Apa kabarnya kalian semua di sana? Semoga kondisi hati dan jiwa kalian lagi baik-baik aja ya ❤️
—
Happy Reading 📚☺️
✨
“Jangan main-main sama gue. Bisa aja, lo yang akan suka lebih dulu sama gue.”
— Aresh
✨
Di pertengahan malam, Aresh yang matanya terpejam menikmati alunan melodi dari sebuah lagu berjudul 8 Letters, menyilangkan tangan di kursi belajar sana.
Kerap kali sang pelupuk terbuka, hanya untuk memastikan sebuah notifikasi dari seseorang akan datang menyapa si ponsel.
Namun, walau sudah lima jam menanti sembari melakukan kegiatan lain, kabar yang ditunggunya masih belum juga muncul.
Aresh gelisah.
Sebenarnya, ia ingin menyusul ke tempat orang itu berada sejak tiga jam lalu. Begitu teringat raut ketidaksukaan yang orang itu tunjukan padanya, niat Aresh pun sekejap runtuh tak berbentuk.
"Bunda kenapa belum pulang, ya?"
Iya, orang yang sedari tadi ditunggunya adalah sang bunda.
Ddrrtt Ddrrtt
Merasakan getaran di meja, Aresh langsung meraih ponselnya yang memiliki casing hitam polos itu.
Melihat nama 'bunda' akhirnya hadir di barisan notifikasi, napas lega Aresh pun keluar secara perlahan.
Bunda : Hari ini bunda lembur lagi, besok bunda juga enggak bisa pulang karena harus ke Bangkok untuk menghadiri kerjasama. Aresh sama kakak, enggak apa kan, kalau bunda tinggal lagi?
Rautnya lalu berubah sendu, maniknya pun menyorotkan kekhawatiran usai membaca. Namun Aresh lagi-lagi tak bisa apa-apa walau hati ingin menolak.
"Bunda terlalu bekerja keras," gumamnya.
Aresh : Aresh enggak apa-apa, Bun. Bunda jaga kesehatan ya, di sana? Kalau capek langsung istirahat. Jangan dipaksakan. Aresh akan tunggu kehadiran bunda di rumah
Bunda : Aresh juga jangan khawatirkan bunda di sana.
Bunda : Bunda sayang Aresh dan kakak ❤️
Aresh : Aresh juga sayang bunda ❤️
Karena malas bergerak begitu kuat menghantam tubuh, Aresh enggan keluar kamar hanya sekadar memberi tahu mengenai kabar ini pada sang kakak. Makanya tangan itu segera mencari kontak kakaknya, dan menyalin pesan sang bunda yang kemudian ia kirimkan lagi.
Aresh : Baca
Lima detik sejak pesan terkirim, dua centang biru hadir sebagai penanda bahwa pesan telah terbaca. Meski tidak terbalas pada ruang obrolan, sebuah ketukan di pintu adalah simbol bahwa sebentar lagi, akan ada lolongan panjang dari orang penghuni kamar sebelahnya.
"Aresh, kebiasaan lo! Punya kaki tinggal jalan, tangan tinggal ketuk pintu kamar gue, mulut tinggal ngomong aja apa susahnya, sih? Gue bilangin bunda, kelar lo!"
Bola mata Aresh memutar mendengar suara protes kakaknya.
Sang kakak, memang tidak menyukai jika Aresh selalu menggunakan ponsel sebagai sarana komunikasi antar keluarga ketika berada di rumah. Menurutnya, itu akan membuat persaudaraan mereka merenggang, dan hanya akan terlihat akrab di sosial media, bukan di dunia nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Firefly • completed
Teen Fiction#VERNANDOSERIES 4 👸🏻 Dalam hidup, Aresh tak pernah menyesali semua pilihan yang telah dipilihnya. Kalau pun salah memilih, ia pasti berusaha mengatasi. Tapi, semenjak hari di mana Nada tak sengaja menumpahkan jus alpukat untuk kesekian kali di jak...
