✨ firefly | 64

24.6K 3.8K 997
                                        

totalnya 3K+ nih (awas aja kalau masih ada yang bilang pendek 😒) // baku hantam nih #canda 😜

H A P P Y
R E A D I N G! 🥳🌩️

"Gue lebih suka orang yang apa adanya, yang begitulah dia kalau ketemu orang di luar sana."

— Firefly

Aresh memandang tangan kanan Arjuna, yang kini tengah mengaduk kopi dengan posisi kepala sedikit menunduk.

Bukan karena dia takut dimarahi atau bagaimana. Ia ... hanya tidak ingin melihat wajah Arjuna.

Karena, jika kedua manik matanya bertemu dua bola mata itu, darahnya mendadak naik, bersamaan dengan mulutnya yang selalu ingin mengumpat. Sementara, syarat yang Nada ajukan beberapa jam lalu terputar terus menerus bak kaset rusak.

Menangkan hati Arjuna? Apalagi berbaikan hingga akrab?

Berhadapan seperti sekarang saja, mereka terus-terusan berperang dingin. Padahal, suhu di luar restoran dan toko roti El&Ta siang ini tepat berada di angka 34 derajat.

Nada yang datang dengan kedua tangan membawa satu nampan kayu berisikan beberapa roti dan kue, kemudian memandang heran pada kedua orang itu.

"Kak Juna persis kayak bapak-bapak yang lagi marahin anaknya," ceplos Nada, yang membuat Arjuna terbelalak, sementara Aresh tertawa seminim mungkin.

"Tiga puluh tahun aja kakak belum ada, Nad. Kok udah diibaratkan kayak bapak-bapak?" Arjuna membuka kamera ponsel, mengamati wajah tampannya di sana. "Muka baby face gini padahal."

Uhuk!

Aresh yang tengah meminum kopi espreso tersedak begitu mendengar ucapan Arjuna yang terakhir.

"Kenapa lo? Enggak terima?" Arjuna melingkis kemeja marunnya hingga ke siku. "Sini maju!"

Nada memutar bola mata. "Kak, enggak usah bertingkah kayak anak kecil, deh. Malu sama karyawan Kakak."

"Tuh, tuh, pada lihatin." Nada menunjuk beberapa bawahan Arjuna, yang juga tengah beristirahat di sana, mengingat kantor Vernando dan El&Ta yang berdampingan.

Arjuna tersenyum pada bawahannya, "lagi interogasi calon—"

Kepala Aresh terangkat cepat, menanti perkataan Arjuna. "Ipar?" sambung laki-laki itu.

Lirikan sinis mengarah kilat ke manik Aresh,"—babu."

Tatapan Aresh mendatar seketika. Lihatlah, bagaimana ia bisa berbuat baik pada pria tua ini, jika tingkahnya saja selalu menghasut umpatan untuk hadir?

Dengan mati-natian menekan emosi, Aresh memilih tidak menjawab, dan mengukir senyum simpul. Arjuna sampai mengernyit dibuatnya.

Tumben lombok ijonya enggak keluar, Arjuna membatin.

"Dimakan, Resh." Nada menunjuk roti dan kue yang ia ambil sendiri dari etalase, yang beberapa di antaranya di sajikan dalam sebuah piring.

Aresh mengangguk, mengambil potongan kue matcha di sebuah piring berwarna hitam, lalu memakannya dengan bantuan garpu yang disediakan Nada di atas nampan kayu itu.

"Enak?" tanya Nada dengan senyum misterius, dan Aresh tersenyum simpul. "Enak."

"Ngomong-ngomong, Aresh udah baikan sama warna hijau, ya? Tumben mau makan yang warnanya hijau gini?"

Firefly • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang