🌧️🌧️🌧️🌧️🌧️🌧️
Gerald duduk d kursi ruang kerjanya. Matanya menatap sendu sebuah bingkai potret yang ada d hadapan nya. Potret keluarga nya,ada dirinya,Reon juga Mayang dengan perutnya yang besar. Potret itu d ambil saat kandungan Mayang berusia delapan bulan. Dulu Gerald sangat bahagia ketika dokter mengatakan jika Mayang tengah hamil anak kedua mereka. Bahkan Reon yang saat itu baru berusia dua tahun pun sangat antusias menanti kehadiran adik nya.
Namun semua itu berbanding terbalik ketika dokter yang membantu persalinan Mayang waktu itu mengatakan jika Mayang meninggal dunia sesaat setelah berhasil melahirkan bayi nya. Dunia Gerald serasa runtuh saat itu juga,meninggalkan luka mendalam bagi Gerald. Seorang suster memperlihatkan bayi kecil nan mungil pada Gerald dan mengatakan kalau itu adalah bayi yang d lahirkan oleh Mayang,yang tak lain adalah putra bungsunya.
Namun kesedihan karena kehilangan telah menggelapkan hatinya. Gerald sama sekali tidak mau menyentuh bayi itu. Bahkan setelah proses pemakaman sang istri selesai,Gerald sama sekali tidak mau melihat anak bungsunya. Gerald hanya sibuk mengurusi Reon yang waktu itu terus bertanya kemana bunda nya. Bahkan Gerald sama sekali tidak mempedulikan saat Kean kecil menangis keras waktu itu. Egois dan kejam. Namun bagi Gerald kehilangan Mayang sama halnya dengan kehilangan separuh hidupnya.
Perkataan lirih Kean tadi masih terngiang d telinga nya. Ada getar pilu yang dapat ia tangkap dari lirih suara itu. Namun semua itu tidak membuat hati Gerald yang sedingin es mencair.
Gerald menghela nafas kasar kemudian beranjak keluar dari ruang kerjanya.
🌧️
🌧️
🌧️
🌧️
🌧️
Lain lagi dengan Kean yang kini mendudukkan dirinya d atas kasur tipis d dalam kamar nya. Masih jelas d ingatannya bagaimana suara dingin Gerald barusan. Kean membuka laci kecil d meja belajarnya. Tangan nya mengambil sebuah foto berukuran sedang. Foto sang ayah dan kakak nya,tentu saja tanpa dirinya.
Kean mengambil sebuah pulpen dari dalam tasnya,kemudian mencoretkan tinta d atas foto tersebut. Kean tersenyum miris setelah menyelesaikan kegiatan nya itu. Air matanya menetes begitu saja saat matanya menatap foto dalam genggaman tangan nya.
" Ayah,...kapan ayah bisa sayang sama Kean ???" Tanya nya yang hanya hilang d telan remangnya cahaya lampu kamarnya. Kean kembali menaruh foto itu kedalam laci meja belajarnya,kemudian mengambil selembar foto usang dari tempat yang sama.
Foto Mayang,bundanya. Kean mendapatkan foto itu dari bi ida,lalu menyimpan nya. Foto itu sudah lama,terbukti dari warna nya yang sudah agak memudar. Kean tersenyum menatap foto sang bunda yang tengah tersenyum.
" Bunda,...kalau bunda bisa lihat Kean dari sana,...bunda juga pasti tau kan kalau Kean sayang sama bunda...Kean sayang sama kakak,...Kean juga sayang sama ayah...bunda..." Kean memeluk foto sang bunda sambil membaringkan badannya.
Kean meringkuk sambil tetap memeluk foto bunda nya. Airmata nya semakin deras mengalir. Bahkan membasahi bantal lusuh yang jadi tumpuan kepalanya. Tak ada raungan,hanya isakkan isakkan kecil yang terdengar sangat memilukan.
Cukup lama Kean dalam posisi seperti itu sampai akhirnya Kean terlelap akibat terlalu lama menangis. Tak berselang lama,bi Ida masuk ke dalam kamar Kean. Sebenarnya bi Ida sudah berdiri d samping kamar majikan kecilnya itu sejak tadi. Niatnya mengantarkan makanan untuk Kean tertunda ketika melihat dan mendengar semuanya,bahkan matanya ikut berair melihat betapa rapuh dan terlukanya Kean. Bi Ida menaruh makanan yang ia bawa d atas meja kemudian mengambil foto itu dari pelukan Kean,menatapnya sebentar lalu menaruh foto itu kembali ke dalam laci. Namun matanya tak sengaja melihat foto lain d sana. Bi Ida mengambil foto tersebut,menutup mulutnya saat melihat foto tersebut,kristal bening semakin menganak sungai d pipi wanita parubaya itu.
" Eungh...sshhh..."
Bi Ida segera menaruh foto itu dan menutup laci saat mendengar lenguhan yang d sertai rintihan itu. Bi Ida menoleh ke arah Kean,dengan cepat bi Ida menghampiri Kean.
Dapat bi Ida lihat dengan jelas,Kean yang terlihat gelisah dalam tidurnya. Kean sedikit menggeliat sambil meremas perutnya. Seketika bi Ida menegang,rasa panik mulai menyerang nya.
" Adek,...bangun sayang,..." Ucap bi Ida mengusap pelan pipi Kean.
Kean membuka matanya perlahan dan mendapati bi Ida yang tengah menatapnya dengan tatapan khawatir.
" Bibi,..." Lirihnya.
" Iya,ini bibi...bangun dulu ya nak...makan dulu terus minum obat,abis itu boleh tidur lagi..."
Kean berusaha mendudukkan dirinya namun rasa sakit d perutnya menahan gerakan nya.
" Sshhh..." Rintihnya pelan.
" Kenapa ??? Perutnya sakit ya ???" Tanya bi Ida membantu Kean duduk dan bersandar pada tembok.
Kean mengangguk lemah. Bi Ida menyuapi Kean makan dan Kean menerimanya.
" Ayah sama kakak sudah makan belum bi ???" Tanya nya.
" Ayah sama kakak juga lagi makan sekarang,..." Jawab bi Ida. " Kenapa ???" Lanjutnya bertanya.
Kean hanya menggelengkan kepalanya. Bi Ida baru akan mengarahkan kembali sendok berisi makanan pada Kean,namun Kean kembali menggelengkan kepalanya.
" Udah bi,...Kean udah kenyang..." Tolaknya pelan.
" Tapi ini baru 3 suap lho dek,..." Ucap bi Ida.
Kean menggelengkan kepalanya lagi,...
" Tapi Kean beneran udah kenyang bi,...kalo d paksa perut Kean sakit..." Lirih nya dengan mata berkaca kaca.Bi Ida kembali menaruh piring yang masih tersisa banyak makanan itu d samping nya.
" Ya udah,..sekarang minum obat dulu ya...adek ga boleh telat minum obatnya ya,..." Kata bi Ida sambil menyiapkan obat2 an yang harus d minum oleh Kean.
Kean menerima obat2an yg disiapkan oleh bi Ida lalu meminum nya dengan bantuan segelas air. Kean mengernyit saat sensasi rasa pahit dari obat itu ter ecap d lidahnya. Bahkan Kean merasa mual dengan bau obat yang baru saja d telan nya itu. Bi Ida mengusap punggung Kean dengan lembut.
" Kean ga apa2 ??? Mau bibi balurin minyak kayu putih ???" Tanya nya sedikit cemas.
Kean menggeleng,...
" Ga usah bi,...tadi cuma mual karena bau obatnya..."Bi Ida menganggukkan kepalanya mengerti,...
" Ya udah,..adek tidur lagi biar besok pas bangun jadi lebih seger,..." Ucapnya sambil membantu Kean berbaring lalu menyelimutinya." Bibi disini aja ya,temenin Kean.." pinta Kean dengan mata sayunya menatap bi Ida.
Bi Ida tersenyum lembut,...
" Iya,..bibi bakal temenin adek sampe adek tidur,.." serunya sambil mengusap kepala Kean mencoba memberikan kenyamanan.Hingga tak berapa lama kemudian,akhirnya Kean terlelap masuk ke alam mimpi. Bi Ida masih mengusap kepala anak itu dengan lembut. Memberikan kecupan sarat rasa sayang d kening Kean.
" Yang sabar ya dek,...bibi tau adek itu anak yang kuat..." Ucap bi Ida lembut.
Kemudian beranjak meninggalkan Kean yang terlelap.🌧️
🌧️
🌧️
🌧️
🌧️
Ya Allah nyambung ga sih part ini ???
Semoga ya...
Seperti biasa sorry for typo ya all,soalnya semua ceritaku no edit,...
Dan kemungkinan bakal aku revisi kalo udah end...
Jadi semoga kalian semua menikmati oke...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kean
Fanfictiontentang Kean yang merindukan hangat nya pelukan ayah dan kakaknya... " kalau kepergian Kean bisa bikin ayah dan kakak bahagia,...Kean ikhlas " - kean