Epilogue

1.2K 67 124
                                    

Anvayz sedang berdiri dengan seorang bayi perempuan berumur satu setengah tahun di gendongannya, menatap kuburan yang berada di depan. Rambut hitam dan mata hitam yang membingkai wajahnya menatap kosong ke arah yang sama dengan Anvayz, tatapannya begitu polos dan tak berdosa.

"Mengapa kau tidak memberitahunya pada waktu-waktu terakhir bahwa kau memiliki bayinya di dalam perutmu?"

Anvayz menoleh ke arah Heus yang berjarak tiga kaki darinya, berdiri di antara kedua kuburan. "Mengapa kau tiba-tiba bertanya? Dua tahun sudah terjadi."

Heus mengangkat bahu, "Tiba-tiba terlintas di benakku."

Anvayz kembali mengalihkan pandangan ke kuburan yang berada di depannya, "Dia pernah bilang... Bahwa dia tidak ingin memiliki anak. Entah itu anak dari wanita lain atau anak dariku, dia tidak mengatakannya dengan rinci. Aku takut jika aku memberitahunya, dia akan merasa bersalah dan semakin berat untuk meninggalkanku, apalagi dengan anak yang berada di kandunganku. Dia pasti merasa sangat bersalah karena membiarkanku membesarkan anak sendirian, dan aku tidak mau dia berpikir seperti itu."

"Yah, mungkin jika Severus tidak ingin, Dad ingin. Dia ingin memiliki cucu, dan dia tidak pernah tahu bahwa dia memiliki cucu." balas Heus muram, menatap Zeus yang sedang menaburkan bunga di kuburan Zavren dan Arxeuz.

Anvayz mengangguk, mencium pipi lembut putrinya. "Bagaimanapun, mau itu Dad, Mom, atau Severus. Mereka akan bangga pada Arxela."

Heus mendesah setuju, menatap kedua makam untuk terakhir kali sebelum menghampiri Anvayz, merentangkan tangannya ke depan bayi kecil itu. "Ayo, Arxela Snape, paman punya mainan baru untukmu!"

Arxela dengan senang hati melompat ke gendongan Heus sambil terkikik geli, yang mana membuat ketiga orang dewasa itu tertawa.

Heus mengecup pipi ponakannya, sedangkan Zeus mengecup pipi adiknya. "Xela akan ku bawa kepadamu jika dia sudah mengantuk." ucap Heus.

Anvayz mengangguk, "Jangan mencoba menjahili anakku."

Heus dan Zeus tertawa, "Tidak akan menjahili, kami akan mendidik dia untuk sedikit... Jahil."

Anvayz memutar matanya, melambaikan tangan sebagai tanda mengusir. Heus mendudukkan Arxela di lehernya dan sedikit berlari untuk membuat gadis kecil itu tertawa manis.

Anvayz tersenyum melihat interaksi itu, dia kembali mengalihkan pandangannya ke kuburan yang berada di depannya. Anvayz berlutut, mengelus ukiran tulisan di nisan tersebut.

RIP
Severus Tobias Snape
02-05-1998

"Sial, sudah dua tahun kau pergi dan aku masih merindukanmu."

Anvayz tertawa hambar, mengusap air matanya yang sudah mengalir deras. Lalu tawa itu berubah menjadi isakan yang menyakitkan, menusuk ke jiwa dan mencabik-cabiknya.

Anvayz memeluk nisan kekasihnya, menciumnya dan bersandar padanya. Menangis untuk batas waktu yang tidak ditentukan.

Kemudian dia merasakan sebuah tangan melingkari tubuhnya, sangat dingin, membuat Anvayz menggigil. Dia masih memeluk nisan Snape, tidak berani melihat siapa yang memeluknya. Lalu dia merasakan hawa dingin itu semakin mendekat ke telinganya, menghembuskan udara sejuk ke kulitnya.

"Jiwaku tidak pernah mati, Anvayz. Aku mencintaimu, dan anakku. Arxela, kan? Aku suka nama itu. Dia sangat cantik, seperti ibunya."

Suara tersebut segera hilang secepat dia datang, udara kembali menghangat... diiringi dengan isakan Anvayz yang semakin keras.

*#*#*#

"Anvayz..."

Anvayz tidak menjawab.

"Anvayz..."

Love but PrestigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang