Chapter 50

824 87 73
                                    

Yeayy chap 50!

.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.

Malam sebelum tugas kedua, Anvayz, Harry, Ron, dan Hermione berada di Perpustakaan untuk mencari hal yang dapat membuat Harry bertahan di bawah air selama satu jam.

"Kurasa tak bisa dilakukan," terdengar suara Ron datar dari sisi lain meja. "Tak ada apa-apa. Sama sekali."

"Pasti ada pemecahannya," gumam Hermione, memindahkan lilin ke dekatnya. Matanya lelah sekali. Dia membaca tulisan kecil-kecil buku Kutukan dan Mantra Kuno yang Terlupakan dengan hidung Cuma dua setengah senti dari halaman. "Mereka tak akan memberikan tugas yang tak bisa dilaksanakan."

"Nyatanya sekarang begitu," kata Ron. "Harry, pergi saja ke danau besok, masukkan kepalamu ke air berteriaklah kepada manusia duyung untuk mengembalikan apa yang sudah mereka curi, dan lihat apakah mereka melemparnya ke atas. Itu yang paling baik yang bisa kaulakukan, sobat."

"Ada cara untuk melakukannya!" kata Hermione galak. "Pasti ada!"

Anvayz menarik napas, "Yeah, setidaknya kita berusaha dulu. Masih ada waktu sampai pukul delap—" ucapannya terhenti karena Snape muncul dengan tiba-tiba di antara rak, dia memberi kode kepada Anvayz agar menghampirinya di tempat mereka biasa berdua di pojok ruangan. "Maaf, aku pergi dulu. Jangan berhenti mencari!"

"Yeah, tak apa." kompak mereka bertiga.

Anvayz pergi ke pojok ruangan, tempat di mana tidak ada yang dapat melihat mereka selain Madam Pince. Dia menyapa penjaga Perpustakaan itu sebelum menghampiri Snape yang sudah duduk di pojok ruangan. "Ada apa, Sev?" desisinya.

Snape bergeser agar Anvayz bisa duduk di pojok ruangan, di antara dinding dan dirinya. Merlin, kenapa pria ini suka sekali menghimpit Anvayz?! Punggung Snape membelakangi Madam Pince karena dia menghadap ke Anvayz, "Tak ada, aku hanya bosan."

Anvayz melipat tangannya di atas meja dan menenggelamkan kepalanya di sana. "Astaga, aku sedang membantu Harry mencari cara untuk tugas besok, Severus."

Ekspresi Snape menjadi kesal, "Jadi kau tidak suka aku di sini?"

"Ck, bukan begitu!" Anvayz menarik kepalanya agar bisa kembali menatap Snape di sebelahnya, "Aneh saja karena menghampiriku tiba-tiba, biasanya aku yang menghampirimu duluan."

"Karena kau belum menghampiriku sejak terakhir kali kita tidu—"

Anvayz langsung membungkam mulut Snape dengan tangannya agar pria itu tidak melanjutkan ucapannya, "Sshhh!!" desisnya sedikit melirik ke Madam Pince yang berada cukup jauh di belakang pria itu, takut dia mendengar geraman Snape. "Baik, aku yang salah. Aku terlalu sibuk membantu Harry untuk tugas besok."

Snape menganggukkan kepala dan Anvayz menurunkan tangannya, "Jangan memberi tahu Potter, kau hampir terpilih menjadi sandera untuk tugas kedua."

"Apa maksudmu?"

"Intinya, kau hampir terpilih. Tapi aku protes kepada Dumbledore dan akhirnya dia menggantinya dengan Weasley."

Anvayz menggeleng, "Aku masih tidak mengerti."

"Kau akan mengerti."

Gadis itu mendengus kasar mendengar jawaban tidak puas dari Snape, "Jadi, apa yang akan kita lakukan?"

"Menurutmu?" Snape menyeringai jahil seraya memajukan wajahnya perlahan dibarengi dengan Anvayz yang semakin memundurkan wajahnya.

Pipi Anvayz memerah, dia terus memundurkan wajahnya sampai pada titik kepalanya menempel di tembok. "Merlin, Severus! Kita berada di Perpustakaan, dan masih banyak siswa!" Anvayz memekik tertahan.

Love but PrestigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang