Q : Hal sederhana apa yang bikin kalian bahagia?
A : Kalau gue, bisa up rutin (walau suka telat) dan bacain komentar kalian yang lucu-lucu 😁
—
H A P P Y
R E A D I N G! 🥳🌈
✨
"Saya merasa kasihan pada pendidikan yang sudah susah payah kalian tekuni, kalau yang terus disampaikan hanyalah sensasi."
— Aresh
✨
Jadwal sidang sang bunda akan diselenggarakan Jum'at depan. Dan Aresh belum juga menemukan alasan: mengapa Lanang tega melakukan hal itu pada keluarganya.
Kira-kira, siapa saja yang patut ia tanyakan mengenai keluarga Kertarajasa?
Haruskah ia bertanya langsung pada sang bunda? Aresh menimang pilihan itu baik-baik. Namun, ia rasa jangan dulu. Sang bunda lebih baik tidak dibebankan masalah apa pun. Wanita itu harusnya diberi hiburan, agar tidak down, menjelang sidang nanti.
Di Minggu pukul setengah dua siang yang sedikit mendung ini pun, Aresh lantas bersiap, menggunakan outfit kemeja berwarna hitam, yang selaras dengan warna celana jeans, sepatu putih dengan kaus kaki setinggi mata kaki, juga jam tangan hitam yang membelit pergelangan tangan kiri.
Mengamati style outfit hari ini dari balik cermin berukuran sebadan, Aresh menyungging senyum misterius.
"Let's begin," desisnya dengan suara berat.
Meraih kunci motor yang tergeletak di meja belajar, Aresh lalu melangkah tegap menuruni tangga, dan menemui Rasha yang sudah sibuk menonton Doraemon dengan es krim di tangan.
"Sha, lo mau ikut kagak?"
"Ke mana?" tanya Rasha balik, tanpa mengalihkan mata dari telivisi.
"Jengukin bunda."
Mendengar itu, Rasha lantas menoleh cepat. "Bukannya di sana masih ada wartawan yang haus cari berita?"
Aresh mendekat dan merebut es krim tangan Rasha, sembari memasang senyum miring. "Justru keberadaan mereka yang lagi gue pengin temuin."
Kening Rasha mengernyit curiga. "Hal gila apa lagi yang lagi lo rencanain?"
Aresh sebenarnya ingin merahasiakan soal kemarin pada Rasha. Namun ia pikir, sang kembaran juga berhak tahu tentang fakta yang sudah diketahuinya.
Menghela napas, cerita itu pun kini mulai mengalir, membunuh rasa penasaran Rasha satu per satu. Dari mulai Denov, Lanang, kecelakaan sang ayah, juga rencana Aresh dan Nada.
"Wah, si Kampret kurang asem emang! Gue curiga kalau nama aslinya itu bukan Lanang¹, tapi Wadon²!" geramnya. (Dalam bahasa Jawa : ¹laki-laki, ²perempuan)
"Tingkahe kuwi lho, kaya Wandu!³" (³Tingkahnya itu lho, kayak banci!)
Mulut Aresh terbuka setengah, sementara tawa garingnya menguar. Jika diingat-ingat, ternyata sudah lama juga ia tidak mendengar aksen Jawa sang kembaran. Biasanya, tiap kali gadis itu marah, logat bahasa Jawanya akan meluber, hingga almarhum sang ayah yang notabenenya orang Jawa asli itu tergelak kaku.
"Tapi bener juga sih kata Nada. Lagi pula, menghindari media terus menerus malah enggak bagus."
"Maka dari itu, lo mau ikut kagak?" tanya Aresh di sela tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Firefly • completed
Fiksi Remaja#VERNANDOSERIES 4 👸🏻 Dalam hidup, Aresh tak pernah menyesali semua pilihan yang telah dipilihnya. Kalau pun salah memilih, ia pasti berusaha mengatasi. Tapi, semenjak hari di mana Nada tak sengaja menumpahkan jus alpukat untuk kesekian kali di jak...
