Chapter 39

873 104 79
                                    

Hari sudah mulai gelap, matahari sudah bersembunyi dan bulan mulai menyinari langit dengan redup. Tapi tentu tak ada bedanya jika berada di ruang bawah tanah, selain hawa ruangan yang semakin dingin di malam hari.

Lagi-lagi Snape bangun terlebih dahulu, dan lagi-lagi dia bingung harus membangunkan gadis yang berada di atasnya dengan cara apa lagi. Setelah berpikir panjang dengan otak cerdas yang selalu dia banggakan, akhirnya dia mendapat sebuah ide. Dia berdiri secara mendadak dengan menggendong gadisnya, cukup untuk mengejutkannya dan cukup untuk membuatnya terbangun.

"Severus! Kalau aku jantungan bagaimana?!"

"Tapi untungnya kau tidak jantungan, kan?" Snape mencibir, "Sebentar lagi makan malam, jadi aku harus membangunkanmu. Aku tak mau mengambil resiko jika kau tidak makan dan kembali jatuh sakit."

Anvayz masih dalam gendongan Snape, pria itu mendudukkannya di meja dan Snape kembali duduk di kursinya. Dia kembali merapikan kemejanya, memakai scarfnya, dan mengancingkan jasnya yang terbuka.

Anvayz hanya diam memandangnya. Sungguh, nyawa nya belum kumpul.

Setelah selesai, Snape kembali berdiri. Dia menaikkan satu alisnya melihat Anvayz masih terbengong, Anvayz segera sadar dan menggelengkan kepalanya pelan.

Snape mengangguk dan menurunkan gadisnya dari meja kerjanya, Anvayz hanya diam saja saat pria itu mengendalikannya. Snape menyadari gadis itu hanya diam saja sedangkan dia sudah berjalan menuju pintu, pria itu berbalik dan kembali menaikkan satu alisnya. "Kenapa kau diam saja, lioness?"

Anvayz tersentak kecil, "T-tidak. Hanya saja, aku baru bangun, belum fokus."

Snape menghampiri gadisnya kembali dan tersenyum miring, "Aku akan membuatmu kembali fokus."

Saat sampai di depannya, Snape langsung memberi kecupan lembut dan singkat di bibirnya. Bukannya kembali fokus, Anvayz malah semakin terbengong. Setelah sadar, dia tersentak.

"Sangat tidak baik untuk jantung, Sev. Jika kau ingin tahu." gumam gadis itu memegang dada tepat di jantungnya.

Pria itu menyeringai, "Aku bisa merasakannya di liontin ku"

"Oh iya, bagaimana cara kerja nya? Aku tidak merasakan apa-apa?"

"Ucap saja kata kuncinya dalam hatimu,"

Anvayz mengerutkan keningnya, "Apa kata kuncinya?"

"Serpent prince, untuk liontin mu. Lioness, untuk liontin ku."

Gadis itu coba mengucapkannya dalam hati, "Tak bisa, aku belum merasakannya."

Snape merotasikan bola matanya, "Diucapnya menggunakan perasaan."

Anvayz tertawa malu, dia terlalu tidak sabar. Saat mengucapkannya, dia langsung merasakan liontin itu berdetak bagai jantung. "Aku bisa merasakannya!" senyum merekah terpampang di bibirnya.

"Bagus. Sekarang kita harus ke Great Hall, sudah hampir dimulai."

Snape langsung berbalik dan menuju pintu. Anvayz mengejarnya kewalahan, akhirnya dia menyerah dan berjalan melambat. Ternyata Snape belok menuju pintu belakang meja tinggi, dia tidak masuk melalui pintu utama. Anvayz masuk melalui pintu utama sendirian dan menuju ke Harry, Ron, dan Hermione.

"Kau dari mana saja Vay? Apa detensi dari Snape sangat banyak?" Harry memulai.

Anvayz yang sedang mengambil potongan besar ayam madu menoleh gugup, "T-tidak. Setelah dari ruangan Snape, a-aku mengitari kastil seperti biasa. Aku rindu berkeliling kastil."

Hermione menghela napas gusar, "Para Professor mencarimu tadi, hanya kau yang belum mengumpulkan tugas musim panas dari mereka."

Gadis itu mengangguk resah, "Yeah, besok akan ku temui."

Love but PrestigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang