Yang Senin nanti mau PAS, atau ujian lainnya, semangat, ya! 💪🏻 Semoga keberuntungan ada di pihakmu 😄
—
H A P P Y
R E A D I N G! 🌙✨
"Seorang putri bangsawan terpandang, enggak seharusnya mendapatkan seorang pecundang."
— Aresh
✨
Aresh menengok ke arah jendela di ruang tamu, menilik ke arah pagar rumah, di mana ada segerombolan wartawan yang tengah berdiri menunggu si pemilik rumah, yaitu dirinya dan Rasha keluar.
"Kapan mereka bakalan pulang?"
"Gue juga enggak tahu, Resh."
Aresh menoleh ke kanan, saat mendengar sebuah balasan dari mulut lain, sebelum kembali menatap ke arah luar.
"Apa gue bolos aja hari i—"
Pletak!
Tangan Rasha dengan mulusnya memukul kepala belakang Aresh. "Enggak usah ambil kesempatan!"
"Serem lo, kayak nenek lampir."
"Mulut lo itu, gue jahit nih, lama-lama."
Bola mata Aresh yang terputar, adalah respons untuk menjawab perkataan Rasha.
Helaan napas pun lalu keluar dari mulut laki-laki itu. "Terus kapan gue bisa berangkat sekolah tanpa dikerubungin? Mana udah mau jam tujuh lagi."
Rasha merasa sedikit prihatin dengan Aresh. Karena itu, ia meraih si ponsel, dan langsung menghubungi kakak sepupunya, Ody.
"Kak Ody, tolongin kita!" pekik Rasha yang sukses mengagetkan Aresh, begitu panggilan terhubung.
"Kenapa Sha?"
"Wartawan di depan rumah kagak ada yang mau pergi dari semalem. Si Setan kesayangan lo ini jadi enggak bisa keluar buat berangkat sekolah gara-gara mereka."
"Wah kurang ajar! Berani-beraninya mereka ganggu Setan gue! Tunggu bentar! Gue otewe!"
Bip
Senyum Rasha mengembang lebar, sebelum tangan kanannya menepuk bahu sang kembaran sebanyak dua kali. "Bentar lagi body guard lo dateng."
Aresh lagi-lagi menghela napas. "Ngapain lo minta bantuan si preman satu itu?"
"Karena cuman kak Ody yang berani ngelawan mereka. Lihat aja nanti."
Dan tak lama kemudian gadis yang dimaksud Rasha benar-benar datang, lengkap dengan jaket kulit hitam, dan—tunggu.
Gadis itu masih memakai piyama?
Aresh dan Rasha saling melirik akannya.
Ody dengan santainya menghentikan motor sport itu di tengah kerumunan, lalu turun, tanpa melepas helm full face itu.
"Kalian semua ngapain ngumpul di depan rumah gue?"
"Lho, Kak, bukannya ini kediaman ibu Gisya Haditama? Oh, apa jangan-jangan Kakak ini salah satu anaknya yang bernama Arasha?" tanya salah satu wartawan wanita.
"Arasha siapa sih? Kagak kenal gue! Mending lo semua pergi dah, percuma aja kalau cari si Arasha itu di sini. Rumah ini udah dibeli bokap nyokap gue setahun yang lalu. Nama keluarga gue, Ha—" Ody mengerjap, bego. Bisa-bisanya dia hampir keceplosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Firefly • completed
Teen Fiction#VERNANDOSERIES 4 👸🏻 Dalam hidup, Aresh tak pernah menyesali semua pilihan yang telah dipilihnya. Kalau pun salah memilih, ia pasti berusaha mengatasi. Tapi, semenjak hari di mana Nada tak sengaja menumpahkan jus alpukat untuk kesekian kali di jak...