#VERNANDOSERIES 4 👸🏻
Dalam hidup, Aresh tak pernah menyesali semua pilihan yang telah dipilihnya. Kalau pun salah memilih, ia pasti berusaha mengatasi.
Tapi, semenjak hari di mana Nada tak sengaja menumpahkan jus alpukat untuk kesekian kali di jak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✨
“Sekali Nada bego, ya tetap bego.”
— Aresh
✨
Ujian kenaikan kelas dinyatakan selesai, hampir seluruh murid berseru lantang mengumbar bahagia, di hampir seluruh lorong SMA GUSTAV.
Namun hal itu tidak berlaku untuk anggota OSIS. Peringatan berakhirnya ujian, justru membuat kepala mereka dipenuhi dengan deadline, yang sebentar lagi harus segera diatasi, mengingat waktu yang kian mendekati hari-H.
"Gedung udah oke, pembuatan undangan tinggal pencetakan, dekorasi gedung udah 80 % dibeli, dress codeudah ditentukan, yaitu bertema klasik, pengisi acara udah mulai dipersiapkan, sound system dan antek-anteknya juga udah masuk tahap planning, terus apa lagi?" sebut Nada di bangkunya, sambil mendata apa yang tadi dikatakannya.
Fika menjentikkan jari. "Kue sama minumannya belum!"
"Oh, iya!" Tifa menepuk jidatnya. "Terus gimana? Pulang sekolah ini langsung pesen aja? Waktunya udah mepet soalnya. Gue takut enggak bisa."
Nada berdeham panjang, "masalah kue dan minuman, serahkan aja ke aku."
"Serius, Nad. Tapi lo kan udah ambil hampir 60% pengerjaan. Gue enggak tega kalau masalah konsumsi juga lo yang ambil."
Nada mengukir senyum lembut. "Bunda aku kan punya toko roti, di sana juga jual kue-kue aneka ragam, makanya aku bilang, serahkan aja ke aku, biar kita bisa gunain sisa waktu untuk persiapan yang lain."
Fika mengangguk-angguk. "Berarti, dananya sekarang?" tanyanya sebagai bendahara
Tangan Nada mengibas. "Masalah dana akhir-akhiran aja. Bunda aku enggak suka kalau udah bahas dana kalau ada kaitannya sama sekolah, soalnya. Jadi lebih baik, dananya buat kepentingan yang lain dulu aja."
Hampir seluruh anggota OSIS menghela napas lega mendengar penuturan Nada. Seolah beban di punggung mereka mulai terangkat satu per satu.
"Sampaikan rasa terima kasih kita ke bunda lo, nanti, ya, Nad." Tifa bersuara kembali.
Nada mengangguk singkat. "Iya, nanti aku sampaikan."
"Berarti, masalah utama yang harus kita bahas dulu yaitu, dekorasi. Karena gue rasa, ini yang paling banyak memakan waktu."
Nada mengangguk setuju akan ucapan Fika barusan. "Kita tinggal beli 20% lagi dari total perlengkapan. Habis itu, baru deh kita mulai ke tahap mendekor bareng sama tim bawaan."
"Habis Zuhur langsung aja beli. Guna mempersingkat, sisa daftar barang yang belum dibeli dibagi sama rata ke setiap kelompok. Untuk kelompoknya bisa dibagi nanti. Jadi kerja untuk mendekornya bisa digarap besok pagi, mumpung tanggal merah," putus Aresh, yang mendapat anggukan setuju.