Reon menatap Kean dari balik sekat kaca ruang ICCU. Di dalam sana adiknya terbaring lemah dengan selang ventilator yg terpasang apik di mulutnya. Juga dua buah selang beda warna yg menancap d punggung tangan nya. Belum lagi banyak kabel kabel yg menempel di tubuhnya. Reon yakin,semua itu pasti sangat menyakitkan untuk Kean. Tapi Reon juga lebih yakin,jika semua itu tidak lebih menyakitkan dari perlakuan nya selama ini.
Reon kembali menitikkan air matanya ketika mengingat penjelasan dokter yg mengatakan jika Kondisi Kean masih kritis meski tidak seburuk semalam. Sekali lagi Reon kembali d jatuhkan dalam jurang penyesalan yg paling dalam. Reon tidak yakin Kean akan memaafkan nya,karena bahkan dirinya pun tidak mampu memaafkan dirinya sendiri.
" Maaf key,...Lo boleh marah atau benci sama gue...tapi gue mohon Lo harus bertahan...Lo harus bangun dan kasih gue kesempatan buat memperbaiki semuanya...key,...gue minta maaf..." Ucapnya kembali menangis.
Tak lama kemudian,Reon keluar dari ruangan itu. Di sambut oleh bi Ida juga Irma dan anak2 yg menunggu di luar. Ada Gerald juga disana. Sedangkan Bima harus pergi ke kantor.
" Yah,...sekarang giliran ayah yg masuk kedalam !!" Pinta Reon.
Gerald menatap Reon sejenak,kemudian menganggukkan kepalanya. Setelah meyakinkan dirinya,Gerald mulai melangkahkan kakinya memasuki ruangan itu. Setelah memastikan Gerald masuk,Irma mengajak Reon dan yg lain nya untuk pergi ke kantin dan sarapan. Reon sempat menolak,namun dengan sedikit paksaan,akhirnya Reon mau menuruti permintaan Irma.
🌧️🌧️🌧️🌧️🌧️
Hal yg pertama kali Gerald lihat dari balik kaca adalah putra nya yg terbaring dengan berbagai macam alat medis yg tertempel di tubuhnya. Tak jauh beda dengan Reon,Gerald juga tak mampu untuk membendung air matanya begitu melihat betapa rapuhnya tubuh putra bungsunya saat ini.
Putra yg selama ini tidak pernah dia pedulikan. Bahkan Gerald pun sering memberikan ukiran menyakitkan di tubuh tak berdaya itu. Gerald merasa benar benar buruk setiap mengingat perlakuan nya dulu pada anak itu.
" Kean..."
Air mata Gerald mengalir deras saat ia menyebutkan nama itu. Nama putra bungsunya yg bahkan dulu ia tak pernah mau menyebutnya. Ia justru selalu memanggil putra nya dengan anak pembawa sial...pembunuh dan kata kata kasar lain nya. Namun anak itu sama sekali tidak pernah marah. Anak itu justru menunjukkan senyum manisnya,meskipun saat itu ia tau bahwa hati anak itu begitu terluka.
" Astaghfirullah..." Seru Gerald pelan.
Gerald kembali menatap tubuh putra bungsunya. Tangan nya menyentuh kaca pembatas seolah tengah menyentuh putranya.
" Maafkan ayah,nak...ayah mohon Kean harus bangun,...supaya Kean bisa hukum ayah sepuasnya...maaf...maaf..." Lirih Gerald terisak pilu.
Namun tangisan nya berubah menjadi kepanikan ketika melihat tubuh Kean mengejang hebat di dalam sana. Gerald kalap,ia berlari keluar ruangan dan berteriak sekuat mungkin untuk memanggil dokter. Hingga tak lama kemudian dr. Burhan dan beberapa orang suster berlari tergesa memasuki ruangan Kean.
" Ayah,..apa yg terjadi ??? Kean kenapa yah...???" Tanya panik Reon yg baru saja kembali dari kantin seorang diri. Sementara Irma dan yg lain nya masih di kantin rumah sakit.
Entahlah,Reon merasakan perasaan nya tidak enak,makanya ia memutuskan untuk kembali lebih dulu. Dan benar saja,sekembalinya Reon,ia melihat ayahnya sudah terduduk d depan pintu ruangan Kean.
Tak mendapat respon dari Gerald. Ayahnya itu justru menangis semakin keras.
Reon ikut berlutut di depan ayahnya,..
" Yah,..kenapa ayah diam aja dan malah nangis ??? Jawab aku yah,...Kean kenapa ?? Ayah...jawab !!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kean
Фанфикшнtentang Kean yang merindukan hangat nya pelukan ayah dan kakaknya... " kalau kepergian Kean bisa bikin ayah dan kakak bahagia,...Kean ikhlas " - kean
