.
.
.
.
.
.
Esoknya Kean kembali sekolah seperti biasa. Seperti tidak terjadi apa2,Kean tetap menjadi Kean yg ceria. Lebih tepatnya Kean berusaha menutupi kesedihan dan sakit hati nya. Namun Adit,Kevin dan Rafa tetap menyadari ada yang berbeda dari Kean. Bahkan Reon pun merasakan hal itu.
Kean memang tetap menebar senyum nya d hadapan sahabat2 nya,namun pandangan matanya terlihat redup,tanpa binar sama sekali. Banyak luka yg di sembunyikan dalam tatapan itu. Rasa sakit,rindu dan kehilangan terlihat jelas d sana. Hal itu semakin d perjelas setiap kali Kean menghindar jika berpapasan dengan Reon.
Seperti saat ini,Kean hendak menghampiri Adit,Kevin dan Rafa yang menunggunya d kantin sekolah. Sebelumnya Kean sudah membeli sebungkus roti dan sebotol air mineral untuk dirinya sendiri. Entahlah,hari ini nafsu makan Kean hancur sekali,bahkan pagi tadi Kean juga tidak sarapan d rumah. Kean mengedarkan pandangan nya mencari keberadaan sahabat dan sepupunya.
" Key,..."
Kean menoleh ke asal suara. Tersenyum ketika melihat Rafa melambaikan tangan padanya. Kean baru akan melangkah menghampiri mereka,tapi ia urungkan niatnya ketika melihat Reon duduk d antara mereka. Senyum nya menghilang seketika,berganti dengan tatapan rindu yang penuh luka.
Untuk sejenak tatapan Reon dan Kean bertemu. Sebelum akhirnya Kean menundukkan kepalanya. Sedetik kemudian Kean mengangkat kepalanya lagi kemudian tersenyum sembari menggelengkan kepalanya pelan,lalu berbalik dan pergi meninggalkan kantin. Juga meninggalkan tatapan bingung dari Adit,Kevin dan Rafa. Pun dengan Reon yang menatap kepergian Kean dengan pandangan yang sulit d artikan.
Adit,Kevin dan Rafa menatap penuh selidik ke arah Reon. Merasa d perhatikan Reon Reon menghela nafas kesal.
" Apa ??? Kenapa lihatin gue kaya gitu ???" Tanya nya dingin tanpa menatap mereka.
Adit,Kevin dan Rafa menghela nafas jengah. Kemudian melanjutkan makan mereka dalam diam.
.
.
.
.
Sementara Kean,duduk d salah satu bangku d taman yang ada d belakang sekolah. Tangan nya menggenggam sebungkus roti yang masih tersisa setengah. Kean memakan rotinya dengan pandangan kosong. Pikiran nya kembali teringat pada kejadian semalam.
Kean melihatnya. Semalam Kean melihat dengan jelas Reon berdiri d ujung tangga paling atas dan sudah pasti kakaknya itu juga melihat dan mendengar semua yang d ucapkan juga yang d lakukan sang ayah pada nya. Tapi Reon sama sekali tak ada niatan menolong nya. Reon justru pergi begitu saja tak lama setelah sang ayah juga pergi meninggalkan nya.
Kean menundukkan kepalanya,airmata nya mengalir begitu saja. Setidak berharganya kah dirinya bagi ayah dan kakak nya. Seburuk itu kah Kean hingga kebahagiaan enggan datang padanya. Lalu apa yang harus Kean lakukan sekarang. Sejak dulu,Kean hidup hanya dengan harapan jika suatu saat nanti ayah dan kakaknya mau menerimanya. Memeluknya dan memberikan kasih sayang mereka padanya. Tapi kenyataan justru berbanding terbalik dengan harapan nya selama ini.
" Bunda,...Kean capek...tolong bawa Kean pergi bunda..." Lirihnya dengan air mata yang membasahi pipinya. Tak ada isakkan yang keluar dari belah bibirnya. Hanya punggung yang sedikit bergetar juga air mata yang mengalir deras dari sudut matanya. Seperti biasa,Kean hanya bisa menangis dalam diam.
" Ssshhh..." Tiba tiba Kean meremas perutnya yang terasa sakit. Kean tau maag nya pasti kambuh. Tapi Kean tidak mempedulikan nya,Kean akan menahan rasa sakit d perutnya sama seperti dirinya yang menahan sakit d hatinya selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kean
Fiksi Penggemartentang Kean yang merindukan hangat nya pelukan ayah dan kakaknya... " kalau kepergian Kean bisa bikin ayah dan kakak bahagia,...Kean ikhlas " - kean