✨ firefly | 15

41.6K 5.8K 1.5K
                                        

H A P P Y
R E A D I N G ! 👩🏻‍💻💗

“Tindakan yang lo pikir sederhana dan terkesan biasa, bisa aja membuat orang lain terluka, tanpa lo menyadarinya. Jadi hati-hati dalam bertidak dan berkata, meski di mata mereka lo sempurna, bukan berarti lo bebas dalam segalanya.”

Aresh

Sekolah heboh.

Semenjak Nada membajak ponsel Aresh Sabtu lalu, banyak murid-murid GUSTAV yang membicarakan kedekatan keduanya.

Yang menjadi hal itu semakin heboh, adalah tindakan Aresh yang malah membiarkannya hingga 24 jam, terbukti dari postingan lain yang diunggahnya beberapa jam kemudian.

Hal itu juga menjadi pertanyaan di benak Rasha, kakak kembar Aresh, yang tidak biasa dengan hal ini. Maka dari itu, gadis yang memiliki tinggi tubuh 162 cm itu berjalan menuju ruang OSIS, karena dua hari lalu ia memang sengaja tidak mengaktifkan sosial medianya. Dan baru tahu, kala seorang teman membagikan hal ini tepat di lima menit setelah Aresh berangkat sekolah.

"Resh, jawab jujur sama gue," Rasha berbicara usai membuka pintu ruang OSIS dan memastikan tidak ada siapapun selain Aresh di sana.

"Lo enggak ada kerjaan lain apa? Ganggu gue mulu! Gak di rumah, di sekolah pun juga."

Rasha berdecak, lalu mengambil tempat di dekat Aresh, tepat di bangku yang biasa Nada duduki. "Karena gue bakal ganggu lo sampe badan lo nyatu sama liang lahad. Ngerti?"

Aresh tidak menjawab. Hal yang membuat Rasha mendengus tanpa sadar.

"Lo suka sama Nada, kan?" tanya Rasha to the point.

Aresh menghela napas, lalu meletakkan ponselnya di meja, sebelum menyenderkan punggung pada sandaran kursi, dan memandang Rasha dengan tatapan datar.

"Lo adalah orang kelima belas di pagi ini yang tanya begitu."

"Oh iya? Apa gue patut diberi tepuk tangan yang meriah?"

"Keluar!"

Decakan keluar dari mulut Rasha. "Jawab jujur dulu, baru gue keluar."

Aresh lagi-lagi mengembuskan napas jengah. "Mager, gue mager aja buat hapus. Udah, kan? Sana keluar! Gue lagi sibuk."

Manik mata Rasha mengerling jenaka, "mager atau mager? Gue jadi makin curiga sama lo."

Aresh meraih ponselnya lagi, dan berkutat serius.

"Tapi, Resh, gue enggak setuju kalau lo sama Nada."

Aresh melirik sekilas, lalu berpangku tangan. Sementara Rasha mengukir senyum kemenangan.

"Lo tahu kenapa? Karena, Nada terlalu baik buat lo. Dia itu spesies paling polos di dunia, bahkan bayi baru lahir pun kalah. Jadi kalau Nada sama lo, gue enggak yakin pikiran Nada bisa tetep jernih kedepannya."

"Lo pikir gue om-om pedofil yang bakal racunin bocil kek dia?"

Rasha mengangkat kedua bahunya, "bisa jadi, kan? Kita enggak tahu isi hati setiap manusia. Khususnya lo, yang sejak bayi enggak pernah bisa gue tebak jalan pikirnya."

"Gue bayi, lo juga bayi. Ya jelas gak bisa nebak, lo lupa kalau kita kembar?" Aresh semakin mengecilkan intonasi suaranya, hingga hampir seperti bisikan.

Rasha menyengir, namun kala gadis itu ingin menjawab, pintu ruang OSIS dibuka oleh seseorang, yang rupanya adalah Brian, dengan Arsya, Fika, dan Doni di belakang.

Firefly • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang