✨ firefly | 53

19.3K 3.1K 547
                                        

Sejak kapan kalian mulai teracuni dunia oranye? 🌚🌝
Gue : 2015 😀

-

H A P P Y
R E A D I N G! 🌻

"Kalau kamu merasa enggak melakukan kesalahan, jangan pernah takut untuk melawan. Karena seribu keburukan yang dituduhkan, pasti akan tetap terkalahkan, jika satu kebenaran aja sudah ditegakkan."

- Nada

Aresh salah besar. Ia pikir, dengan mendiamkan dan tak banyak bertingkah, berita miring tentang Haditama yang melakukan korupsi dalam jumlah begitu besar akan surut di kalangan masyarakat.

Namun yang terjadi, justru sebaliknya. Rumor itu malah kian meluap dan menjadi buah bibir di kalangan mana pun. Bahkan kini media-media besar sudah mencium kasusnya, dan memberitakannya tanpa melakukan interview terlebih dulu dengan pihak yang dituduh.

Aresh geram. Bahkan sangat marah pada media-media itu. Bisa-bisanya dengan tampang tak berdosanya mereka memberitakan hal miring tersebut, tanpa terlebih dulu menyaring informasi dari pihak Haditama? Apa mereka pikir, pihak yang dituduh tidak bisa memberikan umpan balik?

"Sial!" umpat Aresh seraya mengacak surai legam itu kasar.

Sembari tangannya mengetik di atas keyboard, telinga Aresh mendengar suara mobil yang masuk ke dalam pekarangan rumah.

Begitu menengok lewat jendela siapa pemilik mobil itu, Aresh segera melangkah cepat keluar dari kamar, dan menuruni tangga tanpa mengulur waktu lebih lama.

"Bunda, Rasha kangen banget sama Bunda!"

Aresh yang baru tiba di lantai bawah, langsung mendapati sosok sang bunda, yang tengah dipeluk Rasha dengan begitu eratnya.

Sudah empat hari lamanya, sang bunda tidak pulang ke rumah, sejenak untuk beristirahat. Masalah pelik ini membuat wanita itu harus turun tangan dan mencari segala bukti untuk membersihkan mama Haditama, yang sudah dicap buruk oleh media juga masyarakat yang masih tabu.

"Bunda," panggil Aresh.

Gisya yang tengah membalas pelukan Rasha lalu menoleh dan memasang senyuman manis.

Aresh sempat tertegun melihat wajah itu. Wajah yang biasanya berseri bahagia, kini terlihat redup menyendu. Bundanya itu, pasti sudah mengerahkan seluruh tenaga, untuk mencari tahu siapa pelaku yang sudah dengan lancangnya memasukkan dana gelap berupa dua belas miliar ke rekening perusahaan, sampai mungkin saja, beliau melewatkan waktu istirahat saking fokusnya.

Dengan langkah pelan, Aresh mendekat, merekatkan tubuhnya dengan kedua perempuan itu, dalam sebuah dekapan hangat.

Gisya tersenyum lebar di sela kedua anaknya memeluk diri. Semangatnya yang sempat tumbang pun perlahan mulai merangkak naik, meski tidak ada percakapan, hanya saling menguatkan lewat pelukan.

Aku harus kuat. Demi anak-anakku. Gisya bertekad penuh dalam benaknya.

Setelah cukup lama mereka berpelukan layaknya teletubbies, Gisya mulai merenggangkan, sembari kedua manik itu menatap wajah sang anak kembarnya satu per satu. "Kalian berdua pasti belum makan."

"Emang muka kelaperan kita kelihatan, ya, Bun?"

Gisya tertawa menanggapi pertanyaan Rasha. "Sangat."

Firefly • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang