✨ firefly | 40

31.9K 4.1K 872
                                        

Satu kata untuk para anggota DPR yang tidak mau mendengarkan rakyatnya? 😒

✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang terpenting itu bukan pacaran, tapi bagaimana rasa cinta di hati bisa kamu bawa sampai ke tahap pernikahan.”

— Firefly

Di sela cahaya matahari pagi yang menyorot kaca jendela, Aresh mematut dirinya yang mengenakan hoodie oversize berwarna putih juga celana jeans hitam, lengkap dengan sepatu putih bertali, di depan sebuah cermin besar di kamarnya.

Terkadang, ia merapikan tatanan rambut yang masih sedikit basah, juga membetulkan letak tudung hoodie yang dirasa kurang pas. Sampai kepala itu menoleh sekilas, begitu mendengar suara pintu kamarnya terbuka.

"Enggak pakai hoodie kuning lagi?" Rasha, si pelaku yang tadi bertanya, melangkahkan kaki mendekati kasur sang adik, di mana ada Lona yang tengah sibuk menatap Aresh tanpa kedip.

Aresh enggan menjawab, Rasha pun hanya bisa mendengus.

Gadis yang sudah mengenakan outfit serba hitam, dengan paduan sepatu putih bertali sementara rambut panjangnya dibiarkan tergerai menyentuh punggung, kembali membuka suara setelah membawa Lona ke gendongan, sembari bangkit dari duduk.

"Bunda nungguin lo di bawah." Usai bertutur demikian, Rasha yang pagi ini tidak mau membuang emosi hanya karena menghadapi sang adik pun lantas keluar, menemui sang bunda di bawah sana.

Sementara Aresh, laki-laki itu membalikkan badan, menyempatkan meraih sebuah paper bag berisikan jas biru navy kepunyaan Arjuna yang baru ia laundry kemarin siang, dan barulah ia mengikuti langkah Rasha menuruni tangga.

"Pagi, Bunda," sapa Aresh begitu mendapati raga sang bunda yang tengah menyesap teh hijau di salah satu kursi makan.

Gisya tersenyum hangat, sementara pipinya dicium kilat oleh sang anak yang sudah mendekat, lalu duduk di sebelahnya.

"Jadi mau ke rumah kakek James, kan?"

Meraih roti tawar di atas sebuah piring, Aresh kemudian mengangguk. "Jadi, Bun. Bunda mau ikut?"

Gisya tertawa. "Bunda mana mau jadi nyamuk."

"Kan ada Rasha, Bun." Aresh terdiam sejenak, lalu menggeleng. "Eh, enggak, dia udah ada calon."

Rasha yang tengah mengunyah roti di kursi seberang menatap horor pada sang adik.

"Calon? Siapa?" Gisya nampak tertarik dengan ucapan Aresh. Terlebih kala melihat pupil sang putri yang tengah melebar.

Firefly • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang