#VERNANDOSERIES 4 👸🏻
Dalam hidup, Aresh tak pernah menyesali semua pilihan yang telah dipilihnya. Kalau pun salah memilih, ia pasti berusaha mengatasi.
Tapi, semenjak hari di mana Nada tak sengaja menumpahkan jus alpukat untuk kesekian kali di jak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—
“Enggak usah pikirin kisah mereka mau bagaimana. Yang terpenting itu, seperti apa cerita kita akan dituliskan oleh semesta.”
— Aresh
✨
Sejak pesan dari seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Denov hadir di beberapa hari lalu, dunia Nada seolah menjadi tidak tenang. Mencari kesibukan dengan bepergian pun, kecemasan yang melingkup tak kunjung jua menghilang.
Apakah, benar, Denov sudah sampai di Indonesia? Tapi mengapa pemuda itu tidak sedikit pun menampakkan batang hidungnya?
Meski wajah ayunya kini sudah dipoles riasan natural, gurat kecemasan itu masih saja nampak di di sana. Hal itu bukan karena Nada takut pada kehadiran Denov, namun ia hanya cemas Denov akan bertindak di luar akal kepala.
Tiga tahun mengenal Denov, Nada sedikit paham dengan tabiat laki-laki itu. Terlebih karena dulu mereka selalu menempel di mana pun.
Melihat refleksi dari gadis cantik yang merupakan dirinya di depan cermin sana, Nada lalu menghela napas. Ia hanya bisa pasrah untuk saat ini. Dan berharap, bahwa Denov tidak akan berbuat nekat ke depannya.
Ceklek
Nada menoleh pada pintu di mana sang bunda tengah tersenyum di sana.
"Aresh udah di depan, lagi disidang kakakmu, seperti biasa," ujar Renata dengan sedikit tawa.
Bola mata Nada memutar lucu, "Bun, kak Juna disekolahin lagi aja, biar bisa dewasa dikit."
"Nanti bunda pertimbangkan. Sekarang Nada mending turun, terus lerai dua anak itu."
Tawa Nada pun terurai.
"Oh, iya, Bunda. Gimana penampilan Nada hari ini?" Nada memutar tubuh, sementara di sana, Renata mengamati betapa cantiknya sang anak dalam balutan gaun semi formal berwarna biru dan putih, yang di bagian bahunya dibuat agak menerawang. Penampilan Nada saat ini terlihat seperti putri bangsawan yang akan bepergian, seperti pilihan tema anak-anak OSIS.
"Sempurna," singkat Renata, yang terucap sambil memasang raut terpukau.
Kepercayaan diri Nada pun melambung kala sang bunda berkata demikian.
Menyambar tas selempang berwarna putih, gadis cantik itu pun melangkah keluar, tepat di beberapa detik setelah sang bunda pergi dan menuruni tangga.
"Masa temanya kerajaan, lo sebagai ketua OSIS malah pakai hoodie?" Nada yang baru menapak lantai bawah menatap jengah pada sang kakak sulung, yang tengah memarahi Aresh di ambang pintu.