✨ firefly | 13

40.9K 5.5K 1.3K
                                        

Maaf kalau ada typo ya, baru sempat direvisi singkat soalnya 🙏🏻

Oke,

H A P P Y
R E A D I N G ! 💛

“Karena kedua mata lebih memilih membandingkan diri ketimbang meyakini hati, rasa syukur itu berpindah menjadi enggak percaya diri.”

—Nada

Pelajaran olahraga, adalah salah satu pelajaran favorit Nada. Sejatinya, ia bukan hanya menaruh rasa suka pada pelajaran itu, namun pada hampir seluruh pelajaran pun, juga menyukainya.

Kali ini, adalah olahraga voli, olahraga yang sudah sejak kecil ia gemari.

Jika ada waktu senggang, biasanya Nada akan melakukan olahraga ini bersama dengan salah satu dari kakaknya, atau juga dengan sang ayah. Kalau pun ketiganya tidak bisa, Nada akan memaksa Rian untuk menjadi partner main volinya, sama seperti halnya saat ini.

Rian yang notabenenya tidak menyukai olahraga di luar ruangan pun, tak kuasa menolak permintaan Nada, kala gadis itu menunjukkan jurus mautnya, berupa kedipan lucu yang dipadukan dengan wajah cemberut. Rian memang paling lemah jika Nada sudah menunjukan kedua hal itu.

Ah, tidak. Mungkin bukan hanya dia yang akan lemah, lelaki lain yang melihatnya pun pasti juga akan berlaku sama. Namun, Rian sendiri sangsi jika laki-laki itu adalah Aresh.

Dua jam pelajaran olahraga yang di jeda selama 15 menit istirahat membuat satu kelas dan sang guru sepakat, untuk menyambung jam, sementara bagian istirahat dilakukan apabila jam keempat sudah berbunyi, alias usai semua murid memasuki kelas kembali. Dan kini, mereka tengah berolahraga di saat murid yang lain tengah berisitirahat.

"Nada jago banget main volinya," Caca berdecak kagum begitu melihat kemampuan bermain Nada.

"Lo sempurna banget, ya, Nad. Udah otaknya pinter, mukanya cantik dari lahir, badannya bagus, berasal dari keluarga kaya, juga multitalenta. Jujur, gue setiap berdiri di sebelah lo, gue ngerasa insecure." Silvi menambahi sembari menatap Nada, seolah raga di depannya ini seorang dewi dari negeri kayangan.

"Iya nih, gue juga sama kayak Silvi. Lagi pula, cewek jelek, gendut, bego kayak gue bisa apa?" imbuh Friska, seorang gadis berkucir dua lengkap dengan kacamata tebal yang menggantung di pangkal hidung.

Sambil memegang bola, Nada menatap ketiga orang itu dengan senyuman tipis. "Cantik fisik itu relatif, tapi cantik hati lebih kekal. Jadi buat apa menilai sebuah kecantikan fisik, sementara yang terpenting adalah kecantikan hati?"

Nada menatap satu per satu wajah ketiga orang di depannya.

"Padahal, setiap perempuan sejatinya cantik dengan caranya masing-masing. Cuman, karena kedua mata lebih memilih membandingkan diri ketimbang meyakini hati, rasa syukur itu berpindah menjadi enggak percaya diri."

"Sesekali, kalian harus menilik pada diri kalian, dan sadari bahwa kalian itu cantik. Jangan dibiasakan mengeluh, nanti kalian makin larut. Kalau semakin terpaku pada keluh, nanti kalian akan semakin jatuh pada ketidakpercayaan diri."

"Lebih baik, waktu yang kalian selama ini digunakan untuk memuji dan membandingkan kehidupan kalian dengan orang lain, kalian gunakan untuk memanjakan diri, dan kenali diri kalian lebih dalam."

Rian yang berjalan mendekat, rupanya mendengar tutur kata Nada. Membuatnya tanpa sadar tersenyum, karena lagi-lagi merasa kagum dengan penuturan kata yang keluar dari mulut Nada.

Firefly • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang