h a p p y 😬
r e a d i n g ! 📖✨
“Kalau enggak suka sama sesuatu, lebih baik diam aja. Jangan mencela, yang malah berujung merendahkan. Nanti malu sendiri jadinya.”
— Nada
✨
"Pagi, Aresh!" Sapaan yang datang begitu Aresh melepas helm full face, menyambut telinga dengan intonasi ceria.
Tanpa menoleh, atau melirik barang sedetik saja, Aresh jelas mengenal siapa pemilik suara itu. Siapa lagi kalau bukan perempuan berotak pintar namun memiliki tingkah laku yang begitu bodoh, jika bukan Nada orangnya?
"Oh, akhirnya kamu pakai jaket jeans lagi." Nada menunjuk jaket Aresh. Namun ketika ingin menyentuhnya, laki-laki itu segera menjauhkan diri.
"Enggak usah pegang-pegang! Gue enggak mau ketularan kebegoan lo!"
Meletakkan helm di kaca spion dan meraih kunci motor, Aresh lalu melangkah menjauh bersamaan dengan kedua tangannya yang sedikit merapikan tatanan rambut.
Secara otomatis, Nada berjalan mengikuti. Dia mengekor tepat di dua langkah di belakang Aresh, tak peduli beberapa pasang mata yang kini saling melempar tatapan pada keduanya.
"Wah, ternyata rumornya bener. Aresh memang suka sama Nada." Salah satu suara dari mereka yang paling keras berbicara membuat Aresh memutar bola mata.
Aresh sudah menduga rumor palsu yang dibicarakan dua orang tempo hari akan menyebar di kemudian hari. Namun, ia tidak menyangka bahwa waktunya akan secepat ini.
Aresh menghela napas. Mengapa hidupnya di SMA seakan tidak pernah tenang barang sebentar saja?
Menengok sedikit ke belakang, Aresh kemudian berdecak menyerukan kata sial dalam hati, begitu mendapat kedipan lucu dari seorang Nada yang masih mengekor di belakang sana.
"Aresh kenapa? Enggak cemburu kayak semalem, kan?" celetuk Nada, begitu mereka menaiki tangga yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua, tempat di mana deretan kelas sebelas IPA dan IPS berada.
Aresh mengernyit tak suka. "Dan lo percaya?"
"Emangnya ucapan kamu tadi malam cuman bohongan?"
Langkah Aresh terhenti, tepat di tangga kelima sebelum mencapai lantai dua.
Laki-laki itu kemudian berbalik, merundukkan kepala, menatap manik Nada yang berdiri di tangga sebelumnya dengan sorot misterius. Nada sendiri pun tidak tahu tatapan jenis apa yang sedang Aresh tunjukkan padanya saat ini.
"Menurut lo, apakah ucapan gue semalem itu cuman bohongan, atau murni dari hati?"
Usai bertanya demikian, Aresh melenggang pergi. Sementara Nada yang masih berdiri di tangga keenam mengerutkan kening, mencoba berpikir keras untuk mencerna ucapan Aresh.
°×•
Sekembalinya Nada dari perpustakaan, gadis itu dibuat bingung dengan ketegangan yang terjadi di kelas XI IPA 1, singgahan sementaranya untuk menimba ilmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Firefly • completed
Teen Fiction#VERNANDOSERIES 4 👸🏻 Dalam hidup, Aresh tak pernah menyesali semua pilihan yang telah dipilihnya. Kalau pun salah memilih, ia pasti berusaha mengatasi. Tapi, semenjak hari di mana Nada tak sengaja menumpahkan jus alpukat untuk kesekian kali di jak...