🌧️ 77 🌧️

4.6K 331 21
                                        


Gerald memarkirkan mobil nya di depan pintu utama rumahnya. Setelah menuruti keinginan Kean untuk membeli McD,Gerald memutuskan untuk membawa bungsunya itu pulang. Bahkan sekarang Kean sudah tertidur. Anak itu pasti kelelahan. Di tambah dengan kejadian tadi yg membuat Kean banyak menangis. Gerald menghembuskan nafas lemah,perasaan bersalah kembali ia rasakan saat mengingatnya. Sepertinya Gerald butuh psikiater agar benar benar bisa belajar untuk mengontrol emosinya.

Setelah berdiam diri cukup lama,Gerald keluar dari mobil. Berjalan memutar untuk sampai di sisi mobil satunya. Gerald membuka pintu mobil di samping Kean,kemudian mengangkat Kean ala brydal dan membawanya ke dalam.

" Assalamu'alaikum..."

" Wa'alaikum salam...ya Allah pak,..Kean kenapa ???" Sambut bi Ida yg terkejut dan merasa khawatir melihat Kean yg di bopong majikannya.

" Ketiduran bi,...capek banget kaya nya...saya bawa Kean dulu ya bi...tolong bibi ambilin paper bag di mobil terus anterin ke kamar nya Kean..." Jawab dan perintah Gerald.

Bi Ida mengangguk lalu menjalankan perintah dari Gerald setelah majikan nya itu pergi.

Gerald membaringkan Kean di ranjang empuknya. Mengusap keringat di kening putranya dengan lembut lalu menyelimutinya hingga sebatas dada.

" Tidur yg nyenyak ya sayang nya ayah...maaf tadi ayah udah bentak Kean..." Ucapnya pelan sambil mengusap kepala Kean.

Ceklek

" Pak..." Panggil bi Ida yg membuka pintu kamar Kean.

Gerald menoleh.

" Ini paper bag yg bapak minta..." Ucap bi Ida sambil menyerahkan paper bag berwarna coklat.

Gerald mengangguk,...
" Ah iya bi,...terima kasih..."

" Sama sama pak..." Sahut bi Ida sopan.

" Oh iya bi,...tadi saya ada beli McD,bibi simpan buat makan malam nanti ya...kalo bibi mau ambil aja...tadi Kean minta beli yg combo,tapi anak nya cuma sanggup makan satu..." Ucap Gerald.

Bi Ida mengangguk,...
" Iya pak,..sudah bibi simpan meja makan..."

Gerald mengangguk,...
" Reon belum pulang...tadi saya ga lihat dia...???" Tanya nya.

" Belum pak,...tadi siang sh sempat pulang terus pergi lagi,...katanya ada perlu di tempatnya den kevin..." Jawab bi Ida.

Gerald mengangguk lagi.

" Ya sudah pak,...kalau begitu saya permisi dulu...masih ada kerjaan di dapur..." Pamit bi ida lalu pergi setelah mendapat persetujuan dari Gerald.

Sepeninggal bi Ida,Gerald mendudukkan dirinya kembali di sisi ranjang Kean. Menatap wajah damai bungsunya yg terlelap. Tiba tiba matanya memanas,Gerald mendongakkan kepalanya guna menahan air mata yg siap meluncur dari pelupuk matanya. Gerald kembali menatap Kean yg masih tertidur pulas. Wajah anak itu terlihat tenang dan damai saat tidur seperti ini,sama sekali tidak terlihat jika sebenarnya begitu banyak kesakitan yg harus anak itu tanggung.

Air mata yg sejak tadi ia tahan pun akhirnya mengalir begitu saja. Gerald sekuat tenaga menahan isakkan nya agar tak mengusik tidur lelap sang anak. Rupanya kejadian sepulang dari rumah sakit tadi telah menampar telak hatinya. Dan sekali lagi Gerald merasa benar benar bodoh. Seperti nya kata itu tidak lah cukup. Gerald seharusnya menyadarinya sejak awal,bahwa sebenarnya Kean tidak lah sekuat dan setegar yg ia lihat.

Setelah begitu banyak penderitaan yg anak itu hadapi yg sebagian besar adalah karena nya,seharusnya Gerald mengerti seberapa banyak ketakutan yg anak itu miliki. Rasa takut merepotkan,takut menjadi beban,takut di benci dan yg lebih mendominasi adalah rasa takut di tinggalkan. Ah,sekali lagi Gerald memang sangatlah bodoh.

KeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang