Chapter 64

624 79 78
                                    

"Ah, Severus... Terlambat lagi kukira?"

Snape duduk di satu-satunya kursi yang tersedia, sedangkan Arxeuz berdiri di belakangnya. Dia dan Arxeuz bingung karena ada Draco Malfoy duduk di antara ibu dan tantenya. "Maaf Tuanku, saya memiliki sedikit perbincangan dengan Dumbledore." balas Snape datar.

Voldemort mengangguk, "Tak apa, kali ini aku tidak akan menghukum mu karena aku memiliki tamu."

Snape keringat dingin dibuatnya, begitu pula Arxeuz. Namun dia menjaga wajahnya untuk tetap datar.

"Wormtail! panggilkan tamu kehormatan kita!" gerutu Voldemort. "Nah, sambil kita menunggu, aku ingin memperkenalkan seraya meresmikan calon anggota Death Eater terbaru kita; Draco Malfoy."

Snape dan Arxeuz bisa melihat wajah panik yang dimiliki Draco, dia terlihat sangat ketakutan.

"Kemari, nak. Kemari..."

Draco berdiri dan menghampiri Voldemort, dia berlutut saat Voldemort memegang tangannya dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain memegang tongkat. Dia mengucapkan mantra yang tidak dikenali dan tanda kegelapan mulai terukir di tangannya.

Draco menjerit kesakitan saat perlahan tanda tersebut semakin lama semakin jelas. Setelah apa yang dirasa seabad, akhirnya Voldemort melepaskan tangannya.

"Selamat datang di keluarga baru, Dra—"

"Jauhkan tangan kotormu dariku, sialan!" Jerit seseorang dari ujung ruangan.

Mereka semua menoleh mendapati Pettigrew yang menahan kedua tangan Anvayz di pinggangnya dengan posisi dia berada di belakang Anvayz.

Hati Snape dan Arxeuz mencelos, dua minggu Anvayz tidak terlihat dan mereka hampir tidak mengenalinya. Pakaian yang kotor, rambut yang berantakan, lebam di mana-mana, beberapa bekas darah di beberapa titik, jalannya yang terpincang-pincang. Mereka berdua merutuki diri sendiri karena tidak bisa menjaga Anvayz tetap aman.

Bugh!

"Aarrgghh! Gadis bodoh!"

Seisi ruangan meringis kecuali Snape, Bellatrix dan Voldemort saat gadis itu menyepak Pettigrew tepat di pangkal paha, membuat Pettigrew melepaskan cengkramannya dan jatuh terpuruk di lantai. Sebenarnya, Snape ikut meringis dalam hati.

Anvayz menepuk-nepuk tangannya seolah sedang membersihkan diri dari kuman yang menempel, "Aku bisa berjalan sendiri." desisnya.

Dia menghampiri Voldemort dengan sedikit tertatih tatih, namun berusaha untuk tidak menunjukkan tanda-tanda apapun yang membuatnya terlihat lemah. Dia memasang tampang dingin dan cuek, sedikit arogan jika bisa dibilang. Anvayz melirik Snape yang sudah tidak memandangnya, lalu dia melihat pria yang berdiri di belakang Snape, membuatnya lebih percaya diri.

"Kau memanggilku... Tom?" katanya dengan ejekan yang tersirat.

Lagi-lagi hampir seisi ruangan meringis mendengar itu, mereka hanya mengira jika Anvayz mengejek Voldemort dengan nama Muggle yang kotor hanya untuk memancing amarahnya. Namun mereka tidak tahu jika Anvayz memanggilnya dengan nama asli dari Tuan Kegelapan mereka sendiri.

"Beraninya kau!" jerit Bellatrix, "CRUCIO!!!"

Anvayz langsung berlutut saat menerima kutukan tersebut, tapi dia menahan suaranya agar tidak terdengar lemah di depan para Pelahap Maut. Dia menggigit bibirnya sekeras mungkin dalam upaya menahan jeritan, dengan darah yang berdesir dari bibir sebagai gantinya.

Snape ingin sekali bangkit dan menghampirinya, memeluknya dan menyembuhkannya. Memberinya ketenangan. Namun usaha yang dia lakukan selama bertahun-tahun akan sia-sia jika dia menghancurkannya hari ini. Dia hanya bisa mengutuk dirinya sendiri saat melihat pemandangan yang menjadi keinginan terakhir untuk dilihatnya.

Love but PrestigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang