#VERNANDOSERIES 4 👸🏻
Dalam hidup, Aresh tak pernah menyesali semua pilihan yang telah dipilihnya. Kalau pun salah memilih, ia pasti berusaha mengatasi.
Tapi, semenjak hari di mana Nada tak sengaja menumpahkan jus alpukat untuk kesekian kali di jak...
judul lagu terakhir yang kalian dengerin? 😮🎶 kalau kak fi, Blackpink ft Cardi B - Bet You Wanna 😌
—
btw, ini gue nulis langsung up, jadi pasti banyak typo 😭 jadi maaf ya kalau kurang nyaman 🙏
Oke,
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—
“Lo sama hama punya kesamaan. Sama-sama suka ngerusak barang.”
— Aresh
✨
Di sela sepoi angin yang berhembus menerbangkan anakan rambut, Nada tersenyum memandang langit. Keadaan rooftop sekolah pagi ini begitu menyejukkan, akibat semalam, hujan telah mengguyur tanah Jakarta.
Hari Sabtu ini, pembagian rapor untuk kelas sepuluh dan sebelas sedang diadakan. Berhubung absensinya berada di bagian akhir, Nada pun memutuskan untuk naik ke rooftop, meninggalkan sang kakak kedua, Rama, yang menjadi walinya saat ini di kelas sana.
Nada sedikit sedih saat mengetahui bahwa kedua orang tuanya tidak bisa mengambilkan rapor untuknya. Mengingat saat ini mereka ada di Maladewa, untuk pertemuan bisnis penting yang tidak bisa ditunda.
Tapi kesediaan Rama yang mau datang di tengah jadwal sibuknya sebagai dokter, itu sudah cukup bagi Nada. Pria itu bahkan sampai rela membatalkan beberapa pertemuan, hanya untuk menjadi walinya. Ah, betapa ia menyayangi kakaknya yang satu itu.
Suara pintu rooftop yang terbuka membuat Nada lantas memutar kepala ke belakang, dan menemukan raga Aresh yang datang sambil membawa sepiring batagor di tangan.
"Kamu kok, ke sini? Memangnya rapor kamu udah dibagiin?"
Aresh dengan santainya duduk, lalu memberikan satu buah sendok pada Nada, sebelum menganggukkan kepala.
"Udah, bunda juga udah pulang dari tadi."
"Kak Rasha udah lulus, sih, ya, jadi tante bisa pulang lebih cepet dari biasanya."
Aresh mengangguk, lalu menaruh piring berisi batagor itu di kursi kayu yang tengah mereka duduki, tepat di tengah-tengah.
"Gimana sama nilainya?"
"Rata-rata nilai sih makin naik, tapi peringkatnya enggak pindah-pindah. Betah bener di angka dua."
Nada tertawa kecil. "Yang penting enggak turun."
Aresh mengangguk, menyendokkan sedikit batagor itu. "Lo enggak penasaran sama peringkat lo?"