✨ firefly | 34

34.6K 4.9K 1K
                                        

H A P P Y
R E A D I N G!! 💁🏻‍♀️📱

"Lo diem aja, gue juga udah suka."

- Aresh

Satu minggu lagi, ujian kenaikan kelas akan dilaksanakan.

Seketika, anak kelas sepuluh dan sebelas pun dibuat sibuk mencari tambahan materi di perpustakaan, saling mengumpulkan kisi-kisi ujian untuk mempermudah proses belajar, juga memperbanyak soal-soal ujian kenaikan kelas di tahun-tahun sebelumnya.

Rata-rata memang berlaku demikian. Namun, tidak untuk seorang Nada. Sampai Aresh yang tengah duduk bersila di sampingnya bahkan dibuat heran dengan gadis yang lebih memilih membaca sebuah novel berbahasa Inggris ketimbang buku pelajaran, di bawah pohon rindang itu.

"Lo enggak belajar?"

Nada menoleh sekilas sambil mengangkat novelnya, "ini lagi belajar."

"Baca novel itu belajar versi lo?"

Menaruh pembatas di sela novel, Nada lalu meletakkannya di atas rumput, sementara kedua maniknya mematri pada sosok Aresh yang terlihat selalu tampan di matanya.

"Sekarang aku tanya, pelajaran pertama yang akan diujikan hari Senin nanti, apa?"

Aresh bergeming sejenak, lalu mendengus geli. "Bahasa Inggris."

Tawa kecil Nada terurai. "Karena itu aku baca novel berbahasa Inggris. Ini cara belajar yang enggak bikin aku stres, tapi tetap dapat ilmunya."

Kepala Aresh manggut-manggut. "Gue salah udah tanya sama ranking satu permanennya GUSTAV."

"Aresh juga pinter, kok, tapi kurang dikit aja buat nyingkirin tempat aku."

"Sombong amat lo."

"Bukan sombong, aku cuman lagi ngomong faktanya."

Aresh menatap Nada dengan senyum palsu. "Enggak heran kenapa abang lo bisa begitu modelannya. Adeknya aja begini."

Nada menghela napas, "susah emang, kalau ngomong sama orang bodoh kayak kamu."

Ucapan Nada membuat Aresh membelalakkan mata. "Wah bener-bener nih Jenglot."

Tak lama, tawa Nada pun terumbar dengan cukup nyaring. "Ternyata bener kata kak Rasha, bikin kamu marah itu seru."

Aresh yang tengah menyeder pada batang pohon tertawa hambar, "satu Rasha aja udah bangkitin jiwa psikopat gue, gimana kalau dua? Lo mau bikin gue jadi pembunuh berantai?"

Nada yang masih tertawa, menepuk-nepuk bahu Aresh. "Aku cuman bercanda. Kamu mah sensian jadi orang."

Aresh nampak tak minat untuk menjawab. Laki-laki itu hanya melirik sekilas pada Nada, lalu kembali membaca buku di tangan.

Tawa menyurut, Nada menyenggol lengan Aresh dengan siku. "Kamu marah beneran?"

"Hm."

"Serius?"

"Hm."

Nada cemberut,"jawabnya yang bener."

Memandang wajah itu lamat, Aresh lalu memindahkan buku dari tangan kanan ke kiri, dan menarik bahu Nada ke dalam rangkulan. "Gue enggak marah. Jadi diem, bisa?"

"Kenapa? Aku berisik banget, ya?"

Kepala Aresh menggeleng. "Muka lo bikin gue enggak fokus."

Jawaban Aresh membuat Nada mengukir senyum jahil. Karenanya ia melepas rangkulan itu dan duduk menekuk lutut di hadapan Aresh, memusatkan seluruh titik fokusnya hanya pada kedua manik laki-laki itu.

Firefly • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang