H A P P Y
R E A D I N G! 🥳🌼
✨
"Pemberi bahagia terbanyak versi aku, ya, justru kamu."
— Nada
✨
Goresan melintang di perut sangat terasa sakit. Bahkan terkadang, Aresh merasakan keram dan ngilu secara bersamaan jika tubuhnya bergerak sedikit.
Namun, ia selalu berusaha untuk mengeluarkan minimal senyuman setipis benang di hadapan Nada, kala kedua manik gadis itu terarah padanya.
"Kamu beneran enggak apa-apa?" Nada yang hari ini berkunjung—seperti hari kemarin—ke kediaman Haditama, meringis saat tak sengaja melihat luka di perut Aresh yang tertutupi perban.
"Kalau masih sakit, enggak usah paksain diri ke persidangan. Kesehatan kamu yang utama, Aresh. Tante Gisya pasti maklumin itu."
Aresh menggeleng, "ini cuman sakit sedikit, kayak digigit semut rasanya."
"Oh iya? Boleh aku tes?"
Aresh berkedip beberapa kali, sebelum mengangguk kaku. "Kenapa enggak?"
Nada memberi ancang-ancang pada tangannya, seolah akan memberikannya sebuah pukulan, untuk mengetes perut Aresh. Ia bahkan menghitung mundur dari tiga hingga—
Manik Nada mengerjap, begitu menjumpai kedua manik Aresh yang terpejam ketakutan, dengan posisi kedua tangannya yang menutup luka di perut.
Nada tertawa kecil. "Resh, bahkan tangan aku aja belum gerak satu senti pun, tapi kamu udah ngeringis duluan."
Sontak saja Aresh membuka mata, hingga menemui kepalan tangan Nada yang menggantung di udara.
Manik Nada menyipit curiga, sementara senyumnya terukir miring. "Kamu takut, ya?"
Malu tapi gengsi, Aresh menutupinya dengan dengusan. "Takut? Mana ada? Aku cuman mengantisipasi luka aku yang masih sedikit basah."
Menurunkan si tangan ke pangkuan, bibir Nada lalu mencebik lucu. "Gengsian."
Ceklek
"Nih, Pir, makanan lo." Rasha, si pelaku yang membuka pintu kamar Aresh mengulurkan sepiring sarapan pagi berupa nasi goreng.
"Pir?" tanya Nada bingung, namun tak lama kemudian mulutnya kembali terbuka. "Ah, Lampir, maksudnya?"
Tangan Rasha mengibas, "bukan lampir, tapi tapir. Yang kayak babi hutan gitu, mirip kan, sama dia. Satu spesies."
"Heh, enak aja lo samain gue sama tapir. Ngaca sana! Muka kayak Platipus gitu sok ngatain gue tapir."
"Apa? Platipus? Lo yang ngaca! Muka lo aja udah kayak kuda nil yang lagi mandi lumpur."
Wah, Nada melongo dengan adik-kakak kembar di depannya ini. Mereka gemar sekali mengatai, tapi tidak pernah merasa tersakiti. Justru yang ada, mereka saling membalas dengan sebutan yang lebih menusuk hati—bagi orang lain yang mendengarnya.
Ucapan saling mengatai itu diputus oleh Rasha, yang segera pergi dari kamar Aresh sebelum mereka semakin meledak. Dan kehadiran gadis itu tadi digantikan oleh kedatangan Lona, yang berlari dan melompat menaiki kasur, hendak menginjak perut Aresh tepat di bagian luka.
Namun sebelum itu terjadi, Nada segera meraih Lona, dan membawanya ke pangkuan. Sementara di waktu yang sama, Aresh menghela napas lega.
Gemas dengan kucing yang satu itu, Nada sampai tidak menyadari bahwa Aresh terus-terusan menatap dirinya dengan tatapan cemburu, karena perhatian gadis itu beralih sepenuhnya pada Lona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Firefly • completed
Подростковая литература#VERNANDOSERIES 4 👸🏻 Dalam hidup, Aresh tak pernah menyesali semua pilihan yang telah dipilihnya. Kalau pun salah memilih, ia pasti berusaha mengatasi. Tapi, semenjak hari di mana Nada tak sengaja menumpahkan jus alpukat untuk kesekian kali di jak...
