Kemarin-kemarin ada yang bilang, katanya kangen nge-gas challenge, eh, CAPSLOCK challenge maksudnya. Kalau gitu, skuy, lah! 😎
Pembaca Firefly bisa enggak, nih? 😛
Btw, belum direvisi ulang jadi mohon maaf kalau ada typo, ya 🙏☺️
Oke deh, kita mulai aja!
H A P P Y
R E A D I N G !! 🥳✨
“Kesempurnaan yang terlihat dari mata, bukan berarti segalanya.”
— Nada
✨
Di kantin SMA GUSTAV, Rian memperhatikan Nada, yang tidak sabaran meminum jus alpukat, tepat di seberang tempat duduknya.
"Pelan-pelan aja, Nad. Haus, sih, haus, tapi enggak usah buru-buru, gitu." Rian memperingati Nada, karena takut gadis itu akan tersedak.
Nada menyudahi minumnya, lalu menyeka sisa jus yang menempel di pinggiran bibir dengan punggung tangan.
"Ah, leganya!" seru Nada hingga membuat orang-orang di sekitar menoleh sekilas.
Rian menggeleng kecil, lalu meraih tisu dan ia gunakan untuk membersihkan punggung tangan Nada dengan telaten. "Memangnya sehaus itu?"
Nada mengangguk, lalu merunduk lesu. "Habisnya kamu tahu sendiri, dari tadi aku disuruh maju ngerjain soal Fisika terus sama pak Wono. Kan, capek."
Tangan kanan Rian berlabuh di puncak kepala Nada, lalu mengusapnya lembut. "Nasib jadi anak kesayangan guru. Sabar, ya."
Nada cemberut, "padahal, kamu itu pakarnya fisika. Tapi kenapa selalu aku yang disuruh menyelesaikan soal tersulit?"
"Menurut aku, alasannya dari segi penjelasan. Kamu dan aku, punya cara tersendiri untuk menyelesaikannya. Kamu yang cenderung mengerjakan secara detail, bahkan sampai menggunakan rumus dasar, dan aku yang selalu mengutamakan rumus cepat. Itu kenapa kamu yang selalu dipanggil pak Wono untuk menyelesaikannya," pendapat Rian, dari balik kacamatanya.
"Berarti aku sekarang harus pakai rumus cepat biar pak Wono enggak tunjuk-tunjuk aku lagi."
Rian terkekeh, "tapi menurut aku, ada baiknya enggak usah. Justru berkat kamu, anak kelas jadi tahu cara mengerjakan soal-soal itu."
"Iyakah?" Nada mengerjap ragu.
"Iya, adik aku yang lucu." Rian mencubit pipi Nada tanda gemas.
BRUKK
Suara sesuatu yang jatuh membuat manik Nada dan Rian, juga semua pengunjung kantin kala itu lantas menoleh ke sumbernya.
Tepat di beberapa meter dari mereka duduk, seorang gadis berkacamata tebal terjerembab di lantai sana, dengan posisi tengah dikepung tiga orang yang diketahui adalah kakak kelas mereka. Yaitu, Nia, Dila, dan Eva.
"Heh, Sumo! Lo enggak usah sok lemah di hadapan Moka! Dia itu enggak bakalan jatuh hati sama lo! Karena dia milik gue! Ngerti?!" Nia, salah satu dari mereka yang memakai cardigan hitam.
Gadis berkacamata yang bernama Eka itu, menatap Nia takut-takut. "A-aku sa-sama sekali enggak bermaksud deketin Moka, Nia. Aku cuman—"
"Halah, bacot!" Nia menyela cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Firefly • completed
Genç Kurgu#VERNANDOSERIES 4 👸🏻 Dalam hidup, Aresh tak pernah menyesali semua pilihan yang telah dipilihnya. Kalau pun salah memilih, ia pasti berusaha mengatasi. Tapi, semenjak hari di mana Nada tak sengaja menumpahkan jus alpukat untuk kesekian kali di jak...