[COMPLETED]
Dia Penyendiri. Dia Lebih Mencintai Sepi. Dia Hanya Perindu Keramaian Yang Selalu Menjadi Ilusi. Dia ingin Berbaur Tanpa Merasa Tersakiti.
Floresta Saquella, gadis biasa saja yang ditempatkan disekitar orang luar biasa. Dirinya selalu te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
● KEPERGIAN ●
Flea menendang kerikil dihadapannya. Moodnya sedang sangat tidak baik. Kalau saja bisa, mungkin Flea sudah menangis sekarang.
Kenapa harus Flea yang selalu menderita? Satu-satunya penyemangat Flea hanya Ares. Sahabat lelakinya itu selalu mendukung apapun yang Flea inginkan. Dan sekarang, Damian malah melarang keduanya dekat.
Sinar matahari yang tadinya bersinar terang mengenai wajah Flea mendadak terhalang. Sesosok lelaki berdiri tegak dengan tangan yang dimasukkan ke saku celananya menatap Flea dengan tatapan meneduhkan.
Senyum lelaki itu terbit diparas tampannya. Flea hanya mampu mendongak dengan tatapan mematung tak percaya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gue kangen sama lo, Flea." Ujar Ares lalu memeluk tubuh ramping Flea dengan erat. Ya, Ares baru saja keluar dari Rumah Sakit. Ia juga belum pulih total namun memilih langsung menemui Flea. Kebetulan Ares melihat Flea sedang sendirian di Taman.
Flea hanya diam. Ia tak membalas maupun menepisnya. Sejujurnya, Flea merindukan Ares. Namun keadaanlah yang membuat Flea bimbang.
"Fle, selama beberapa hari dirawat kenapa lo nggak pernah jenguk gue?" Tanya Ares membuat Flea menggigit bibir dalamnya.
Flea melepaskan pelukan Ares, "Aku udah jenguk kamu saat kamu pertama sadar." Balas Flea sambil menahan isakannya. Entahlah, air mata Flea hendak mengalir tanpa persetujuannya.
"Are you okay?"
Sejujurnya, yang dimaksud di ucapan Flea bukanlah dirinya melainkan Freya. Freya-lah yang menjenguk dan menjaga Ares saat itu. Sementara, Flea malah pergi dan tak kembali.
"Gue lebih seneng kalau lo temenin gue setiap hari." Kata Ares lagi.
Flea menghela nafas kasar. Ia sebisa mungkin bertingkah pura-pura jengah, "AKU SIBUK, ARES. LAGIPULA APA PENTINGNYA KAMU SAMPAI AKU HARUS JAGAIN KAMU SETIAP HARI?" Balas Flea ngegas.
Tidak, Flea tak ingin mengatakan itu. Namun logikanya menyuruhnya seperti itu. Flea harus menjauhi Ares demi Damian. Mungkin saja dengan bersikap seperti ini Ares akan beralih membencinya.