✨ firefly | 23

40.5K 6K 2K
                                    

Maaf bila menemukan typo, ya. Belum sempat diperbaiki secara menyeluruh 🥺👉🏻👈🏻

H A P P Y
R E A D I N G! 🥳

"Jangan terlalu melangkah jauh, jadi kalau harapan itu berubah keluh, hati lo enggak akan berlebihan sakit kala jatuh."

— Firefly

Nada tak bisa memungkiri, bahwa dirinya sedari tadi menatapi wajah Aresh, yang selalu menutup mulut, dan hanya membalas seadanya ketika ditanya.

Meski tidak tahu secara gamblang bagaimana perasaan Aresh saat ini, Nada sangat paham, bahwa Aresh masih terpukul akan kepergian sang ayah, walau waktu sudah berjalan lima hari yang lalu.

Bahkan, kini laki-laki berkacamata ala Harry Potter itu tengah melamun, sambil memainkan pulpen di tangan kanan. Sorot mata yang biasanya sulit diartikan, kini bahkan terkesan kosong tak bersemangat, hingga sangat jelas terbaca Nada.

Sampai ia pun yakin, suara lantang Brian mengenai apa saja keperluan yang harus disiapkan anggota OSIS sebelum berangkat ke perkemahan, juga pembagian tugas, hanya akan dianggap angin lalu karena Aresh masih saja tak memberikan tanggapan.

Nada menengadah, menatap Brian, lalu memanggil nama laki-laki itu hingga membuat semua mata beralih padanya.

"Kenapa, Nad? Ada usul lain?"

"Bisa kita jeda sebentar?" pinta Nada hingga membuat tangan Dita yang masih sibuk menulis pun terhenti begitu saja.

Sebuah pertanyaan dari mulut Brian hendak meluncur, namun tatapan Nada yang berpindah pada Aresh membuat pertanyaan itu menguap begitu saja.

Kala menangkap apa yang dimaksud Nada, pandangan semua orang di ruangan itu pun mendadak sendu. Mereka baru menyadari, posisi Aresh masih sangat berduka di sini. Karenanya tak heran, apabila sedari tadi Aresh hanya diam membisu tanpa menyela sedikit pun ucapan Brian.

"Karena apa yang gue sampaikan tadi udah kalian setujui, gue rasa rapat kali ini ada kalanya kita jeda terlebih dul—"

"Lanjut aja, enggak usah mikirin gue," sela Aresh yang kemudian menatap Brian singkat. Sepertinya, laki-laki itu menyadari tatapan yang dilayangkan semua anggota OSIS padanya.

"Enggak kok, Resh, rapat kali ini memang udah selesai. Hasilnya pun udah dicatat Dita. Iya, kan, Dit?"

Kepala Dita mengangguk, sementara senyumnya mengembang simpul. "Iya, udah gue catet, Resh."

Aresh menoleh ke kiri, dan tepat saat itu, ia bertemu tatap dengan Nada. Maniknya seolah bertanya: apakah yang dikatakan mereka benar, bahwa rapatnya sudah selesai, atau tidak? Seakan mengerti, Nada menganggukkan kepalanya hingga Aresh pun lalu menghela napas.

"Bagian yang beli keperluan, selain Doni, Pras, sama Fika, siapa lagi?" tanya Aresh pada Dita.

"Udah, cuman mereka bertiga."

Aresh mengangguk-angguk, "tambahin gue sama si Jenglot."

Nada menoleh garang, sementara Dita mengernyitkan dahi. "Jenglot?"

Kepala Aresh memutar pada Nada, lalu menopang kepalanya dengan tangan kanan. "Jenglot." Alis kiri Aresh bergerak naik turun kala bertutur, membuat Nada memajukan bibirnya kesal.

Dita terdiam menatap dua insan itu. Namun tangannya terkepal erat hingga Brian yang mengamatinya hampir menyatukan alis.

Kesal karena tatapan mereka tidak lepas, Dita menghela napas, lalu membuka suara. "Oh, jadi Jenglot itu Nada."

Firefly • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang