#VERNANDOSERIES 4 👸🏻
Dalam hidup, Aresh tak pernah menyesali semua pilihan yang telah dipilihnya. Kalau pun salah memilih, ia pasti berusaha mengatasi.
Tapi, semenjak hari di mana Nada tak sengaja menumpahkan jus alpukat untuk kesekian kali di jak...
Btw, serius nanya, karakter favorit kalian di FF tuh, siapa, sih? 😀
—
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✨
“Semakin penting kehadiran seseorang di hati, maka semakin sulit pula jika harus melepasnya suatu saat nanti.”
— Nada
✨
Aresh membawa Nada berjalan kaki ke sebuah taman di kompleks perumahan itu, setelah sebelumnya, mereka membeli dua botol air putih, di toko kelontong dekat pintu masuk kompleks. Sementara motornya sengaja ia tinggalkan di pelataran rumah gadis itu.
Tentu saja, sebelum ke taman, Nada terlebih dulu izin pada sang bunda lewat pesan, yang dibalas: hati-hati, oleh wanita itu.
Taman kompleks begitu sepi malam ini. Hanya ada suara gemericik dari air mancur buatan di tengah sana, tiupan angin malam yang sedikit lebih kencang dari biasanya, juga keberadaan dua insan yang kini tengah duduk bersila di atas rumput itu.
Di samping Aresh membuka kotak martabak, Nada mengamati profil samping wajah tampan laki-laki itu dalam diam.
Jika diamati baik-baik, Aresh ternyata memiliki lesung di kedua pipi. Yang hanya akan nampak, apabila laki-laki itu tersenyum walau sekadar simpul saja.
"Mau sampai kapan lo natap muka gue?"
Nada mengerjap terkejut akan pertanyaan tiba-tiba dari Aresh. Ah, rupanya ia ketahuan.
Memilih diam sebagai jawaban, tak lama, Aresh pun menoleh, sementara tangan kanannya yang bersih mengulurkan satu potong martabak bagian tengah, pada gadis itu.
"Makasih," ucap Nada dengan begitu manis. Mungkin jika dimanusiakan, martabak ini bisa saja iri karena kalah manis dengan gadis itu.
Melihat ada lelehan keju di sudut bibir Nada, Aresh pun dengan sigap menyapunya dengan ibu jari, dan memasukkan jari itu ke dalam mulutnya, menjilat lelehan keju itu hingga bersih tak bersisa.
Sontak saja kedua manik Nada terbelalak akan tindakan Aresh tadi. "Kok, dijilat? Jorok, Resh!"
"Mubazir kalau dibuang."
"Tapi enggak gitu juga." Nada benar-benar tak habis pikir dengan Aresh. Tingkah laku laki-laki itu seolah tak pernah gagal membuatnya tercengang.
Senyumnya pun tersungging miring. "Masih mending gue pake perantara tangan buat bersihin keju di bibir lo, bukan secara langsung pake mulut. Kurang baik apa coba gue?"