Untuk dua chapter terakhir ini, kuy, kita lakuin ✨ CAPSLOCK CHALLENGE ✨
Gimana? Siap? 🌚
Oke, kalau gitu,
—
H A P P Y
R E A D I N G! 🥳🥑✨
"Jangan menganggap sebuah perpisahan, adalah bentuk dari kehilangan. Nanti yang tersisa hanyalah kesedihan.
Tapi jadikan itu sebagai perjuangan, yang harus kamu taklukkan, untuk meraih kebahagiaan, di masa depan."— Nada
✨
Kata Rian, Aresh adalah makhluk dengan tingkat kebucinan langit ketujuh.
Bagaimana tidak? Laki-laki itu bahkan dengan terang-terangan mengajak Nada untuk fitting baju, agar matching dengan bajunya di acara prom night mendatang.
"Kenapa enggak sekalian aja fitting untuk akad nikah?" sindir Rasha, pada sang adik, yang tengah sibuk memainkan rambut Nada, di sofa abu depan televisi, di kediaman Haditama.
"Sekalian juga beli cincin sama sebar undangan," imbuh Rian dengan tawa jenaka.
Aresh berdecak malas, lalu mengarahkan pandangannya pada Rasha dan Rian yang juga tengah duduk di sofa satunya. "Bilang aja lo berdua iri."
Bola mata Rasha terputar jengah. "Ngapain gue iri sama tapir kayak lo?"
Aresh berdecak kala mendengar sebutan tapir dari mulut Rasha.
"Memangnya enggak boleh, ya, kalau baju kita diselarasin?" bela Nada, penyebab senyum Aresh mengembang, merasa menang.
Rian menggeleng, "enggak, sih, Nad. Tapi lucu aja gitu."
"Lucu dari mana? Norak baru iya!" sanggah Rasha seraya memutar bola mata.
"Sirik tanda tak mampu," ketus Aresh kemudian, yang dibalas dengusan oleh Rasha.
Pandangan Nada pun berubah redup. "Emangnya beneran norak, ya, Kak, kalau aku sama Aresh cocokin warna baju buat acara prom night nanti?"
Melihat kesedihan yang terpancar dari cara Nada berbicara dan berekspresi, Rasha jadi gelagapan. "Y-ya enggak juga, sih, Nad."
"Tanggung jawab lo, Sha, udah bikin mantan kesayangan gue ini sedih." Aresh mengusap belakang kepala Nada dengan lembut, sambil memasang senyum menjengkelkan pada sang kembaran.
"Lo bisa enggak, sih, enggak usah nyebelin sehari aja?"
Tanpa mengubah raut itu, Aresh menyahut, "sayangnya ... enggak."
Memutar bola mata jengah, Rasha memilih mengabaikan Aresh, dan kembali mengarahkan atensinya pada Nada. "Enggak semua, kok, Nad. Lagian gue yakin banget, apa pun pakaiannya, kalau lo yang make, walau itu karung beras sekali pun, pasti keliatan glamor."
Aresh mengangguk setuju, sebelum kemudian berkata, "berarti kalau gue make karung beras, juga kelihatan—"
"Kayak orang-orangan sawah."
Penuturan spontan Rasha menghadirkan tawa di bibir Rian, juga Nada. Sangat kontras jika disanding dengan Aresh, yang justru menutup mulutnya rapat-rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Firefly • completed
Novela Juvenil#VERNANDOSERIES 4 👸🏻 Dalam hidup, Aresh tak pernah menyesali semua pilihan yang telah dipilihnya. Kalau pun salah memilih, ia pasti berusaha mengatasi. Tapi, semenjak hari di mana Nada tak sengaja menumpahkan jus alpukat untuk kesekian kali di jak...