✨ firefly | 12

42K 5.5K 1.6K
                                        

Maaf jika menemukan typo, belum sempat direvisi ulang 🙏🏻

Oke,

H A P P Y
R E A D I N G ! ⛅

Daripada berharap untuk mendapatkan seseorang yang baik dan perhatian, kenapa enggak kamu aja yang jadi orang itu?”

Nada

Minggu tiba, ruang OSIS SMA GUSTAV mendadak ramai disibukkan oleh anggota-anggota yang tengah membuat hiasan untuk keperluan hari Kartini. Ada yang tengah membuat model banner untuk nanti dipasang di aula serbaguna, juga ada yang membuat hiasan dinding berupa lukisan, merangkai bunga, dan membungkus hadiah yang jumlahnya tidak sedikit.

"Guys, kalau setiap kelas menyediakan Kartini juga Kartono, kita selaku OSIS perlu ngadain juga enggak sih, enaknya?" Fika bertanya di sela kegiatannya merangkai bunga palsu yang ditusuk-tusukkan batangnya pada spons di dalam pot plastik.

"Tahun-tahun sebelumnya sih enggak, mereka lebih fokus ke acaranya. Lagi pula, kalau kita anggota OSIS juga mengadakan, apa enggak ribet?" Arsya memberi pendapat.

"Iya juga, sih." Fika yang sudah selesai merangkai satu pot bunga lalu menaruh bunga itu di tengah meja, sebelum kembali meraih bunga-bunga yang lain untuk ia rangkai lagi.

Aresh sendiri, dia sedang membuat lukisan R.A Kartini cukup besar bersama Nada. Dua orang yang sifatnya begitu tolak belakang itu memang cukup pandai dalam bidang seni melukis. Tak khayal jika semua anggota setuju agar bagian lukisan diserahkan pada mereka berdua.

Aresh mengerjakan bagian sketsa, sementara Nada bagian pewarnaan. Namun terkadang, Aresh juga ikut membantu memberi warna pada sketsa buatannya.

Ketika tengah sibuk pada lukisan, Doni datang mendekat pada Aresh, sambil sesekali maniknya menatap pada ponsel laki-laki itu yang tergeletak tak jauh di atas meja sana.

"Resh, gue boleh pinjem hape lo, enggak? Buat fotoin proses kerja OSIS, biar nanti dimasukin ke arsip. Hape lo punya kamera bagus soalnya, jadi nanti hasilnya gak pecah kalau diedit beberapa kali."

Aresh melirik Doni sebentar, sebelum kembali mengubah pandangannya pada kanvas, dan mendengus tak suka. "Sentuh hape gue, lo mati."

Doni bergidik, sementara Nada terdiam. Otaknya langsung teringat akan ucapan Arasha, kembaran Aresh yang tidak mau identitas aslinya ini diketahui orang lain.

"Yaudah, enggak jadi. Gue enggak mau mati konyol di tangan lo, soalnya." Doni beringsut menjauh, namun panggilan dari Nada membuatnya kembali berbalik.

"Ada apa, Nad?"

Nada mengulurkan ponselnya yang memang satu tipe dengan Aresh itu pada Doni, "pakai aja punya aku."

Mata Doni berbinar bahagia. "Wah, makasih banyak, Nad. Lo emang baik banget, sumpah!"

"Enggak kayak yang satu ini, nih," lirih Doni sembari menunjuk Aresh dengan dagu. Begitu laki-laki itu membalas tatapannya dengan tatapan tajam, Doni menelan ludahnya.

"K-kalau gitu gue pergi dulu, nanti bisa-bisa gue mati beneran, lagi. Gue pinjem dulu hape lo, ya, Nad!" Doni menjauh kemudian.

"Iya, Doni!" seru Nada, mengingat jarak mereka sudah terlampau jauh.

"Kalau teriak enggak usah deket-deket gue! Bisa budek gue lama-lama," omel Aresh dengan tatapan bengis.

Nada cemberut, "iya, maaf."

Firefly • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang