H A P P Y
R E A D I N G!! 🥳❣️
✨
"Ketakutan itu ada bukan untuk kita biarkan, tapi justru untuk menjadikan kita lebih berani melawan, pada sesuatu yang menghambat langkah kita ke depan."
- Firefly
✨
Sembari membawa Lona di pelukan, Rasha memandang Aresh yang kini tengah sibuk mencari suatu barang, hingga tak peduli seberapa berantakan kamar itu saat ini.
Laki-laki berhoodie kuning mustard itu berjalan mondar-mandir, mengobrak-abrik lemari, meja, kasur, menilik sekali lagi pada kamar mandi, juga balkon dengan sesekali mengacak rambut karena frustrasi.
"Lo lagi cari apa, sih, Resh?" Rasha yang mulai dilingkupi rasa penasaran pun membuka suara.
Aresh memutar tubuh menghadap Rasha, "kacamata gue. Lo lihat enggak?"
Pandangan Rasha langsung tertuju pada hoodie Aresh. "Itu yang nggantung di hoodie lo apa?"
Tangan Aresh meraba dada, hingga menemukan sebuah kacamata yang sedari tadi dicarinya.
"Lo sering ngatain Nada bego, padahal sendirinya lebih bego," sarkas Rasha dengan tatapan jengah.
Aresh meraih kacamata bulat itu lalu dipakainya, sebelum menoleh kembali pada Rasha dan menyengir kaku. "Makasih, saudara gue yang minus otak."
"Tahu gitu enggak gue kasih tahu aja di mana kacamata lo. Biar kamar lo makin berantakan kayak kapal pecah."
Bola mata Aresh memutar santai, sesaat sebelum punggungnya merunduk, untuk membereskan kembali apa yang sudah tangannya lakukan hingga kamarnya se-berantakan ini.
Di samping Aresh yang sedang membenahi, Rasha masuk dan duduk di atas kasur, masih dengan Lona di pelukan. Kucing berjenis munchkin itu sangat tenang, dan tidak memberontak sama sekali meski sudah Rasha bawa ke sana ke mari.
"Sejak kapan lo punya baju warna kuning? Setahu gue lo paling anti sama warna yang mencolok kayak warna kuning gitu. Lo enggak kesambet listriknya Pikachu, kan?" tanya Rasha yang maniknya menatap lekat pada outfit yang saat ini tengah dikenakan Aresh.
Aresh menghela napas, "lo enggak ada kerjaan?"
"Lo lupa? Ini hari Sabtu, jadwal gue buat bully lo."
Sudah berapa kali Aresh mengatakan bahwa dia membenci saudara kembarnya ini? Kalau belum genap seratus, maka ia akan mengatakannya sekali lagi, bahwa ia, sangat-sangat-sangat membenci Katerin Arasha Haditama!
"Balik ke sangkar lo sana! Ganggu gue aja."
"Sayangnya, gue udah enggak ada stok film. Jadi gue enggak tahu mau ngapain di kamar. Hape gue juga sepi kayak kuburan, jadi dari pada gue ngelamun dan didatengin setan genit, gue mending ke sini buat bully lo. Gue cerdas banget, kan?"
Di balik kacamata bulat itu, kedua netra Aresh melirik sengit wajah Rasha, sembari tetap merapikan benda-benda itu ke tempat semula.
"Mending waktu senggang lo ini digunain buat belajar SBM. Buktikan ke gue sama bunda, meskipun lo otaknya minus, tapi bisa bawa nama lo jadi mahasiswa di universitas bergengsi. Jangan berharap lebih sama SNM."
Rasha menatap Aresh tanpa kedip. Walau cara bicara laki-laki itu terkesan menyebalkan, ia sangat paham bahwa sang adik kembarnya itu tengah memberinya semangat saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Firefly • completed
Подростковая литература#VERNANDOSERIES 4 👸🏻 Dalam hidup, Aresh tak pernah menyesali semua pilihan yang telah dipilihnya. Kalau pun salah memilih, ia pasti berusaha mengatasi. Tapi, semenjak hari di mana Nada tak sengaja menumpahkan jus alpukat untuk kesekian kali di jak...
