#VERNANDOSERIES 4 👸🏻
Dalam hidup, Aresh tak pernah menyesali semua pilihan yang telah dipilihnya. Kalau pun salah memilih, ia pasti berusaha mengatasi.
Tapi, semenjak hari di mana Nada tak sengaja menumpahkan jus alpukat untuk kesekian kali di jak...
⚠️ : Belum direvisi 😵 maaf apabila ada typo yang mengganggu ya 🙏
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✨
"Gue enggak suka aja kalau ada orang yang ganggu milik gue."
- Aresh
✨
"Kenapa lo jadi sering mampir ke sini?" Arjuna melontar kata protes begitu melihat kedatangan sosok Aresh di ambang pintu rumah keluarga Vernando, di pukul setengah delapan malam ini.
"Karena ... pengin aja."
Kedua tangan Arjuna terlipat di depan dada. "Terus sekarang mau ngapain?"
"Mau numpang boker. Ya mau belajar, Bang."
Arjuna yang kala itu mengenakan setelan kasual berupa celana selutut dan kaus oblong berwarna putih, bersedekap dengan manik emosi.
"Lo enggak mampu bayar buat les bimbel? Sampe belajar aja ngemis di adek gue," ketus Arjuna, yang mungkin jika bukan Aresh lawannya, akan langsung merasa tersinggung detik itu juga.
Untung saja laki-laki yang kini tengah berdiri dihadapannya adalah Aresh, si manusia tahan makian, meski terdengar sesarkas apapun di telinga juga hati.
"Bukan enggak mampu, Bang. Tapi karena di bimbel enggak ada Nada."
"Dasar bucin."
"Pernah muda kan, Bang?"
"Ya iyalah, pake tanya. Masa gue baru lahir langsung kerja?"
"Pernah pacaran waktu SMA?"
Arjuna mengangguk, "bahkan sampai gue bawa ke pelaminan."
"Kalau pernah pacaran, berarti Abang pernah dong, ngapelin pacar ke rumahnya?"
"Ya, jelas, wajib itu!"
"Kalau semisal Abang mau ngapelin pacar, terus ada orang yang marah-marah enggak jelas sama Abang, rasanya mau Abang apain itu orang?"