(siapa tau feelnya ikut terasa kek aku:' ngetiknya sambil dengerin ini)
.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.
"Sudah kutebak jika kau berada di sini"
Tanpa menoleh pun Anvayz sudah sangat mengenal suara itu, dia tetap memandang keluar, tidak berniat membalikkan tubuhnya. "Apa yang kau lakukan di sini, aku sedang ingin sendiri."
"Kurasa ini tempat umum, Nona."
"baiklah aku akan pergi, maaf—" Anvayz hendak pergi, tetapi orang tersebut mencekal tangannya. Alhasil dia hanya diam menunduk.
Orang itu melepas cekalan tangannya seraya berkata, "Aku tidak menyuruhmu pergi dari sini, aku hanya ingin menemanimu di sini."
"Dan untuk apa kau menemaniku di sini?" Anvayz masih tertunduk, benar-benar tidak ingin orang itu melihat matanya yang sembab.
"Untuk meminta maaf dan menenangkanmu..."
Anvayz yang bingung pun spontan mendongakkan kepala seraya mengerutkan kening menunggu kata-kata selanjutnya.
"Maaf karena aku tidak sengaja bilang kepada murid Slytherin jika Lupin itu Werewolf, emosi ku benar-benar tidak terkontrol. Dan baru saja aku melihat Sepupumu marah-marah kepada setiap orang yang lewat di koridor karena kau tidak memberitahu alasan mengapa kau menangis dan pergi begitu saja darinya. Dia menanyakan siapa yang menyakiti Sepupunya itu pada setiap murid yang lewat. Maka aku merasa bersalah dan menghampirimu untuk meminta maaf dan mencoba menenangkanmu."
Ya, orang itu adalah Severus Snape, Professor ramuan Hogwarts yang terkenal dingin, sarkas, tidak berperasaan, dan memiliki gengsi yang sangat tinggi.
Anvayz tersenyum tipis, sangat tipis. Lalu dia kembali menunduk,"Draco itu selalu berlebihan Sir, meskipun niatnya baik. Aku bukan menangis karena Remus mengundurkan diri dari Hogwarts."
"Lalu karena apa?"
"Kurasa kau sudah mengetahuinya barusan, aku memikirkan itu daritadi, dan mood ku sedang tidak stabil—"
"Aku tidak berusaha membaca pikiranmu, Sungguh. Dan apakah kita masih bisa berteman? Kau benar, aku menyesal." potong Snape cepat dengan ekspresi penuh penyesalan.
Anvayz menatap manik hitam itu dan tersenyum, senyum yang lebih lebar dari sebelumnya. "Kau masih bisa berteman, aku tidak pernah memberi batas waktu kepada seseorang untuk menjadi temanku."
Snape tersenyum senang. "Can I call you by your first name when we're together?"
"Sure,"
"Then you can call me by my first name."
Anvayz terkekeh pelan, sungguh pria ini benar-benar bisa menaikkan moodnya. "Tapi aku suka nama tengahmu," katanya seraya melebarkan senyumnya.
"Maka kau memanggil Ayahku, bukan diriku."
Mereka benar-benar tertawa, walaupun hanya seperti kekehan kecil. Karena Anvayz yang moodnya sedang buruk, dan Snape yang memang jarang sekali memperlihatkan tawanya.
"Sungguh pemandangan yang sangat langka" kata Anvayz saat meredakan kekehannya.
Snape menaikkan sebelah alisnya, bingung dengan ucapan gadis yang berada di depannya. "Apa maksudmu?"
"Sungguh pemandangan yang sangat langka melihatmu tersenyum bahkan tertawa, walau hanya kekehan kecil—"
"Berarti kau spesial." cicit Snape yang tidak di dengar Anvayz karena suaranya sangat kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love but Prestige
RomanceAnvayz Zavren Axlvy. Gadis asrama Gryffindor dan sahabat baik golden trio, ia sering membuat masalah hampir setiap harinya. Tetapi juga hampir selalu lolos dari pengurangan poin oleh para Professor, kecuali Professor Snape tentu saja. Prestasinya d...