Maaf ya, minggu ini kak Fi mampunya cuman bisa up satu chapter aja 😔 lagi banyak pikiran, sampai moodnya berantakan🤯
Tapi chapter ini ada 3k+ words, semoga kenyang
Kalau ada typo, maaf ya 😣
Happy Reading! 🌈
✨
Si bego enggak cuman pinter banget otaknya. Tapi juga bego banget tingkahnya.
-Aresh
✨
"Pagi, Aresh! How's your feeling this morning?" sapa Nada, begitu menemukan keberadaan Aresh di lobi.
Aresh yang hari ini memakai hoodie bertudung hitam, juga headphone hitam yang menggantung apik di leher, menoleh dengan raut mendatar. "Bagus, tapi hancur begitu denger suara lo."
Kemudian Aresh langsung mempercepat langkahnya menuju kelas, sementara Nada yang tertinggal jauh, mengerutkan kening. "Memangnya suara aku jelek, ya? Sampai bikin mood Aresh jatuh?"
Melihat punggung Aresh semakin menjauh, Nada pun segera bergerak menyusul.
Di bawah papan mini bertuliskan XI IPA 1 yang menggantung di bagian atas pintu, Nada mengamati pergerakan Aresh menuju kelas XI IPA 3, kelas laki-laki itu.
Merasa sepasang mata menatapnya intens, Aresh yang hendak masuk ke dalam kelas menolehkan kepalanya ke kanan, hingga matanya bertubrukan dengan manik Nada, yang juga tengah berada di depan pintu kelas.
Dengan wajah ceria, Nada mengibaskan tangan. "Semangat belajarnya, Aresh!"
Aresh memejamkan mata, menahan gejolak emosi yang hendak berenang ke permukaan.
Sebelum makin beringsut ke atas, Aresh pun segera masuk ke dalam, membuat Nada yang tadi memasang senyuman lebar juga turut masuk ke dalam kelasnya.
"Pagi, Bro," sapa Brian, yang merupakan teman sekelas Aresh di kelas XI IPA 3.
Aresh menyahutnya hanya dengan anggukan singkat, sebelum mendaratkan pantat di bangkunya yang berada di pusat kelas.
Beberapa anak gadis yang duduk di sekitar, juga berusaha menyapa, namun tak ada satu pun dari mereka yang mendapat balasan. Aresh malah memasangkan headphone itu ke telinga, lalu menghubungkannya dengan ponsel berlogo apel tergigit, menyetel beberapa lagu yang masuk ke dalam playlist favoritnya.
"Pagi, Bri." Arsya yang baru saja datang dengan tangan memegang jurnal keuangan OSIS, menyapa Brian ramah.
"Pagi juga, Sya." Tatapan Brian lalu ke belakang Arsya, mencari seseorang. "Tumben enggak bareng Fika."
Arsya mengangguk. Sembari berjalan menuju bangkunya yang berada persis di belakang Brian, ia menjawab, "abangnya Fika yang kerja di Kalimantan hari ini dateng, makanya enggak bareng dulu."
"Hari ini, jadi mau rapat pembagian tim adek kelas buat perayaan hari Kartini nanti?" tanya Arsya usai menaruh tas di kursinya, juga buku jurnal itu di atas meja.
Brian menggerakkan bahunya naik turun, dan menggeser pandangan pada Aresh yang tengah membaca buku dengan headphone yang masih terpasang apik di telinga. "Tanya aja langsung sama ketuanya."
Arsya turut menoleh, namun sedetik kemudian ia bergidik menahan ngeri sembari menatap kembali wajah Brian yang kini terkikik geli. "Gue masih sayang sama nyawa gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Firefly • completed
Fiksi Remaja#VERNANDOSERIES 4 👸🏻 Dalam hidup, Aresh tak pernah menyesali semua pilihan yang telah dipilihnya. Kalau pun salah memilih, ia pasti berusaha mengatasi. Tapi, semenjak hari di mana Nada tak sengaja menumpahkan jus alpukat untuk kesekian kali di jak...