena ada Harry. Batin Anvayz. Tapi bahkan Harry melihat kami berciuman! Seharusnya panggil memanggil nama depan bukan lagi menjadi masalah serius.

Gadis itu mendengus kesal. Sebelum Snape dan Harry menyadari, dia menghilang dan pergi meninggalkan mereka.

Anvayz menuju ke Menara Astronomi, duduk dengan lutut di dada dan wajah terbenam di tangan yang memeluk lutut. Apa Snape tidak menyadari jika dia sedang tertekan? Sedang Depresi? Pamannya meninggal, dia diculik dan hampir dibunuh! Harusnya dia sadar dan membantu Anvayz menjalani ini seperti Anvayz yang membantunya di saat-saat terpuruk dua tahun yang lalu. Yang dia butuhkan hanya sedikit perhatian dan kasih sayang, tidak lebih.

Namun mengapa pria itu malah mengacuhkannya? Dia menangis di sana, mengeluarkan semua curahan hatinya. Menahan diri untuk tidak menghancurkan seisi Menara Astronomi. Berjam-jam duduk di sana.

Huh! Bahkan dia tidak mencari ku!

*#*#*#

Harry, Ron, dan Hermione menceritakan tentang malam pesta di Great Hall. Slughorn yang menjadi Professor Ramuan dan Snape yang menjadi Professor Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam.

"Kau tidak diberi tahu, Vay?"

Anvayz menggeleng lesu, "Tidak, dia bahkan bersikap sangat dingin kepadaku."

"Mungkin hanya sibuk. Aku benci menyarankan ini, tapi mungkin kau bisa berbicara dengannya setelah pelajarannya selesai." saran Harry.

Anvayz hanya mengangguk lemah sebagai respons. Dia bangkit dan pergi menuju kelas Rune Kuno bersama Hermione.

Satu jam kemudian, Anvayz dan Hermione sudah antre di depan kelas Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam.

"Banyak sekali PR Rune-nya," kata Hermione cemas, ketika Ron dan Harry bergabung dengannya. "Esai sepanjang empat puluh senti, dua terjemahan, dan semua ini harus sudah selesai dibaca Rabu!"

"Sayang sekali," kata Ron.

"Tunggu saja giliranmu," balas Hermione sebal. "Pasti Snape memberi kita banyak pekerjaan."

Pintu ruang kelas terbuka ketika dia berkata begitu dan Snape melangkah ke koridor, wajah kurusnya seperti biasa dibingkai dua tirai rambut hitam berminyak. Antrean langsung
sunyi senyap.

"Masuk," kata Snape.

Anvayz memandang ke sekeliling ruangan ketika berjalan masuk. Pengaruh kepribadian Snape sudah langsung terasa; ruangan itu lebih suram daripada biasanya karena gorden-gorden jendela ditutup, dan ruangan diterangi cahaya lilin.

Gambar-gambar baru menghiasi
dinding, banyak di antaranya memperlihatkan orang-orang yang kelihatannya sedang kesakitan, ada yang dengan luka-luka mengerikan atau bagian-bagian tubuh berubah bentuk menjadi aneh-aneh. Tak ada yang bicara ketika mereka duduk, memandang gambar-gambar menyeramkan itu.

"Aku belum menyuruh kalian mengeluarkan buku," kata Snape, menutup pintu dan bergerak untuk menghadapi kelasnya dari belakang mejanya.

Hermione buru-buru menjatuhkan kembali bukunya Menghadapi Musuh Tak Berwajah ke dalam tasnya dan mendorongnya ke bawah kursinya, Anvayz menumpu kepala di tangan yang terlipat di meja.

"Aku mau bicara kepada kalian dan menginginkan perhatian penuh kalian." Matanya yang hitam menjelajah wajah-wajah mereka, berhenti sepersekian detik lebih lama di wajah Anvayz dibanding di wajah-wajah lain. Dia mengernyit saat melihat Anvayz begitu lesu, Snape berpura-pura tidak tahu dan kembali mengajar.

Love but PrestigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang