✨ firefly | 58

21.7K 3.4K 714
                                        

H A P P Y
R E A D I N G! 💛

"Dia terlalu istimewa, buat lo yang selalu kasih kecewa."

- Firefly

Nada tidak masuk sekolah.

Gadis yang dicari Aresh sejak satu jam lalu itu dinyatakan absen hari ini.

Sekretaris kelas dilanda kebingungan, berulang kali dia menanyakan pada Aresh, selaku orang terdekat Nada, berikut Dita, Brian, juga Fika. Namun keempatnya kompak menggeleng, tidak mengetahui pasti soal kabar gadis itu.

Fika memang sempat berkata perihal sakit, namun dia juga membubuhkan saran pada sang sekretaris, untuk menunggu sebentar lagi. Mungkin saja, surat izin itu terlambat disampaikan.

Tepat di lima menit setelah Fika berkata demikian, seorang guru BK laki-laki datang dengan surat di tangan. Lalu, dia berkata, "sekretaris IPA satu, tolong tulis keterangan sakit pada daftar absensi ananda Thealora Nada Verando."

"Baik, Pak," jawab si sekretaris sebelum menuliskan huruf 's' di deretan absensi hari ini.

Rupanya, dugaan Aresh dan yang lain tidak meleset. Yakni tentang Nada yang tengah jatuh sakit.

Kabar gadis itu memang sudah disampaikan dengan jelas. Namun pertanyaan beruntun justru dengan santainya memenuhi otak Aresh. Nada sakit apa, ya? Dia dirawat di RS atau rawat jalan? Dia sekarang lagi ngapain? Apa dia udah makan?

Aresh ingin sekali bertanya pada Rian. Namun sejak pagi, batang hidung laki-laki itu sama sekali tak terlihat. Begitu bertanya pada teman satu kelas mengenai berangkat tidaknya dia, mereka kompak menjawab: "Rian berangkat, kok!"

Lalu, ke manakah laki-laki itu?

Lelah mencari, Aresh pun menunggu sampai di jam pulang sekolah, sengaja pergi di tempat parkiran, dan duduk di atas motor sport milik Rian.

Aresh memiliki firasat, bahwa Rian tengah menghindarinya hari ini. Dan ia dibuat penasaran akan hal itu.

Baru saja dibicarakan, orang yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang sambil mendengus. Hal yang membuat Aresh menarik senyum kemenangan akannya.

"Mau lo apa?"

"Kayaknya, gue enggak perlu buka suara, lo pasti ngerti apa yang gue maksud."

Rian menatap kedua manik Aresh tajam, lalu menghela napas. "Soal Nada?"

Tentu saja kepala Aresh mengangguk.

Rian mendekat, meraih helm full face yang digantung di kaca spion, sebelum kembali menghadap laki-laki itu.

"Sejujurnya gue kecewa waktu lo layangkan kata putus ke Nada. Padahal dia cuman mau minta break dari lo. Negative thinking lo itu, akhirnya bikin Nada jadi down."

"Down gimana?"

Rian mendudukkan diri di jok motor yang terparkir di sebelah motornya. "Sebelum dia minta break, dia terus-terusan nangis. Berkali-kali juga dia telfon gue, minta gue buat dateng ke rumah, cuman buat tanya, apakah keputusannya minta break itu bener atau enggak. Tapi hari itu, sepulang sekolah, dia datengin kelas gue, narik gue ke taman belakang, dan nangis kejer. Katanya, lo malah putusin dia secara sepihak."

Aresh hanya terdiam membiarkan Rian terus bercerita.

"Gue jujur aja sama lo, Resh. Selama tiga tahun gue kenal dia sebagai sepupu jauh, baru kali ini gue denger Nada nangis sampai segitunya. Paling-paling kalau dia sedih, enggak ada lima menit udah balik senyum. Tapi ini, sebentar nangis, sebentar lagi ngelamun. Tiap hari, dia terus-terusan ngerasa bersalah, hanya karena, dia minta break di waktu yang enggak tepat."

Firefly • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang