Chapter 15

1.1K 144 22
                                    

Anvayz masih pingsan sampai hari Senin, lagi-lagi tidak menghadiri kelas Ramuan dan DADA.

Disisi lain, Harry sudah bisa kembali mengikuti pelajaran. Snape hampir saja mengurangi poin asrama Gryffindor lagi karena tidak hadirnya Anvayz di kelas, tetapi Harry, Ron, dan Hermione menjelaskan jika Anvayz sakit dan masih belum tersadar dari pingsannya. Harry bersumpah jika ia merasa Snape sedikit gusar, tapi Snape tetap pandai menyembunyikan ekspresinya.

Saat memasuki kelas DADA, Professor Lupin sudah mengajar lagi. Kelihatannya memang dia baru sakit, ada lingkaran hitam di bawah matanya. Meskipun demikian, dia tersenyum kepada murid-muridnya ketika mereka duduk dan langsung ramai berkeluh kesah tentang sikap Snape selama Lupin sakit.

"Sungguh tidak adil, dia kan cuma guru pengganti, kenapa dia memberi PR?"

"Kami sama sekali tidak tahu-menahu tentang manusia serigala..."

"...dua gulung perkamen!"

"Apakah kalian memberitahu Professor Snape kita belum mempelajarinya?" Lupin bertanya, dahinya mengernyit. Sebenarnya ia sudah tahu, siapa lagi yang memberi tahu jika bukan kekasihnya.

Celoteh ramai terdengar lagi.

"Ya, tapi dia bilang kami ketinggalan.."

"...dia tak mau dengar..."

"...dua gulung perkamen!"

"Anvayz dikeluarkan dari kelas! Padahal dia membela Ron dan Hermione!"

Professor Lupin tersenyum melihat kemarahan di wajah semua muridnya. "Jangan khawatir, aku akan bicara dengan Professor Snape. Kalian tidak perlu membuat karangan itu."

"Yaaah..." kata Hermione kecewa. "Aku sudah selesai mengerjakannya!"

"Dan untuk masalah Anvayz, aku sudah tahu lebih dulu, kalian juga tak usah khawatir. Aku sudah menasehatinya dan aku juga akan bilang masalah ini pada Professor Snape. Aku tidak memihak, dua-duanya bersalah.."

"Darimana kau tahu masalah itu, Professor? Aku bahkan sudah mengancam semua anak yang sekelas disini agar tidak menceritakan tentang kejadian itu kepada selain kelas." tanya Malfoy. Bagaimanapun juga, tetap saja dia sedikit tak terima jika sepupunya dipermalukan seperti itu di dalam kelas, walau dengan guru favoritnya sekalipun.

"Um, i-itu bukan hal penting. Dan tak ada satupun yang membocorkan itu, kau tak perlu khawatir Mr. Malfoy. Sekarang kembali ke pelajaran." kata Lupin sedikit gugup. Harry, Ron, dan Hermione yang tahu darimana Lupin mendapat infonya pun hanya saling pandang dan menahan tawa.

Pelajaran berlangsung amat menyenangkan. Profesor Lupin membawa kotak kaca berisi Hinkypunk, Si Hinkypunk mengeluarkan bunyi decap mengerikan pada dinding kacanya.

Ketika bel berdering anak-anak mengumpulkan barang-barang mereka dan berjalan ke pintu, termasuk Harry, tetapi...

"Tunggu, Harry," panggil Lupin. "Aku mau bicara denganmu." Harry masuk dan mengawasi Profesor Lupin menyelubungi kotak kacanya dengan kain.

"Aku sudah dengar tentang pertandingan itu," kata Lupin, berbalik ke mejanya dan memasukkan buku-buku ke dalam tasnya, "dan aku ikut sedih mendengar tentang sapumu.
Ada kemungkinan dibetulkan?"

"Tidak," kata Harry. "Pohon itu menghajarnya sampai hancur berkeping-keping."

Lupin menghela napas.
"Mereka menanam Dedalu Perkasa itu pada tahun yang sama dengan kedatanganku di Hogwarts. Anak-anak dulu membuat permainan, mencoba mendekat sampai bisa menyentuh batangnya. Pada akhirnya, seorang anak laki-laki bernama Davey Gudgeon nyaris kehilangan sebelah matanya dan kami dilarang dekat-dekat pohon itu. Tak ada sapu yang bisa bertahan melawannya."

Love but PrestigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang